17. Dejavu

102 18 1
                                    

Gema seruan shalat terdengar di mana-mana. Sudah memasuki waktu maghrib. Ammar menghentikan mobil yang dibawanya di depan sebuah masjid. Baru saja setengah jam dirinya mencari Caca, namun kegiatannya itu harus terhenti. Bagaimanapun juga ia adalah seorang muslim yang harus menjalankan kewajiban shalat lima waktu.

Diambilnya air wudhu. Wajah tampan miliknya semakin kentara dengan jelas saat terbasahi oleh air suci itu.

Mendengar iqomah, Ammar bergegas melakukan shalat berjamaah. Ia mengambil shaf yang berada tepat di belakang imam.

Sedangkan Farah yang tengah kedatangan tamu bulanan, ia tetap berada dalam mobil sembari mencari informasi. Siapa tahu saja teman dunia mayanya mengetahui dimana posisi Caca.

Lima belas menit berlalu. Ammar yang tak kunjung juga menaiki mobil, membuat Farah turun dari kendaraan roda empat itu kemudian mendekati pintu masjid.

Dilihatnya Ammar yang sedang berbincang dengan para pria yang mengenakan baju gamis, lengkap dengan sorban yang menutupi pecinya. Farah yang mempercayai jika orang haid tak bisa masuk ke dalam masjid, hanya bisa duduk di kursi yang ada di pelataran masjid.

"Ah, mending aku push rank aja."

-----

Caca keluar dari kamar mandi. Dari atas hingga bawah, dirinya kembali mengenakan pakaian lamanya, lengkap dengan sepatu boots kesayangannya. Yasmin yang menantang dirinya untuk balapan, membuat dirinya harus berpakaian seperti itu. Ia merasa sangat berdosa. Selain membuka aurat, Caca juga tak menunaikan shalat lima waktu hari ini.

"Ca motor lo udah gue siapin, maaf gue lancang ambil motor itu dari villa ayah lo," ujar Zidan lembut. Dirinya hanya bisa berharap amarah Caca terhadapnya tak membesar.

"Thanks," balas Caca singkat.

Caca dan Yasmin serta anak dua geng yang berbeda tengah menuju lokasi balap. Beberapa menit kemudian, mereka telah sampai di lokasi tujuan mereka.

"Andai aja ada Samudra, dia pasti seneng banget liat Caca balapan," bisik salah seorang anggota geng mentari yang dapat terdengar jelas oleh Caca.

"Cacaaaa... gue kangen banget sama lo. Lo apa kabar?" Seorang gadis bermata sipit menghamburkan pelukan pada Caca.

"Tapi aku, em maksudnya gue, nggak kangen sama lo Al," jawab Caca ketus seraya melepaskan pelukan Aliya. "Oh iya, kabar gue baik."

Satu hal lainnya yang menjadi tantangannya, Yasmin menantang dirinya harus menggunakan kosa kata gue dan lo. Dengan taruhan yang berat baginya, terpaksa Caca harus mengikuti keinginan Yasmin.

"3... 2... 1...," ucap seorang gadis yang kemudian menghempaskan bendera bermotif catur yang dipegangnya dari bawah ke atas.

Dua motor KLX melaju dengan kecepatan yang tak terdandingkan. Di lima menit putaran pertama, Yasmin memimpin pertandingan.

Sementara Caca terus memanjatkan doanya pada Sang Ilahi. Ia berharap dirinya bisa memenangkan pertandingan ini.

"Ya Allah maafin Caca, hari ini Caca berdosa banget. Maaf juga Ya Allah karena Caca licik. Di posisi Caca yang nggak menutup aurat, Caca justru memohon kepada-Mu agar bisa memenangkan pertandingan ini," tak henti-henti batin dan pikiran Caca memikirkan kesalahannya.

Di dunia ini, banyak sekali wanita yang meremehkan kesalahan seperti itu. Padahal dosanya itu begitu luar biasa.

Caca jadi teringat akan ucapan mbak Maira saat dirinya masih berada di Surabaya.

Maira saat itu bercerita, "Rasulullah saw pernah bercerita kepada Ali r.a : Wahai Ali pada malam mi'raj ketika aku pergi ke langit, aku melihat wanita-wanita umatku dalam azab dan siksa yang sangat pedih sehingga aku tidak mengenali mereka. Oleh karena itu, sejak aku melihat pedihnya azab dan siksa mereka, aku menangis." Caca yang mendengarkan itu, hanya bisa merasakan ketakutan. Ia berpikir, bagaimana jika dirinya menjadi salah satu dari wanita itu? Naudzubillah Min Dzalik.

Pangeran Impian✓On viuen les histories. Descobreix ara