3. Belanja

191 67 10
                                    

Terik mentari kian menyegat menghangati kota yang semalam bersuhu 21 derajat. Dengan pakaian Casual Style berwarna hitam bak seorang mafia, gadis pemilik netra coklat ini berdiri tepat 50 meter di depan bangunan bernama Trans Studio Mall. Tadi pagi Caca menghubungi kembali abangnya jika mereka akan bertemu di pusat pemberlanjaan ini.

Lima belas menit kemudian, kendaraan beroda empat berwarna putih berhenti tepat di depat mata Caca. Dapat dilihat dengan jelas kaca mobil tersebut terbuka dan menampilkan seorang pemuda tampan yang tak beda jauh dengan ketampanan artis internasional bernama Zayn Malik.

“Masuk Ca! Temenin abang ke parkiran,” pinta sang kemudi kendaraan beroda empat itu.

“Dih!! Dasar manja,” umpat Caca.

“Mumpung ketemu adik, ya harus di manfaatin.”

Pemuda itu tak lain tak bukan adalah kakak dari Caca, namanya Muhammad Ilyas Fathurrahman. Umurnya saat ini menginjak 23 tahun, selang 5 tahun dengan Caca. Ilyas yang kebetulan sedang ada di Indonesia, langsung dipergunakan Caca sebagai penolong satu-satunya saat ini.

Setelah meletakkan mobilnya di parkiran, Ilyas dan Caca langsung memasuki mall dan membelah setiap toko yang ada disana.

“Kamu cari apa sih Ca?”

Pasalnya Ilyas kebingungan, karena tak satupun toko yang Caca beli barang jualannya.

“Caca cari baju gamis,” balasnya singkat.

“Masya Allah. Ca kamu mau menutup aurat? Alhamdulillah dong kalau begitu.”

Memang pakaian yang Caca kenakan selama ini adalah pakaian terbuka. Bahkan tak jarang dari baju-baju Caca yang kekurangan bahan. Tetapi dimana pun dan kapan pun Caca berada, dirinya selalu mengenakan jaket kulit hitam kesukaanya. Jadi Caca berpikir jika dirinya tak terlalu mengumbar aurat. Padahal dalam Agama tak seperti itu.

Mahasiswa yang kini tengah menyelesaikan study S2 di Universitas Al-Ahzar Mesir, tentu sangat paham akan aurat wanita. Dan Caca adiknya itu belum menjalankan syari’at agama yang jelas-jelas sudah di tentukan.

“Bahwasannya Asma binti Abu Bakar masuk menemui Rasulullah sholallahu ‘alaihi wasallam dengan mengenakan pakaian yang tipis, maka Rasululllah sholallahu ‘alaihi wasallam bersabda : “Wahai Asma’ sesungguhnya seorang wanita jika telah baligh tidak boleh terlihat kecuali ini dan ini. (Beliau menunjuk wajah dan kedua telapak tangannya).” [HR. Abu Dawud].

Hadist di atas sudah sangat jelas menjelaskan aurat wanita. Namun di zaman modern sekarang ini juga banyak wanita yang menutup auratnya dengan cara yang belum benar. Tak sedikit dari mereka yang mengenakan jilbabnya tak menutupi dadanya dan selalu memakai pakaian ketat sehingga semua orang dapat melihat lekuk tubuhnya. Bahkan ada pula yang masih berpacu dengan perias wajah secara berlebihan dan dapat mengubah sedikit dari wajah aslinya.

Rasulullah sholallahu ‘alaihi wasallam bersabda : “Wanita adalah aurat, maka apabila dia keluar (dari rumahnya) maka syaiton akan berdiri tegak (untuk menyesatkannya kedalam fitnah yang disebabkan wanita tersebut).” [HR. At-Tirmidzy dari shohabat Ibnu Mas’ud dan di shohihkan oleh Syekh Al-Albani dan Syekh Muqbil.]

“Ya kalau mau cari baju gamis, ya ke toko baju gamis. Jangan ke toko yang lain. Aneh kamu ini,” ujar lembut Ilyas.

Bukan Caca jika tak kikuk. Saat gugup kerapkali sifat ini akan selalu muncul begitu saja, apalagi di depan orang terkasih.

