Chapter 6

71 9 0
                                    

Aksara memperhatikan sepasang manusia yang sedang bercanda di meja pojok kedai kopinya. Aksara tidak menyangka bahwa temannya kenal dengan gadis yang selama ini Namanya selalu berputar di otaknya. Aksara tersenyum, ketika gadis itu menunjukkan ekspresi menahan kesal. Entah apa yang mereka bicarakan, Aksara cukup puas bisa menyaksikannya.

"Lo liatin siapa sih, Ra?" ucapan Angga -salah satu pegawai part time di kedainya- membuat Aksara menoleh ke belakang dengan wajah datar yang selalu ia tunjukkan. "Kebiasaan! Ditanya nggak dijawab. Nih, cepet bikin, jangan lupa bikin hati, terus anterin ke meja samping pintu masuk. Katanya mereka penggemar lo," lanjut Angga dan segera meninggalkan Aksara yang mengangkat sebelah alisnya heran, namun membuatkan pesanan yang dikatakan Angga.

"Udah belum? Butuh bantuan nggak?" Aksara tanpa perlu melihat orangnya, ia sudah tahu bahwa itu adalah Andra.

"Ndra?" panggil Aksara tanpa melihat Andra.

"Apa? Gua di sini, kok. Nggak kemana-mana, Aksara."

"Sejak kapan gue punya penggemar?"

Pertanyaan Aksara membuat Andra tertawa, menurut Andra pertanyaan yang diajukan oleh Aksara adalah pertanyaan terkonyol sepanjang hidupnya. Bukan rahasia umum lagi bahwa Aksara Chrysander adalah pria tertampan. Bukan hanya tampan, Aksara memiliki semua hal yang diidamkan oleh seluruh wanita di dunia ini. Terkadang Andra yang merasa dirinya tampan saja, menurutnya kalah tampan jika disandingkan dengan Aksara yang akan mewarisi perusahaan terbesar nomor dua di Indonesia.

"Sejak lo lahir kayaknya," jawab Andra asal.

Aksara tidak membalas jawaban asal Andra dan segera menyelesaikan pekerjaannya, "Ndra, lo anterin nih."

"Bukannya ini buat penggemar lo ya? Lo ajalah. Gue males banget sumpah."

Aksara menatap Andra datar, "Lo aja, sana. Gaji lo gue potong nih."

"Enak aja lo! Asal potang-potong gaji orang! Iya, iya bos, gue anterin nih."

Andra mengambil nampan yang berisi beberapa cangkir kopi dan mengantarkannya. Angga hanya tersenyum dan menggelengkan kepalanya melihat rekan kerjanya itu. Angga merupakan karyawan part time dan seorang mahasiswa dari salah satu kampus. Angga tidak menyangka bahwa anak-anak SMA seperti Aksara dan Andra bisa membuat kedai seperti ini. Angga sudah menganggap mereka berdua seperti adiknya.

Aksara membuka ponselnya, salah satu pesan menarik perhatiannya. Pesan itu berasal dari Rico, sahabatnya.

Rico

dia balik! Dia nanyain nomor lo sama gue. Gue kasih aja.

Aksara menghela napas dan mematikan ponselnya tanpa membalas pesan dari Rico, lalu memasukkan kembali ke dalam saku apron miliknya. "Kenapa lo?" tanya Andra ketika kembali di meja bar dan menemukan wajah kusut temannya.

"Dia balik."

Awalnya, Andra tidak mengerti, namun seketika otaknya berkerja dengan keras membuat ia menatap Aksara, "Serius? Terus gimana?"

"Nggak tahu, kata Rico tadi. Lo pindah coba ke Garuda. Betah amat di negeri."

Andra terkekeh, "Biasalah, anak pinter mah gimana?"

"Sialan lo!"

Andra memang seangkatan dengan Aksara. Mereka berlima sudah berteman sejak sd. Andra dan Aksara sudah berteman dari mereka kecil, karena orang tua mereka yang sudah bersahabatan. Andra tahu semua baik-buruknya teman kecilnya itu. Andra memang memisahkan diri dari keempat sahabatnya itu untuk bersekolah di sekolah negeri di Jakarta. Walau begitu, mereka masih bisa menyempatkan untuk main bersama jika ada waktu.

Andra menghela napas ketika mengingat kejadian empat tahun yang lalu. Ketika persahabatan mereka diuji dengan seorang wanita yang mereka perebutkan. Andra tahu, akan terulang kembali. Namun, Andra akan mengalah kali ini, Andra ingin sahabatnya bahagia.

Ananta Killaputri [END]Where stories live. Discover now