5. Hukuman

185 59 12
                                    

Part ini pendek ya teman-teman.
Happy reading...

----

“Assalamu’alaikum ustadz Ammar.”

Mendengar nama tersebut kepala Caca yang semula menunduk karena malu langsung terangkat dan netra  coklatnya juga spontan langsung terbelalak dengan sempurna. Pasalnya hari ini adalah hari pertama dirinya bertemu dengan pangeran tujuan hidupnya. Akhirnya sosok yang Caca rindukan dapat ia jumpai walau dengan cara yang salah.

“Wa’alaikumussalam.” Jawab pria jangkung yang masih mengenakan pakaian shalat lengkap.

“Ustadz, santri ini sudah melanggar empat aturan pesantren.”

“Ustadzah... Saya cuma melanggar tiga bukan empat,” elak Caca tak terima. Dirinya bingung, kesalahan apa lagi yang ia lakukan.

“Coba sebutkan kesalahan kamu,” ujar lembut Ammar tiba-tiba yang kini tengah duduk di kursi.

Alasan Ammar di jadikan sebagai ketua pusat oleh Kyai Zul karena dirinya pandai mengubah sifat dengan kilat. Wajah tampan yang sangar yang dimilikinya juga menjadi salah satunya. Hampir semua santri yang sudah berhadapan dengan Ammar, pasti langsung insaf. Itulah kelebihannya. Entah jurus apa yang ia gunakan, tetapi memang Ammar benar-benar hebat.

“Saya berbohong jika saya sedang tidak enak badan, saya juga berbohong tentang berhalangan shalat, dan yang terakhir saya memainkan ponsel di kamar.” Tak lupa Caca menjelaskan itu semua tanpa merasakan salah sedikitpun.

“Iya kamu memang melanggar empat aturan pesantren.”

“Loh ustadz? Kok?”

“Aturan ke tiga adalah tidak diizinkan benda bernama ponsel ada di kawasan pondok. Saat kamu tiba disini bukankah ustadzah Nur sudah meminta ponsel milik kamu? Tetapi mengapa kamu tak memberikannya? Kamu justru menyimpan di dalam lemari kamu. Itu kesalahan keempat kamu.” Ammar sedikit memberikan penekanan di kalimat terakhirnya.

Mendengar Ammar membentak, membuat Caca ketakutan. Harapan untuk mendekati pangerannya pun hilang seketika. Dari lubuk hatinya Caca sangat menyesal memasuki pesantren.

“Saya memberikan hukuman buat kamu. Pertama, kamu tulis dan hafalkan Al-Qur’an juz 30. Peraturan menulis dan menghafalnya bisa kamu tanyakan kepada rekan sekamar kamu. Karena kamu santri baru, saya beri batas waktu menyelesaikan tugas ini adalah 3 minggu,” ujar Ammar seraya mencatat hal yang keluar dari mulutnya.

“Hukuman kamu yang kedua, kamu di larang memakai kata gue-lo dan menyebut kata-kata kasar dimanapun dan kapanpun kamu berada. Sedangkan hukuman yang ketiga, kamu tulis kata ‘saya adalah santri pelanggar aturan nomor 2’. Itu hukuman karena kamu nggak shalat. Tulis kata itu disana,” Ammar menunjuk kardus yang sudah di berikan tali rapia yang disampingnya ada spidol hitam.

“Setelah kamu tulis itu, kamu kalungkan lalu kamu berdiri di dekat para santri wati yang sekarang lagi berlajar nadzom. Setelah kelas bubar, kamu cat aula utama sendirian. Lupakan kelas kamu hari ini dan besok karena saya akan bebaskan kamu dari kegiatan belajar mengajar. Dan hukuman kamu dimulai dari sekarang. Good luck.”

