14. Malamnya Bandung

128 23 0
                                    

Happy reading guys.

-----

Perempuan bergamis ungu serta khimar hitam, tengah memperhatikan setiap orang yang berlalu lalang di bandara Husein Sastranegara. Ia menunggu sesosok orang yang berencana akan menjemputnya disana. Diliriknya pergelangan tangan yang terlilit benda berwarna putih. Waktu menunjukkan pukul 17 lebih 30 menit.

Detik berikutnya ia melirik ke arah gadis remaja yang duduk di sebelahnya. Dengan menggunakan pakaian yang sama, keduanya sangat terlihat seperti pasangan kakak dan adik.

Dua puluh menit Caca menunggu kedatangan Ammar dengan ditemani Farah. Sungguh, rasanya Caca sangat ingin sekali meninggalkan kursi tunggu itu sekarang juga. Caca sudah tak sabar ingin menginjakkan kembali kakinya di pesantren Kyai Zul. Namun, pria itu tak kunjung datang juga.

Caca berdiri, "Far... kita naik taksi aja yuk."

Farah langsung menoleh ke arah sumber suara. Dengan tatapan kejam ia berkata, "Kak Caca... mending tunggu aja Bang Ammar-nya. Sabar sebentar lagi ya kak. Lima menit aja deh."

Caca membuang napas. Pasti Farah sedang melakukan sebuah aksi yang sangat penting, karena benda pipih yang tengah dipegangnya itu berposisi landscape. Mungkin Farah sedang bermain game.

Lima menit. Oke, Caca akan menunggu. Ia kembali duduk di samping Farah.

"Assalamu'alaikum Caca," pria itu menampilkan senyum bahagia tiada tara.

Baru saja Caca akan menelepon Ammar untuk menanyakan dimana posisi pria itu, tapi Ammar sudah berdiri di depannya saja.

Caca mendongak dan membalas senyuman Ammar, "Wa'alaikumussalam Gus Ustaz."

"Klepek-klepek sih boleh, tapi masa nggak jaga pandangan?" sindir Farah dengan tetap melanjutkan pertarungannya di game online.

Ammar merasa sangat mengenali suara itu. "Tuh kan bener Farah. Kok kamu ada disini Far?"

Farah mengalihkan pandangan. "Eh Bang, istigfar... Bukannya malah marah-marah."

"Istigfar buat?" tanya Ammar dengan wajah polosnya.

"Ah Bang Ammar, ini jadi kalah kan. Bang Ammar nggak seru ah," pekik Farah yang kemudian murung dan cemberut.

Mendengar candaan antara kakak dan adik, Caca tertawa lepas bak melihat candaan konyol para perawak. Sementara Ammar melambungkan senyumannya di kala melihat Caca.

-oOo-

"Gus Ustadz mau ajak aku kemana sih?"

Ammar tersenyum manis, "Nanti kamu juga tahu sendiri."

Ya... sekarang mereka sedang dalam perjalanan menuju sebuah tempat yang jadi tujuan Ammar. Setelah berhasil meyakinkan sang adik untuk pulang menaiki taksi online, akhirnya Ammar bisa pergi bersama Caca. Hanya berdua. Sungguh kali ini Ammar tak peduli dengan hukum bepergian dengan lawan jenis. Kali ini Ammar hanya ingin mengikuti egonya tanpa berpikir panjang terlebih dahulu.

Jika dikatakan, Ammar sendiri sangat paham betul akan larangan berkhalwat. Rasulullah shalallahu 'alaihi wasallam sendiri telah melarangnya dan disebutkan dalam sebuah hadis yang artinya, "Janganlah seorang laki-laki itu berkhalwat (menyendiri) dengan seorang wanita kecuali ada mahram yang menyertai wanita tersebut." [HR. Bukhari dan Muslim]

Beliau juga bersabda, "Ingatlah, bahwa tidaklah seorang laki-laki berkhalwat dengan seorang wanita kecuali yang ketiganya adalah setan." [HR. Ahmad, At-Tirmidzi dan Al-Hakim]

"Ayo Ca! Kita sudah sampai," ajak Ammar setibanya di sebuah cafe berdesain ala Eropa.

