26. Terlena Lagi

85 19 0
                                    

Sudah seminggu Caca menjadi ketua komite putri di pondok pesantren Al-Firdaus. Belum ada satupun kesalahan yang dilakukan selama ia menjalankan tugasnya. Caca berharap semoga dirinya bisa selalu konsisten seperti itu. Rasanya sangat memalukan sekali jika dirinya melakukan kesalahan, secara dirinya itu mantan santri yang sering mendapatkan hukuman.

Pagi ini Caca diberikan tugas oleh ketua komite pusat untuk berkeliling seluruh wilayah pondok. Dengan ditemani ketua komite putra dan seorang anggota komite laki-laki, Caca melangkahkan kakinya dengan semangat.

“Kita harus jaga adab soalnya guru-guru lagi oprasi,” ujar salah seorang santri putri yang berteriak pada temannya.

Mendengar itu Caca langsung geleng-geleng. Setelah itu, ia langsung mendekati santri tadi. Berencana akan menegur santri tersebut.

“Siapa nama kamu?” tanya Caca sembari menambahkan senyuman disana.

Santri tersebut menganggap jika senyuman Caca memiliki maksud terselubung. Menurut rumor yang berkembang Ustazah Khalisa adalah seorang wanita yang memiliki masa lalu yang buruk.

“Anya Ustazah,” balas gadis tersebut. Ketakutan dengan meneguk salivanya.

“Lain kali jangan teriak-teriak seperti tadi ya Anya!” titah Caca selembut sutra padanya.

“Baik Ustazah.”

Caca langsung bergegas dan mendekati pemuda yang menunggunya di luar ruangan. Ia melihat ke arah kanan dan kiri. Rasanya seperti ada yang hilang.

“Ustaz Ilham kemana Gus?” tanya Caca pada seseorang di sana.

Pemuda itu melihat ke arah Caca dengan cepat. Ia tersenyum. Tampaknya wajahnya itu sangat bersinar sekali. Sementara Caca yang menatap wajah Ammar langsung menunduk. Setelah sekian lama tak merasakannya, kini debaran itu kembali bermunculan di dadanya.

“Ada apa Ca?” tanyanya yang tak luput dari senyumannya yang tetap ada di wajahnya.

“Gus Ustaz! Jangan panggil saya Caca sekarang. Panggil ustazah Khalisa!” cergas Caca yang tak terima dengan panggilan yang diucapkan oleh pemuda bernama Ammar itu.

Ada apa dengan Ammar? Tingkahnya itu membuat Caca ketakutan. Apalagi dengan tambahan meseman dalam raut wajahnya. Apa rumor itu benar jika Ammar kehilangan sedikit jiwanya?

“Saya mengenal kamu dengan nama Caca bukan Khalisa. Jadi saya akan tetap memanggil kamu dengan panggilan itu.”

Lagi-lagi wajah Caca memerah karena Ammar untuk yang ke sekian kalinya. Bukan dari ucapan Ammar barusan, melainkan karena tingkah Ammar yang membenarkan posisi peci hitamnya dengan tambahan senyuman. Caca amat terlena dibuatnya. Walaupun Ammar melakukannya tanpa sadar, tapi itu berhasil membuat jantung Caca berdetak lebih kencang dari normalnya.

“Ah, Gus Ustaz Ammar membuatku candu. Maafkan aku Ya Allah,” ujar Caca dalam hatinya.

-----

Seorang pria berkumis menyeret koper besar berwarna ungu dan terus melangkahkan kakinya membelah lalu lalang manusia di sebuah bandara. Kaos tanpa kerah berwarna rempah kunyit dilengkapi dengan jas hitam serta celana jeans yang melekat di tubuhnya pun menjadikan dirinya terlihat berbeda. Apalagi dengan tambahan kacamata hitam menutupi sang netra.

Pangeran Impian✓Where stories live. Discover now