15. Sahabat?

110 21 1
                                    

Happy Reading <3

-----

"Sa...Samudra," lirih Caca.

Keberadaan Ammar disana membuat dirinya heran melihat tingkah Caca dan Samudra yang sepertinya sudah saling mengenal.

"Loh kamu kenal sama Sam, Ca? Padahal saya ajak kamu kesini itu mau ngenalin kamu sama dia, sahabat terbaik saya."

Untung saja tadi ia sempat mengajak gadis itu mengintip indahnya pemandangan malam. Jadi tak terlalu sia-sia membawa Caca kemari, pikirnya.

"Gus Ustaz sama Sam sahabatan?" Kini tak hanya gemetar, seluruh tubuh Caca bahkan mengeluarkan keringat dingin yang cukup banyak.

Samudra yang melihat dengan jelas perubahan raut wajah yang dialami oleh mantan anggota geng motornya, berusaha untuk bertanya 'kenapa' pada Caca seraya akan menyentuh wajah Caca. Namun dengan kecepatan kilat, langsung ditepis oleh Ammar.

"Loh Mar, gue kan khawatir sama Caca. Dia juga kan sahabat gue," sentak Samudra dengan raut wajah yang tak biasa.

Karena sikap Samudra yang terlalu khawatir pada Caca, Ammar juga jadi merasa khawatir pada gadis itu. Akhirnya ia mengajak Caca duduk.

"Ca kamu sakit? Kenapa kamu nggak bilang sama saya?" tanya Ammar khawatir.

Ammar tak ingin berbohong, ia sangat ingin menyentuh Caca. Namun ia sadar, jika menyentuh Caca sekarang itu sangat dilarang dan hukumnya haram, kecuali jika dirinya menjadikan gadis itu sebagai pelengkap imannya.

"Caca nggak apa-apa kok Gus Ustaz, tadi Caca cuma kaget aja. Ternyata Gus Ustaz sama Sam sahabatan. Itu kenyataan pahit buat Caca."

Dengan berjarak lima meter, Samudra dapat dengan jelas mendengar Caca. Sepertinya gadis itu masih trauma akan kejadian yang dialaminya.

"Sam udah buang aku, sebenarnya aku nggak mau ngeliat wajahnya lagi," batin Caca bergejolak kesal.

"Ca. Kalau kamu punya masalah sama seseorang, kamu harus selesaikan. Kamu jangan kabur dari masalah itu."

Caca bingung harus berbuat apa. Dalam lubuk hatinya yang paling dalam, ia sangat membenci Samudra. Bagaimana ia bisa menerima pria itu kembali setelah pria itu membuangnya mentah-mentah?

"Oh iya Ca. Mulai besok Samudra akan menjadi salah satu dari keluarga besar Pondok Pesantren Al-Firdaus, dia akan menjadi santri disana."

Gadis itu semakin terkejut. Tak bisa dibayangkan. Mulai esok, dirinya akan berada di satu wilayah dengan pria itu. Bahkan agenda di setiap harinya akan sangat sama. Bagaimana jika nanti kebenciannya itu akan semakin membesar? Apakah dirinya akan berdosa?

Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda, "Anas radliallahu 'anhu berkata, Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: jangan putus-memutus hubungan dan jangan belakang-membelakangi dan jangan benci-membenci, dan jangan hasud-menghasud dan jadilah kamu hamba Allah sebagai saudara, dan tidak dihalalkan bagi seorang muslim memboikot saudaranya sesama muslim lebih dari tiga hari. (HR.Bukhari dan Muslim)

"Caca ingin pulang sekarang."

Hanya kalimat singkat dan jelas yang keluar dari mulut Caca dan di detik berikutnya, permintaannya itu langsung terkabulkan. Ammar dengan sigap menggiring Caca berjalan menuju lantai bawah dan mendekat ke mobilnya.

Saat berada di dekat Samudra, Ammar sempat berbisik dan langsung mendapatkan anggukan dari sang empunya telinga. Kira-kira bisikannya itu seperti ini, "Kamu langsung ke pesantren saja. Nanti kita ketemu disana. Saya akan pulang bersama Caca menaiki mobil yang saya bawa."

Ya begitulah Ammar, walau bersama sang sahabat dirinya tetap berujar seolah-olah sedang berbicara dengan orang asing. Cuek dan dingin. Kata-katanya pun sangat singkat dan langsung tertuju pada intinya.

