Kondangan

4.1K 196 40
                                    

Sabtu pagi.

Aku sudah selesai mandi dan sedang bersiap-siap. Sekarang, aku sedang duduk di depan meja rias dan melihat pantulan dari kaca tersebut.

Terlihat, Daren masih tertidur pulas seperti orang mati dengan bibir sedikit terbuka.

Aku menghentikan kegiatanku dan langsung berjalan ke arahnya.

Sebenarnya, sekitar setengah jam yang lalu, aku sudah membangunkannya, tetapi Daren bilang 5 menit lagi. Karena kebaikan hatiku, aku membiarkannya untuk tidur setengah jam lagi. Dan kalian tau, tidak ada tanda-tanda dari Daren yang akan bangun.

Aku lalu mengelus pipinya pelan, "Ayah, bangun," ujarku pelan.

Iya. Kami sepakat untuk merubah nama panggiln menjadi Ayah dan Bunda semenjak Raka yang terkadang secara tidak secara ikut memanggilku dengan nama Janisa dan bertanya kenapa Ayah dan Bundanya saling memanggil dengan nama masing-masing.

Raka dengan segala akalnya untuk mendekatkan orang tuanya.

Daren menggeliat, namun kembali tertidur.

Aku kembali mengelus pipinya dan menepuknya pelan.

"Ayah, bangun. Jam 10 kita berangkat kondangan," ujarku lagi.

Mata Daren kemudian terbuka. Tidak sepenuhnya terbuka, hanya setengah. Dirinya kemudian mengelus bagian ranjang yang kosong di sampingnya.

"Hng...? Raka? Mana..?" Tanya Daren dengan suara serak.

"Ini hari Sabtu. Raka ada les renang sampai siang. Tadi pagi, Raka dianter sama Pak Bayu," jawabku.

Daren lalu bernafas lega dan kembali menutup matanya menggunakan lengan.

Aku yang gemas lalu mencubit perut Daren yang masih tetap berotot meski selalu kuberi makanan yang banyak.

"Ayah, bangun! Kita mau kondangan," sungutku.

Setelah susah payah membangunkannya, Daren akhirnya berhasil terbangun. Masih dengan wajah mengantuk dan mengumpulkan nyawa.

"Kondangan siapa sih? Ah.. Markay ya?" Tanya Daren sambil mengingat-ingat.

Aku mengangguk penuh arti.

Kepalaku tiba-tiba mengulang memori setahun lalu.

Dimana semua penderitaan yang kukira tak berujung tersebut akhirnya berakhir. Dimana akhirnya kuputuskan untuk mengiyakan ajakan Daren untuk pindah rumah dan juga memasukkan Raka ke sekolah internasional di dekat rumah.

Dimana akhirnya Markay menyerah denganku dan memutuskan untuk menerima perjodohan dari orang tuanya.

Tak terasa, setahun berlalu ternyata banyak hal baik yang terjadi. Raka masuk SD, Papa dan Mama kembali ke Indonesia dan memiliki rumah yang jaraknya tak jauh dari rumah kami agar selalu biar bermain bersama Raka dan juga Markay yang ternyata menerima cinta wanita itu dan menikahinya sekarang.

Bukan main bagaimana senangny hatiku saat sebuah undangan datang yang bertuliskan nama Markay&Liona.

Yap, wanita yang dijodohkan dengan Markay bernama Liona yang ternyata teman masa kecilnya Markay. Darimana aku tau? Sehari sebelum undangan itu datang, Markay sempat menelfonku untuk menanyakan alamat rumah baruku. Tentu saja dengan seizin Daren, aku memberikan alamat rumah karena Markay mau mengirimkan undangan untuk kami.

Markay juga sedikit bercerita tentang calon istrinya yang katanya memiliki sedikit memiliki sifat sepertiku.

Acara telfonanku dengan Markay harus berakhir karena Daren pada saat itu sudah memanyunkan bibirnya dan mulai merengek. Bayi besarku memang sangat posesif.

Married by Accident ✔️Where stories live. Discover now