Chapter 57

25 2 0
                                    

Aksara kini manatap Gita dengan serius setelah mendengar penuturan yang keluar dari mulut perempuan hamil yang tengah berdiri di depan mejanya.

"Aku sudah bilang sama kamu kalau kita nggak bisa kembali ke Indonesia sementara waktu. Aku hanya bisa memastikan sebelum kamu lahiran, kamu sudah berada di Indonesia tapi tidak sekarang, Git." Aksara memijat pangkal hidungnya yang pegal karena kaca mata yang bertengger seharian.

Gita mendecak pelan, "Kamu jahat! Aku ini sedang mengandung, Ra!"

Aksara yang melihat respon Gita yang berbeda kembali menatap Gita dengan datar. "Aku sudah berusaha sebaik dan berusaha juga untuk bertanggung jawab dengan kamu, Git. Apa yang kamu butuhkan lagi? kenapa kamu nggak bisa mengerti posisi aku sedikit saja? Perusahaan aku sedang ada masalah dan kita akan ke Korea terlebih dahulu untuk membangun café aku bersama Andra."

"Aku nggak pernah meminta kamu untuk ikut dengan aku, tapi kamu yang meminta aku untuk menemani kamu di acara fashion show terakhir kamu di Berlin. Aku turuti setiap permintaan kamu, Git! Kamu jangan egois. Kalau kamu mau pulang sehabis dari Berlin—aku berniat untuk menitipkan kamu kepada Andra, setidaknya ia bisa menjaga kamu dan aku bisa mengurusi bisnis aku."

"Tapi, kamu yang memaksa aku untuk kamu ikut menemaniku, bukan? Aku tidak bisa kalau secara mendadak kamu meminta aku untuk mengantar kamu pulang ke Indonesia. Jarak Indonesia-Belanda tidak seperti jarak Indonesia-Singapura atau Australia," jelas Aksara dengan serius kepada Gita yang terdiam.

"Tapi, aku mau pulang, Ra. Aku di sini seperti tidak kamu anggap—kita ini suami-istri tapi sepertinya kamu tidak bisa menganggap aku istri kamu. Pikiran kamu hanya pada gadis itu. Aku membenci dirinya setiap saat—kamu tahu kenapa? Karena dia mampu memiliki pikiran dan hati kamu setiap saat, entah kamu bersama aku atau sedang bersama yang lain." Gita menatap Aksara yang juga tengah menatapnya.

"Kamu tahu malam itu memang aku sengaja menjebakmu, ya karena aku mencintaimu dan ingin kamu menjadi milikku. Kamu sudah seperti orang gila selama sepuluh tahun dan aku juga sudah berada di samping kamu selama sepuluh tahun itu. Tapi, ternyata kehadiranku tidak merubah fakta bahwa kamu akan selalu memikirkan dia dan dia. Aku ini sekarang istri kamu, dan aku juga baru tahu beberapa hari ke belakang bahwa perusahaan kamu saat ini adalah perusahaan yang kamu buat untuk dia dan anak-anak kamu nanti."

"AKU INI MANUSIA DAN JUGA MEMILIKI PERASAAN!" teriak Gita kepada Aksara. "Dan apa menurut kamu selama ini aku tidak sakit hati setiap kamu membandingkan sifat aku dengannya? kamu yang mengenal aku lebih dulu dan lebih lama daripada dirinya berani membandingkan aku dengan dirinya yang baru kamu kenal setahun dan dia yang meninggalkan kamu! Bukan aku!" cerca Gita dengan napas yang tersenggal-senggal meluapkan emosinya.

"Dan kamu salah satu alasan kenapa ia meninggalkan aku."

Seketika Gita terdiam mendengar perkataan Aksara. Apakah laki-laki itu sudah mengetahui masalah dirinya? Apakah ia akan diceraikan oleh Aksara dan apakah Aksara akan marah dengannya? Gita takut saat ini ketika melihat tatapan tajam nan datar Aksara kepada dirinya.

"Aku sudah berusaha menutup mata dan telinga aku untuk kamu, Git. Tapi, kamu sendiri yang membahasnya malam ini." Aksara terkekeh lucu kalau ia ingat bagaimana kacaunya ia malam itu ketika mengetahui hal yang membuatnya sakit hati dan merasa bersalah di waktu yang bersamaan.

"Lagipula, pencarianku kepadanya sudah aku hentikan—aku tidak mendapatkan apapun dan hal-hal yang membuat rasa bersalahku kepadanya malah semakin besar. Jadi, tidak usah membahas hal ini lagi, keluarlah! Aku butuh menenangkan diriku."

Aksara bangkit dari kursinya dan berjalan menuju jendela besar yang menampilkan kota kecil di negara Belanda. Aksara memasukan kedua tangannya ke dalam sakunya, akhir-akhir ini mendapatkan pencerahan untuk bertemu dengan gadisnya.

Ananta Killaputri [END]Where stories live. Discover now