Hampir satu jam lamanya Caca memilah-milah baju di sebuah toko perlengkapan muslim dan muslimah. Dengan di bantu Ilyas akhirnya Caca dapat memboyong sepuluh jenis baju gamis dengan varian warna berbeda. Selain membeli baju gamis, Caca juga membeli 5 khimar berukuran besar berwarna senada dengan warna gamis yang Caca beli. Caca juga membeli 2 buah mukena, satu buah sajadah, serta satu buah Al-Qur’an.

“Karena bang Ilyas udah temenin Caca beli ini semua, nih hadiah buat abang,” ujar Khalisa seraya memberikan goodie bag berisikan peralatan shalat pria.

“Aduh-aduh makasih, jaza-killah khairan katsiraa adikku sayang,” Ilyas terharu dan ia mengetahui jika adiknya tak paham akan ucapannya karena terlihat dengan jelas dari dahi Caca yang berkerut.

“Jadi jaza-killah khairan katsira itu adalah sebuah doa ungkapan rasa syukur atas orang yang melakukan perbuatan kebaikan kepada kita dan kalimat itu sendiri memiliki arti ‘Semoga Allah membalasmu dengan kebaikan yang banyak’. Tapi nggak setiap orang bisa kamu ucapin pake Jaza-killah. Karena jaza-killah itu di ucapkan hanya kepada seorang wanita. Kalau kamu mau ucapin kepada seorang laki-laki pakainya Jaza-kallah. Ucapan-ucapannya begitu pun akan berbeda jika diucapkan ke banyak orang. Dan jika mendengar orang yang berucap seperti itu, lebih baik kamu Aamiin-kan,” Ilyas menjelaskan semua itu bak orang yang tengah melakukan khutbah. Selain bahasanya yang baku, tangannya juga melakukan gerakan-gerakan kecil.

Walaupun penjelasan panjang lebar Ilyas hanya mendapatkan anggukan-anggukan kecil dari sang adik, tetapi Ilyas merasa bangga bisa membagi ilmunya. Dan di menit berikutnya Ilyas menjelaskan kata apa yang harus di ucapkan kepada banyak wanita dan kepada banyak laki-laki begitupun kepada banyak wanita dan laki-laki.

“Oh iya-iya Abang ustadz Caca paham, jaza-kallah khairan katsira.”

“Sama-sama. Aamiin.”

Setelah selesai mengisi perut di depan mall bersama sang adik, Ilyas langsung membawa mobilnya ke arah villa yang kini di tempati Caca dengan membawa barang belanjaan sang adik di kursi belakang. Sedangkan Caca sendiri tengah mengelilingi mall untuk yang kedua kalinya, katanya ada barang-barang yang belum sempat ia beli.

Satu jam Ilyas menunggu, akhirnya Caca sang adik tiba juga di villa yang terletak di daerah terpencil itu. Kedua tangan Caca membawa banyak sekali goodie bag, padahal belanjaan yang di bawa Ilyas saja sudah banyak.

“Ya Allah Caca, kamu beli apa lagi?” umpat Ilyas terkejut saat mata belonya melihat bawaan sang adik.

“Ini bang, Caca beli kaos lengan panjang dan rok. Caca juga beli beberapa kerudung besar juga.”

Kelakukan Caca yang tiba-tiba berubah hari ini membuat Ilyas memiliki banyak pertanyaan-pertanyaan aneh dalam benaknya. Pasalnya adiknya yang suka balapan itu sangat jauh dengan agama. Kerapkali Caca selalu marah jika Ilyas menerangkan hal-hal yang terkait dengan agama. Dan sekarang sifat Caca berubah 180 derajat.

“Ca, semua barang-barang itu buat apa?” Kini Ilyas hanya pura-pura tak tahu untuk memancing adiknya berbicara.

“Ya buat di pake di pesantren bang,” balas Caca ceria.

“Abang nggak salah denger?”

“Nggak bang. Caca emang pengen masuk pesantren,” jeda sejenak. “Tolong daftarin dong bang,” rayu Caca.

Permintaan Caca hanya mendapatkan anggukan kecil dari Ilyas. Namun itu membuat Caca loncat-loncat bahagia dan sekilas memeluk erat Ilyas.

Yey bisa ketemu sama pangeran deh tiap hari,” batin Caca.

Dahi Ilyas berkerut, "Oh ya Ca, kamu dapet uang buat belanja itu semua dari mana?"

"Dari balapan motor," balas Caca yang tengah melihat-lihat lagi barang belanjaannya.

---

Tbc!!

Pangeran Impian✓On viuen les histories. Descobreix ara