Better

2.3K 237 113
                                    

Hidupku sedikit berubah.

Biasanya, aku memasak sendirian di pagi hari.

Namun sekarang, Daren berada tepat di sampingku, memperhatikanku memasak sambil menanyakanku hal-hal yang tidak begitu penting.

"Janisa suka makanan apa?" Tanya Daren sambil melihatku mengaduk bubur.

"Apa aja yang penting enak," jawabku.

Daren manggut-manggut, "Kalo bunga, Janisa suka bunga apa?" Tanyanya lagi.

Aku mematikan kompor dan mulai menuangkan bubur ke dalam mangkuk, "Bunga mawar," jawabku lagi.

Setelah itu, aku mulai sibuk mengangkat ayam rebus yang baru saja matang untuk dimakan bersama bubur.

Saat ingin menyuir ayam tersebut yang ternyata masih sangat panas, tentu saja aku kaget dan kesakitan karena menyentuhnya.

"Aw!" Pekikku.

Daren langsung mengambil tanganku kemudian membawanya ke arah wastafel lalu menghidupkan keran. Air mengalir membasahi tanganku yang sedikit melepuh. Tidak lupa, Daren juga mengelus dengan pelan tanganku yang ada digenggamannya.

"Hati-hati Janisa. Masih sakit?" Tanyanya khawatir.

"Udah mendingan," jawabku sambil sesekali meringis karena pedih.

Setelah itu, Daren mematikan kerannya dan membawaku untuk duduk di kursi meja makan.

"Tunggu sini bentar," katanya sambil berjalan menjauh ke arah kotak P3K berada.

Tak berapa lama, Daren datang membawa sebuah salep dan mulai mengoleskan salep itu ke jari-jariku yang melepuh.

"Nanti aku aja yang nyuir ayamnya," ujarnya setelah selesai mengoleskan salepnya.

Aku mengangguk tanpa menjawab.

Daren sedikit menunduk, melihat luka melepuh di jariku.

"Udah enggak kok," jawabku.

Aku mendongak dan melihat Daren yang sedang menatapku. Tatapannya sulit diartikan.

"Daren..?" Panggilku pelan saat wajahnya mulai mendekat yang membuatku menyender di kursi.

Bisa ditebak, Daren mulai memejamkan mata dan mengecup bibirku.

Aku tidak bergerak selain ikut memejamkan mata.

Awalnya hanya menempel namun, sedetik kemudian Daren mulai memagut bibirku dan sedikit menggigitnya.

Aku bingung harus apa. Ini pertama kalinya Daren menciumku seperti ini.

Terhitung, ini adalah ciuman ketiga kami. Pertama, saat pernikahan. Kedua, malam itu, saat dia menenangkanku dari mimpi buruk dan yang ketiga, sekarang ini. Ciuman pertama dan kedua, hanya menempel. Namun, ciuman yang ketiga ini... aku tidak tau harus merespon bagaimana.

Daren semakin aktif memagut bibirku. Tangan Daren juga sudah berpindah ke belakang tengkukku dan satunya ada di pinggangku.

Sedikit gigitan kecil yang Daren lakukan membuatku membuka bibirku. Tanpa menunggu, lidah Daren langsung mengacak-acak isi bibirku.

Aku hanya meremat-remat bajunya tanpa tau harus melakukan apa-apa.

Sampai akhirnya, Daren menyudahi ciuman itu. Daren melepaskan ciumannya dan kembali menatapku.

"Kamu deg-degan gak?" Tanya Daren sambil mengusap bibirku yang basah karena ulahnya.

Aku mengangguk pelan. Jujur, ini sangat mendebarkan. Jantungku serasa mau meledak saat Daren menciumku tadi.

Married by Accident ✔️Where stories live. Discover now