Sebenarnya apa yang ingin Ammar lakukan, Caca sangat bingung sekali. Padahal Caca sangat lelah karena efek melakukan perjalanan yang cukup jauh. Mengapa pria ini tak mengajaknya di lain watu saja?

"Gus Ustaz, jangan lama-lama ya. Caca kan ingin ketemu Yasmin, Raida, Sayu dan yang lainnya."

Ammar tahu dengan jelas keletihan yang dirasakan Caca dari wajahnya. Gadis itu terlihat jelek, pikirnya. Matanya yang sedikit menghitam ditambah dengan senyuman yang tak begitu lebar.

Ammar kembali memasang senyuman di wajahnya, mengabaikan permintaan Caca sejenak. "Sekarang kita ke rooftop yuk."

Kini Ammar dan Caca sudah berada di rooftop, keduanya tengah berdiri di dekat dinding kaca yang menampilkan indahnya pemandangan malam. Kelap-kelip cahaya begitu memanjakan mata keduanya. Kendaraan-kendaraan yang berlalu lalang juga dapat terlihat dengan sangat jelas. Diantara pemandangan-pemandangan yang ada, bagi Caca pemandangan yang luar biasa adalah penampakan dari langit yang cerah dengan dihiasi bulan dan kumpulan bintang. Cafe ini memang tempat yang paling cocok untuk dijumpai. Selain letaknya yang strategis dan memiliki rooftop yang di lapisi kaca, cafe ini juga memiliki hidangan yang sangat enak.

Beribu-ribu kali Caca ucapkan syukur. Sepertinya lelahnya itu telah terbalaskan karena melihat pemandangan yang sungguh menakjubkan.

"Indah kan Ca?" tanya Ammar tanpa sedikitpun sikap cuek dan judes alaminya.

"Iya Gus Ustaz, indah. Tapi kenapa harus sekarang sih Gus Ustaz bawa Caca nya? Kenapa nggak besok? Caca kan cape."

Akhirnya Ammar mendengar ucapan lelah itu langsung dari mulut Caca, tanpa di alihkan ke hal yang lain.

Pria itu menarik oksigen hingga masuk ke rongga perut, kemudian ia lepaskan secara perlahan. Ia gugup, namun bahagia berada di samping Caca dan hanya berdua.

"Sebenarnya saya membawa kamu kesini itu karena saya ingin..." Ammar mengantung ucapannya begitu lama hingga membuat Caca sangat penasaran.

"Ingin apa Gus Ustaz? Lanjutin!!" ujar Caca kesal.

Kini raut wajah Caca berubah menjadi penuh arti, ia seakan berkata, "Yaudah lah terserah."

Detik berikutnya terdengar langkah bunyi sepatu. Orang itu semakin lama semakin mendekat dan...

"Halo bro, apa kabar lo?" ucap orang itu seraya menepuk pundak Ammar.

Ammar langsung membalikkan badannya. Ternyata orang itu adalah sahabatnya. Keduanya langsung melepaskan rindu dengan sebuah pelukan erat.

Sementara Caca, ia masih bergeming di tempatnya. Ia seperti mengetahui pemilik dari suara itu. Ia berusaha mengingat. Bersamaan dengan Caca yang menemukan siapa pemiliknya, orang itu menyapa Caca.

"Hai Ca... Semoga lo nggak lupa sama gue ya. Udah setahun kayaknya kita nggak ketemu."

Caca membalikkan badannya secara perlahan. Tak lupa pula semua tubuhnya juga gemetar, terutama di bagian kaki.

"Sa...Samudra," lirih Caca.

----

TBC!!

Ternyata Gus Ustaz Ammar bersahabat dengan Samudra guys. Apa kabar Caca kalau begitu? 

Part ini sengaja dibuat gantung, biar kesannya waw gitu.

Oh iya guys. Alhamdulillah pula aku nggak jadi UN besok. Tadinya hari ini adalah H-1 UN bagi aku, eh ternyata nggak jadi bahkan sekolah pun diliburkan oleh Pak Gubernur.

BTW, tolong hargai usahaku ini ya dengan memberikan vote dan komentar dari kalian. Mwuuuah...

Pangeran Impian✓Where stories live. Discover now