------

Hari telah berganti. Namun, matahari yang tak kunjung memancarkan sinarnya dan membuat suhu pagi ini menjadi sangat tak bersahabat. Jika cuaca seperti ini, sangat enak digunakan untuk berbaring dengan sebuah selimut tebal yang mampu memberikan kehangatan bagi tubuh. Tetapi tidak dengan para santri Pondok Pesantren Al-Firdaus ini. Mereka tetap mengikuti agenda rutin yang diadakan di sana.

"Ca. Habis masak antar aku beli pembalut ya, plisss." Mohon Yasmin pada Caca yang tengah menggoreng ikan sembari menelungkupkan kedua tangannya.

"Tiga bulan nggak ketemu, kamu jadi makin bawel ya." Jeda 2 detik, "aku kan dari tadi udah jawab iya terus."

Memang, Yasmin sudah melontarkan pertanyaan lebih dari sepuluh kali dan itu membuat Caca kesal mendengarnya.

"Hehehe maaf Ca. Aku kangen suara kamu soalnya," ujar Yasmin.

Caca kemudian terkekeh menanggapi balasan Yasmin. "Kamu ini ada-ada aja ih."

Gadis yang mengenakan gamis pink dusty dengan khimar senada ini semakin hari semakin lihai saja menggoreng ikan. Awalnya Caca sama sekali tak berani menyentuh ikan segar sekali pun. Apalagi setelah dimasukkan ke dalam minyak panas, Caca sangat takut dengan letusan yang akan terjadi.

-----

Kini Caca dan Yasmin sedang menuju ke sebuah minimarket yang letaknya cukup dekat dengan pondok. Seperti yang tadi Yasmin bilang, Caca menemaninya membeli sebuah benda khusus yang hanya bisa digunakan oleh wanita.

"Oh iya Yas, kok aku nggak lihat Raida sama Sayu sih dari semalem. Mereka berdua kemana?"

Caca heran, pasalnya saat dirinya tiba di kamar semalam, dirinya tak mendapat pelukan rindu dari kedua sahabatnya itu. Padahal ia sangat merindukan mereka. Sebelumnya ia pikir kedua sahabatnya itu akan ia temukan saat masak. Namun, kenyataannya tidak.

"Mereka lagi lomba Cerdas Cermat di Jakarta. Lombanya se-Indonesia loh. Hebat ya mereka," ujar Yasmin memuji kedua temannya itu.

Setelah membeli sebuah pembalut berukuran 29 sentimeter. Yasmin berniat mengajak Caca ke warung kupat tahu. Ya, itung-itung sebagai tanda terimakasih karena Caca telah mengantarnya.

"Ca. Tunggu bentar, kaos kaki aku merosot. Aku mau benerin dulu, kamu jalan duluan aja."

Apa yang dikatakan Yasmin diikuti oleh Caca. Gadis itu jalan mendahului Yasmin dengan langkah perlahan.

Caca merasa Yasmin sangat lama membenarkan kaus kakinya. Detik berikutnya, gadis itu berbalik arah untuk melirik Yasmin. Saat sudah menghadap belakang, kedua netra coklatnya sama sekali tak menangkap sesosok Yasmin. Ia mulai khawatir. Kemana perginya Yasmin?

Karena Caca keluar pondok berdua, maka ia harus mencari dimana keberadaan Yasmin.

"Duh Yayas. Kamu dimana sih? Aku khawatir banget," keluh Caca.

Tiba-tiba ada sebuah mobil hitam yang berhenti tepat di samping Caca. Ia menoleh. Gadis itu terkejut bukan main. Matanya menangkap 2 sosok manusia berpakaian serba hitam. Baru saja Caca ingin menarik napas, kedua pria itu membekap Caca dan memasukkanya ke dalam mobil. Ya, Caca diculik.

Selama berada dalam mobil, Caca sama sekali tak dapat melakukan apa-apa. Jangankan memberontak, teriak minta tolong pun tak bisa. Tangan dan kakinya terikat dengan erat, mulutnya pun terbekap oleh sebuah benda lengket berwarna hitam alias lakban. Mereka juga menutup mata Caca dengan kain. Jadi, Caca sama sekali tak tahu sang penculik membawanya kemana.

Menit berikutnya, mobil yang membawa Caca terhenti. Sang penculik kemudian membuka penutup mata Caca. Dan betapa terkejutnya saat Caca membuka kedua netra coklatnya, ia menangkap sesosok orang yang selama ini menjadi salah satu sahabatnya.

TBC!

Kira-kira siapa ya yang menculik Caca? Sahabatnya Caca katanya. Kalian ingat Zidan dan Aliya? Apa mereka pelakunya? Atau jangan-jangan Samudra?

Silahkan tebak aja di kolom komentar ya teman-teman.

Pangeran Impian✓Tahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon