Chapter 21

51 5 0
                                    

"Sampai kapan kamu akan seperti ini, Ananta?" ucap Satria marah. Ya, ia sangat marah ketika mendengar kabar bahwa adiknya masuk rumah sakit.

"I'm fine, grumpy."

Satria mendengus kesal dan menenangkan dirinya untuk kesekian kalinya. "Apakah kamu perlu sejauh ini untuk menghindari mereka, Ta?"

Killa atau Ananta mengerutkan dahinya bingung. Ia sama sekali tidak mengerti apa yang dibicarakan Kakaknya itu, "Aku? Aku menghindari apa, Grumpy?"

Satria kembali terlihat kesal, "Apa aku harus menelepon Devan untuk memberitahu kondisi kamu saat ini?" tanya Satria dengan sinis.

Killa tersenyum lembut yang membuat Satria kesal dan tenang pada saat bersamaan, "Kamu tidak perlu menghabisi tenaga dan membuat keributan hanya karena masalah kecil ini, Grumpy."

"Ah, apakah kamu bisa membantu aku?" Killa menatap Harziq yang masih duduk menenangkan Satria.

"Kamu butuh apa, La? Aku akan membantu kamu kalau permintaan itu tidak aneh."

Killa tertawa kecil ketika melihat wajah kedua orang yang sangat ia sayangi panik karena dirinya, "Kalian sangat lucu. Both of you like a couple." Ujarnya.

"Kamu masih bisa bercanda di saat seperti ini, Ta?" ucap Satria sarkas.

"Ah, tolong bantu Daviella melihat Jean William untuk terakhir kalinya sebelum ia keluar dari Rumah sakit, Harziq" Killa menatap Harziq yang mengangkat kedua alisnya tidak mengerti apa maksud dari ucapan Killa barusan. "Aku berjanji untuk mengajaknya mengunjungi Jean William bersamamu karena ia sangat tergila-gila oleh wajahnya. Aku tidak bisa mengingkari janjiku sendiri lagi, Harziq."

Satria menatap Killa tidak suka, "Kenapa bukan kamu sendiri yang pergi ke kamar Jean William, Ta?"

Killa mengalihikan tatapannya dari Harziq kepada Kakaknya, "Apakah aku diijinkan untuk pergi saat ini? aku dengar, aku harus bedrest selama seminggu, atau kau akan kembali mengamuk, benar?" Satria mengangguk. "Aku tidak ingin mengingkari janjiku, Grumpy. Hanya Harziq yang bisa membantuku dan Dokter Sam tentunya. Jean William akan keluar dua hari lagi dan aku akan masih dirawat di Rumah sakit ini. apakah aku salah?"

Satria menghembuskan nafasnya, "Apa aku harus meminta bantuan Devan agar lebih mudah?" tanya Satria kepada Adiknya yang tengah menggelengkan kepalanya.

"Tidak perlu, aku akan mengatasi semuanya. Hanya perlu bantuan Harziq aku akan tenang. Karena bantuan Harziq tidak akan membuat keributan seperti bantuan kamu, Grumpy."

Harziq menatap Killa yang tersenyum tidak mengerti, "Bantuan apa maksud kamu, La?"

"Aku perlu koneksi kamu, Har. Dokter Pratama dan Dokter Sam sangat cukup untuk tidak membuat keributan seperti Devan dan Andra" ucap Killa sambil menatap Harziq dan Satria bergantian.

"Aku akan membantu kamu." Killa tersenyum menatap Harziq.

"Tapi, kamu harus menuruti setiap ucapanku mulai saat ini, Killa. itu syarat yang sangat mudah bagiku." Ucapan Harziq membuat Killa mengus tidak suka.

Harziq menggigit apelnya, "Bagaimana?" tanyanya kepada Killa yang sudah bersiap untuk menarik selimutnya.

"Ya, kalau itu maumu. Aku lelah." Killa menarik selimutnya yang membuat seluruh tubuh gadis itu tertutup.

Harziq menatap Satria mengejek, "Seperti ini namanya symbiosis mutual-lisme, Sat. bukan berdebat, karena kau ataupun dia sama-sama keras kepala." Harziq pergi dari kamar Killa untuk menepati janjinya pada gadis itu.

Sementara Satria mendengus kesal melihat tingkah laku sahabatnya itu. Menatap kembali ke arah Killa yang tengah tertidur, ia berdiri dan berjalan mendekati ranjang adiknya itu. "Kamu terlalu beharga untuk disia-siakan, Ananta. Mama pasti bangga melihat kamu bisa bertahan sampai saat ini, Ananta." Mengusap pelan rambut halus Adiknya.

Satria meninggalkan Killa di ruangan itu sendiri untuk mencari makan siang. Bagaimanapun ia tidak boleh sakit, karena siapa yang akan menjaga Adiknya jika ia sakit? Tanpa mereka sadari, Killa masih terjaga dan mendengar semua apa yang mereka bicarakan. Sudah saatnya untuk menangis karena ia sendiri di ruangan ini.

Ananta Killaputri [END]Where stories live. Discover now