Chapter 31

32 4 0
                                    

Killa

Kamar yang sudah aku tempati selama seminggu dan berbau obat yang sudah tidak asing di hidungku berubah menjadi kamar yang sangat cantik dan elegan. Aku tersenyum ketika melihat foto-foto masa kecil kami. Aku yang masih tidak tahu apa-apa dan berharap Ayah untuk segera pulang. Hanya beberapa kesempatan saja aku dan Ayahku bisa bertemu, tidak lebih tepatnya aku yang selalu menatapnya diam-diam di balik pintu kamarku atau di balik tamu-tamu yang diundang Ayahku untuk merayakan ulang tahun Satria atau putri kesayangannya Eireen William.

Aku memutar badanku ketika mendengar pintu kamarku yang ingin dibuka. Aku tersenyum kala Harziq yang masih menunjukkan wajah masamnya karena keputusan Mamanya membawaku ke kediaman mereka. Aku tahu, bukan karena ia tidak suka aku berada di sini, tapi karena ia tidak mempunyai kendali terhdapaku jika Mamanya bersama kami.

"Kau masih marah? Cih! Kekanakan sekali Calixte!" sarkasku dengan tatapan mencemooh.

Harziq tidak memperdulikannya dan berjalan menuju sofa berwarna merah marun lalu duduk di sana, "Kau tahu, kau berada di rumah keluarga Calixte? Jadi, diamlah, Killa. aku lelah."

Aku menatapnya dan melangkah menujunya untuk duduk di sebelahnya, "Kenapa?" tanya aku sambil mengusap pelan kepalanya.

"Aku harus kembali ke Hamburg, La. Aku tidak bisa bersama keluargaku dan kau telah memonopoli Mamaku."

Aku tertawa, "Terus? Itu salahku? Apa Dokter Baek sudah datang ke Jerman? Aku tidak bisa membiarkan Dokter Alexa yang menanggung semuanya, Har" kataku menatap Harziq yang tengah tersenyum.

Kalau bukan karena aku yang sudah menganggapnya sebagai Kakak laki-lakiku, mungkin aku sudah jatuh cinta kepada pria tampan dan bertanggung jawab di sampingku ini.

"Aku kira dua hari lagi, La. Aku sudah mengurus semuanya, kau jangan khawatirkan itu," katanya dengan senyum seorang Kakak yang sangat menyanyangi Adiknya.

"Bisakah kau hubungi Ryeon, Har? Aku kira ia sudah sampai di Jerman hari ini." aku bisa melihat dua bola matanya membola menatapku tak percaya.

"Aku sudah melarang siapapun yang bernama Alexander Lee masuk ke dalam Jerman, La. Tidak mungkin ia berada di sini."

Aku tersenyum lembut mengusap pelan tangannya, "Aku juga akan mengingatkanmu satu hal, Har. Bukan Alexander Lee tapi Lee Nam Ryeon yang akan datang," kataku dengan santai.

"Bagaimana bisa?"

Aku menyandarkan tubuhku ke sandaran sofa, "Jangan lupakan bahwa dia tidak kalah berkuasa denganmu, Har."

"Kalau kekhawatiranmu aku akan melarikan diri pergi ke Korea itu, ya—tapi tidak sekarang, Har" kataku menatapnya yang tidak mengerti dengan ucapanku.

Aku menutup mataku, "Kau pasti sudah dengar Ayahku mengadakan pesta yang menurutku menyesakkan. Aku hanya berharap, kau mendengar kata-kataku ini, Har. Aku akan melarikan diri ke Korea itu pasti, dan tidak sekarang. Karena masih banyak yang harus ku kerjakan di Jerman, terutama aku sangat membutuhkan bantuan Ryeon."

"Aku tahu, kau mungkin kecewa kepadaku-"

"Aku memang kecewa!"

Aku tidak memperdulikannya dan terus melanjutkan ucapanku yang sempat terpotong olehnya, "Aku tidak tahu kau sudah tahu atau belum tentang rencana kepindahannya kembali ke Jerman. Aku tahu aku tidak bisa terus menerus melarikan diri, Har. Aku tahu."

Aku menghembuskan nafasku lelah, "Tapi, aku tidak bisa memaksa diriku untuk bersama dengannya. Karena kau tahu, semuanya terlalu menyakitkan dan menyesakkan untukku."

"aku tidak pernah marah kepada Eireen, Satria dan Rifian yang mendapatkan kasih sayang Ayah yang sangat besar dan diberi nama William di namanya. Aku yakin aku tidak marah, Har. Karena aku lahir pun hanya membawa kesedihan yang mendalam untuknya dan sakit hati yang mungkin sampai saat ini ia masih menutup mata untuk mengetahui kebenarannya. Dan Satria yang menurutmu tidak terlalu memperhatikanku itu juga tidak membuatku kecewa padanya sedikitpun."

Ananta Killaputri [END]Where stories live. Discover now