Chapter 26

40 5 0
                                    

Dokter Hendrick menatap tidak percaya pemandangan di depannya, ia tahu saat ini bukan waktunya untuk mengagumi ciptaan Tuhan di depannya ini. dengan hati-hati, ia menyentuh bahu perempuan di depannya, "Dokter Key? Apa yang terjadi?" tanya Dokter Hendrick saat perempuan itu menemukannya dengan nafas perempuan itu yang tersenggal-senggal.

"Beri aku minum, Dok. Aachen-Hamburg bukanlah perjalanan yang mudah."

Dokter Hendrick dengan cepat memberikan sebotol air mineral yang langsung di tenggak Killa dengan cepat. Ia lupa kalau kondisinya tidak cukup untuk lari dari parkiran ke ruang operasi setelah menempuh empat ratus kilometer lebih. "Dimana, Dokter Sean berada, Hendrick?" tanya Killa cepat tanpa menyadari rambutnya yang panjang berantakan mengundang perhatian para suster dan dokter saat itu.

"Dokter Key?" Killa menoleh ke samping dan mendapati Dokter Sean yang tengah memandanginya dengan tatapan aneh dan kagum secara bersamaan.

Killa menghadap Dokter Sean, "Jadi, bagaimana? Kita harus selamatkan bayi dan ibunya, Dokter." Killa melihat ke sekeliling mencari jam dinding, dan ia tidak sadar bahwa ruang operasi tidak mempunyai jam selain jam digital di dalam ruang operasi. "Sekarang? Ya, sekarang jam berapa, Dokter? Aku harap kita belum melewatkan golden time."

Dokter sean melangkah mendekati Killa yang sedang dilanda panik, "Dokter? What's wrong? Semuanya baik-baik saja, aku sudah memeriksanya," kata Dokter Sean menenangkan Killa.

Killa menatap Doktetr Sean bingung, "Bukankah donornya sudah siap? Kita harus menyelamatkannya sebelum gagal fungsi hatinya bertambah buruk."

"Tenangkan dirimu dulu, Dokter. Aku kira, kita tidak bisa menjalankan operasi kalau kamu masih dalam keadaan panik." Dokter Sean menatap Killa, "Apa kamu sakit?" tanya Dokter Sean yang tidak dimengerti oleh Killa.

"Tidak"

Dokter Sean tersenyum, "Liatlah, sekarang kamu sangat berantakan. Lebih baik, kamu kembali ke ruanganmu dan rapihkan dirimu. Dan penampilanmu membuat semua para dokter dan suster tidak bisa bekerja dengan benar." Perkataan Dokter Sean membuat seluruh staf Rumah sakit kembali kepada pekerjaan mereka.

Killa menatap dirinya, rambut yang tergurai acak-acakan, t-shirt putih polos yang dilapisi jaket jeans, dan legging hitam membuatnya sadar bahwa ia sedang dalam krisis. Astaga, rasanya Killa ingin menenggelamkan dirinya di dalam lautan. Ia sangat malu saat ini. dan pakaian ini sama sekali bukan pakaian yang biasa ia pakai jika ke Rumah sakit, ini lebih seperti ia ingin pergi jalan-jalan bersama teman-temannya.

"Kita mulai operasi satu jam setelah ini, Dok. Aku harus visit pasien terlebih dahulu. Dan kamu tunggu di ruanganmu," suruh Dokter Sean dan Killa segera pergi dari ruangan steril itu.

"Bagaimana bisa dia sangat mempesona dengan penampilan yang berantakan?" tanya Dokter Sean kepada Dokter Kim yang sedari tadi diam memperhatikan interaksi kedua dokter tersebut.

"Dan aku kira dia adalah pasien yang melarikan diri dari Rumah sakit ini," jawab Dokter Kim dengan senyuman yang memperlihatkan lesung pipinya yang indah.

"Dia sangat lucu."

"Ya, sangat lucu, Dokter" Dokter Kim mengangguk menyetujui perkataan yang dikatakan Dokter Sean kepadanya. Mereka berdua berjalan bersama dan keluar dari area ruang operasi.