Tujuan pemberian hukuman sebenarnya bukanlah bertujuan untuk menyiksa, tetapi bertujuan untuk memberikan rasa jera terhadap santri yang telah melanggar kedisiplinan. Bagaimanapun juga bentuk santri, ia akan menggambarkan bagus atau jeleknya sebuah pondok pesantren.

----

Kini sang waktu berpijak pada pukul 8 malam. Caca yang baru saja menyelesaikan setengah hukumannya di aula langsung menghampiri rekan sekamarnya. Terdengar nafas yang sangat terengah-engah karena lelah.

“Yasmin... Raida... gu--- emm aku mau tanya. Aturan nulis sama menghafal Al-Qur’an itu gimana?”

“Buat nulis, kamu nulisnya di kertas hvs A4 dan hasil tulisan kamu disatuin lalu hard coverin. Kalau buat menghafal, tiap selesai shalat isya berjamaah kamu setor ke ustadzah Nur.” Seperti biasanya, Yasmin menjawab Caca dengan sangat ramah dan lembut. Walau Caca menyebalkan, tetapi bagaimanapun juga Yasmin tak bisa membalasanya dengan kejahatan.

“Hukumannya berat banget sih, males banget deh ngerjainnya.”

“Ya itu derita, makanya tujuan masuk pesantrennya benerin. Jadi sulit kan kalau tujuannya asal?” umpat Raida yang kini tengah menyantap mie instan bersama Sayu.

Kristal bening meluncur dengan bebas dari balik kelopak mata Caca. Tanpa izin sang tuan, ia melancarkan aksinya begitu saja. “Iya gu-- aku emang nyesel. Teman-teman maafkan sikap gue eh maksudnya aku yang teledor ini ya, aku banyak nyakitin kalian. Aku memanglah anak nakal. Baru saja 3 hari menjadi santri, aku justru sering membuat masalah dengan kalian. Dari lubuk hatiku yang paling dalam, aku ingin berteman baik sama kalian. Aku mohon bimbing aku untuk berjalan di jalan yang benar. Dan aku ingin kasih tau kalian, hukuman-hukuman dari ustadzah Nur dan ustadz Ammar membuat aku takut.”

Bintang dan bulan menjadi saksi atas pengakuan seorang Caca. Tetapi hatinya tak sesuai dengan ucapannya. Ya, Caca berakting agar mendapatkan belas kasih dari rekan-rekannya. Namun hukuman dari Ammar memang membuat dirinya terpojok. Caca menjadi mengingat kejadian beberapa tahun lalu, dimana sang ayah selalu menyiksanya atas perbuatan yang Caca lakukan.

Dasar anak nggak tahu diri!! Mulai sekarang saya tak sudi menjadikanmu sebagai anak saya lagi. Urus dirimu sendiri!! Saya bosan,” ucap sang Ayah kala itu yang kemudian mendorong  Caca dengan keras hingga tubuhnya terbentur ke tembok dan membuat dirinya tak sadarkan diri selama satu minggu.

Kejadian itu hanya menyisakan trauma baginya, Caca takut akan sebuah kata yang berjuluki hukuman. Setelah ibunya meninggal karena kecelakaan, ayahnya menjadi frustasi dan kehilangan arah sehingga melampiaskan semuanya pada Caca yang saat itu selalu ada di dekatnya karena kakaknya---Ilyas--- tengah menyelesaikan pendidikannya di pondok pesantren yang kini dipijak oleh Caca.

Kalo tau gue bakal dapet hukuman kayak gini lagi, gue males ada disini. Cukup hanya papah yang boleh hukum gue, yang lain nggak boleh,” batin Caca.

Tbc!!

Terimasih untuk teman-teman yang masih membaca GC hingga part ke-5 ini.

Jangan lupa tinggalkan vote dan komentar ya. Karena walaupun hanya satu, itu akan membuat saya senang hehehe.

Jika ada kesalahan, saya terima koreksi teman-teman kok.

Sampai jumpa di part berikutnya.

Pangeran Impian✓Where stories live. Discover now