First Day

3.5K 198 101
                                    

Aku memejamkan mata sambil berdoa.

Pertama kalinya naik pesawat untukku. Tubuhku sedikit gemetar karena takut.

Apalagi, jarak tempat dudukku dengan Daren yang tidak terlalu dekat karena dipisahkan oleh sekat membuatku sedikit takut.

"Relax Janisa, nanti juga kamu terbiasa kok

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Relax Janisa, nanti juga kamu terbiasa kok. Mungkin, kita juga bakalan sering bepergian naik pesawat," ujar Daren sambil meraih tanganku dan mengelusnya.

Aku mengangguk kecil walaupun rasa takut ini belum juga hilang.

Aku dan Daren menaiki pesawat pagi pukul 07:05 dan kemungkinan akan sampai di Bali pukul 10:10.

Karena pesawat pagi, tentu saja aku dan Daren sudah sibuk sedari subuh.

Tadinya, Daren menyarankan aku untuk tidur di pesawat. Namun, rasa kantuk menghilang dan berubah menjadi rasa takut saat di pesawat.

Oh iya.

Kalian sudah tau kan, jika Daren itu kaya raya?

Tapi, aku tidak menyangka jika dia se-kaya itu.

Aku dan Daren di jemput oleh mobil dari bandara sendiri. Kalian tau, mobil mewah Vellfire? Nah itu! Aku dan Daren dijemput oleh mobil itu.

Daren bilang, penjemputan tersebut merupakan salah satu dari fasilitas pesanan kursi pesawat.

Oke. Aku mempunyai firasat jika Daren memesan kursi pesawat untuk kami dengan harga yang sangat mahal, sampai kami bisa mendapatkan jemputan yang sangat mewah seperti ini.

Bagaimana reaksiku? Sungguh terkejut. Tapi, reaksi Daren biasa aja. Mungkin, dia sudah terlalu sering mengalami hal seperti ini.

Sesampainya di bandara, bahkan ada beberapa orang khusus untuk membawa barang bawaanku dan Daren. Aku sampai kikuk dibuatnya.

Saat masih di bandara, aku dan Daren juga menunggu di.. apa tadi namanya? Lounge ya? Iya, menunggu di Lounge yang sangat mewah. Bahkan, kami tidak perlu mengantri.

Aku masih juga kikuk saat ada pramugari dan pramugara yang kembali melayani aku dan Daren dengan sangat telaten. Bahkan, sepatuku juga dibantu untuk melepaskannya.

Aku benar-benar kikuk. Daren sepertinya memang tidak main-main soal fasilitas.

"Daren, kita naik pesawat ini kelas apa ya? Bisnis?" Tanyaku kepada Daren untuk menjawab rasa penasaranku.

Daren yang sedang mengutak-atik touchscreen yang tersedia langsung menjawabnya, "First class, sayang," jawab Daren.

First class? Aku hanya tau kelas bisnis dan ekonomi. Mungkin, first class ini di atas kelas ekonomi ya?

Aku kembali terdiam karena sedikit takut. Sempat ada sedikit guncangan pada awal penerbangan. Daren sepertinya tau jika aku masih takut.

"Janisa, masih takut?" Tanya Daren.

Married by Accident ✔️Where stories live. Discover now