Dokter Hendrick menganga menyaksikan apa yang tadi dilihatnya. Ia tidak percaya apa yang dikatakan kedua seniornya itu tentang Dokter Key- seniornya. Bagaimana Dokter Key yang sangat mempesona dan membuat seluruh staf Rumah sakit yang super sibuk berhenti untuk menyaksikan kepanikannya? Dan ia yakin, berita sudah beredar cepat tentang betapa mempesonanya seorang Killaputri.

"Itu tadi Dokter Key? Crazy! Dia sangat cantik, Arsen" Dokter Hendrick hanya menghendikan bahunya untuk merespon temannya yang seorang perawat.

*

"Kamu terdengar panik, Harziq. Apa yang terjadi?" tanya Satria ketika mendengar nada panik saat Harziq- sahabatnya- menerima telepon darinya.

"Ah. Kau, satria?"

Satria mengerutkan keningnya, "Ada apa, Harziq? Apa semuanya baik-baik saja?" tanya Satria yang kalla itu sedang berdiri di memandang bangunan-bangunan gedung pencakar langit dibalik kaca yang sangat besar.

"Ah, tikus kecilku membuat masalah, Sat."

Satria terkekeh ia tahu apa yang sedang terjadi yang membuat Harziq sangat panik saat ini, "Jadi, apa yang dilakukan tikus kecilmu, Harziq? Kau tidak pernah panik setahuku."

Satria mendengar dengusan dari Harziq, "Nyawaku yang menjadi taruhannya, Sat."

"Jadi, apa tikus kecil kita menghilang? Dan kau takut ku bunuh, Har?"

Satria kembali tertawa ketika mendengar dengusan dari Harziq, "Ya, lima tahun yang lalu kau hampir membunuhku, Sat."

"Tunggu, tunggu, kau sudah tahu Killa menghilang?" tanya Harziq

"Sangat tahu, Har. Aku kira ia salah menghubungi orang jika ingin kabur dari Rumah sakitmu," jelas Satria.

"Bagaimana bisa? Apa Suster Brisia yang memberi tahumu?"

Satria terkekeh, "Bukan. Supir di kediaman orang tuaku yang memberitahu bahwa Nanta meminta mobilnya untuk diantarkan ke Rumah sakitmu. Dan aku hanya tahu ia pergi ke Hamburg."

Satria tambah tertawa dan ia duduk di kursi kebesarannya, "What the fuck?! She never heard of me, Sat! kalau bukan karena gue sayang sama dia, I would never be her doctor. Dia sangat keras kepala untuk menjadi pasien."

"Jadi, ini yang dinamakan symbiosis mutualisme? Dia tidak akan pernah mendengarkanmu, ketika pasiennya berada dalam bahaya, Har."

Harziq mendesah lesu, "Ya, I know her very well."

Satria menatap pesan yang berada di tabnya, "Kau tenang saja, dalam sebulan ia akan menuruti semua perintahmu dan menjadi pasien yang cukup untuk kau sebut pasien, Har. Kau tahu itu, karena kau yang paling mengenalnya, Har."

"Apa yang sedang ia rencanakan sekarang?" tanya Harziq curiga.

"We never know about hers plans. She's got a lot of plans in her head. Dan kita hanya perlu memastikan semuanya aman," kata Satria sambil meminum kopi dengan memandang jauh di depannya.

"Kau akan datang ke Hamburg menjemputnya?"

Satria menghela nafas, "Aku harus segera pergi ke California, Har. Ayahku mengadakan pesta di sana, dan Bunda ingin aku datang bersama Nanta. Tapi, kamu tahu sendiri, kan. He never wanted Ananta to come to his life again. Dia sangat keras kepala," kata Satria dengan sedih.

"Ya, kalian sangat keras kepala, Sat."

Satria tertawa mendengar ucapan dari Harziq yang sangat tepat. Mereka bertiga sangat keras kepala dan berharga diri tinggi. Terkadang, Satria sangat jengkel kepada Ayahnya yang tidak pernah mau menemui Ananta sejak Ibunya meninggal.

Ananta Killaputri [END]Where stories live. Discover now