Chapter 30

48 2 0
                                    

Killa tersenyum senang ketika mendengar celotehan tidak jelas dari Lisha adiknya Harziq. "Jadi, Harziq nggak mau beliin kamu tas chanel yang keluaran terbaru itu?" tanya Killa dengan nada kesal yang dibuat-buat untuk menyatakan bahwa ia telah menjadi sekutunya.

Lisha mengangguk, "Ya, dan kamu mau tau, Kak? Dia benar-benar jahat mainin perasaan Kak Isabelle ketika Mama berniat menjodohkannya," kata Lisha dengan menggebu-gebu.

Killa melirik Harziq yang tengah bersender di sofa dengan memejamkan kedua matanya, "Dan ia tidak suka aku memanggilnya dengan sebutan Aa, padahal aku sangat ingin menyebut namanya saja sepertimu." Killa dan Risa memelototkan matanya menatap tidak percaya remaja yang berusia tujuh belas tahun di sampingnya itu.

"Itu semua karena Killa tidak memanggilku dengan sopan! Salahkan saja Killa." Killa tambah tak percaya dan menatap Harziq yang masih nyaman di posisinya.

"Kau?! Aku sudah bilang, kau sendiri yang tidak ingin aku panggil Aa ataupun Mas." Sungut Killa tidak terima begitu saja atas semua tuduhan dari Harziq.

"Astaga, kalian itu ya. Ingat Har, kamu sudah dewasa cepat cari istri, karena Mama sudah menginginkan cucu darimu. Dan kau Lisha tidak boleh berbicara seperti itu, umurmu itu astaga! Umurmu itu maasih sangat muda dan kau dengan Harziq berbeda lima belas tahun. Mama nggak pernah mengerti dengan jalan pikiran kalian, Astaga!" ucap Risa dengan nada kesal melihat anak-anaknya tak pernah berubah.

Semuanya terdiam ketika Nyonya besar sedang berbicara. Killa meringis ngeri ketika Risa melihatnya, Harziq, dan Lisha yang bersikap acuh seperti sudah terbiasa dengan apa yang Risa lakukan.

Lisha memakan sepotong apel yang sudah dikupas oleh Risa, "Kak, aku heran kenapa Kak Harziq belum punya pacar padahal mukanya tidak jelek, lho. Aku pusing dengerin curhatan Mama yang bilang kalau ia ingin memiliki cucu dan khawatir takut Kak Harziq berubah Haluan," kata Lisha dengan menatap Killa yang menahan tawanya, sedangkan Risa yang menatap anaknya tak percaya.

"Impoten mungkin."

"Siapa yang impoten, Nanta?" Killa memelototkan matanya ketika pintu kamarnya terbuka menunjukan pria paruh bayah yang masih sangat tegap dan tampan itu berjalan masuk ke arahnya.

Sedangkan Harziq membuka matanya dan menatap Killa tajam karena ngomong sembarangan dan Risa yang menghela nafasnya lelah dengan kelakuan kedua putrinya itu.

"Papa?!" seru Lisha dan Killa bersamaan.

Aiden memeluk kedua putrinya dengan sayang, dan menatap kepada anak sulungnya dengan tatapan menggoda, "Jadi, kau sudah impoten, Har? Sejak kapan keluarga Harziq impoten di usia muda, Har? Apakah kau tidak pernah mengasahnya?" goda Aiden yang membuat Lisha menutup kupingnya, Killa yang menahan tawanya, dan Harziq yang melotot tidak percaya kepada Papanya itu.

"Kau sama Killa sama saja, Pa!" Aiden menatap tidak mengerti kepada putranya, sedangkan Killa melotot tidak percaya karena ia tahu apa yang Harziq maksud. "Setidaknya aku, tidak membawa perempuan setiap malam untuk menghangatkan ranjangku. Tidak seperti Killa."

"Apa maksudmu, Har?" Risa menatap putranya dengan tanda tanya.

Harziq menghendikkan bahunya, "Ia bilang kalau sudah ada seribu tiga pria yang masuk ke dalam rumahnya dan ranjangnya tak pernah dingin seperti ranjangku," ucap Harziq dengan santai yang membuat kedua orang tua itu menatapnya meminta penjelasan.

"Astaga Kak Killa, aku tidak menyangka kalau kamu sudah mempunyai ribuan pria seperti itu." Killa rasanya ingin membuang jauh kedua saudara itu saat ini juga dan menceburkan dirinya ketika mendengar ucapan Lisha yang belum selesai. "Kau bilang kau tidak pernah berciuman, Kak. Dan kau bilang untuk aku tidak kemakan bujuk rayuan pacarku ketika dia menciumku." Killa tambah melototkan matanya menatap Lisha tidak percaya.

Ananta Killaputri [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang