Chapter 53

25 1 0
                                    

"Untuk sementara kita akan tinggal di sini terlebih dahulu," kata Ryeon sambil membuka pintu gerbang rumah yang berada di daerah Pyongchan-dong.

Killa mengikuti dari belakang dengan helaan napasnya—ia terlihat gusar saat ini. karena, ia akan meninggalkan mereka berdua dalam jangka waktu yang ia sendiri pun tidak tahu berapa lamanya.

"Na?"

Panggilan dari Ryeon membuat Killa tersadar dan tersenyum manis kepada Ryeon. Killa mengangkat ponselnya dan menyuruh Ryeon dengan Lisha untuk terlebih dahulu masuk ke dalam, "Aku harus menghubungi seseorang dan pengacara kuasa hukum yang akan bertanggung jawab atas penelitian nanti."

Ryeon menyipitkan matanya curiga ke arah Killa yang masih diam di tempatnya menunggu Ryeon dan Lisha masuk ke dalam. Lisha yang lelah karena perjalananan panjang hanya mampu mengangguk dan menarik Ryeon untuk segera masuk ke dalam. "Kak Killa nggak akan kemana-mana, Oppa. Lebih baik kita masuk dan tunjukkan kamar aku sekarang juga, aku sangat lelah."

Ryeon menghela napas dan mengikuti Lisha yang sudah menariknya menuju ke dalam rumah berlantai dua dengan gaya minimalis tersebut. Sedangkan, Killa melangkahkan kakinya menuju bangku taman yang tersedia di halaman luar dan menelepon Ayahnya Ryeon untuk menanyakan jadwal operasi dirinya.

"Abba?"

Killa menyederkan tubuhnya yang lelah di bangku taman, merapatkan mantel yang ia pakai karena cuaca yang semakin dingin.

"Kamu yakin tidak ingin memberitahu Ryeon tentang masalah ini, Sayang?"

Killa tahu kemana arah pembicaraan mereka ketika sebuah suara masuk ke dalam telingannya. Killa menatap langit yang cerah siang ini. "Tidak adalah jawabanku yang tidak akan pernah berubah. Apapun hasilnya nanti, aku akan bertanggung jawab penuh dengan diriku sendiri."

Killa mendengar helaan napas berat dari seberang, "Kamu yakin?"

"Sangat yakin. Abba, bisa meminta data-dataku kepada Dokter Permana atau Harziq. Tapi, aku sarankan Dokter Permana adalah pilihan yang tepat. Dan kapan jadwal operasiku?"

"Aku tidak pernah menduga separah ini, Sayang. Kalau kamu tidak melakukan tindakan operasi dengan cepat, maka aku tidak bisa menjamin keselamtan kamu saat ini. aku sarankan sebagai seorang dokter, operasi kamu harus dimajukan sekitar satu minggu dari sekarang."

Killa memiijat keningnya pelan ketika pusing langsung melanda dirinya. Satu minggu? Bukanlah waktu yang lama untuk membuat alasan untuk melarikan diri ke Jerman dari pengawasan Ryeon.

"Ana, Abba pernah bilang bahwa Ryeon akan gila ketika kehilangan kamu? Bukankah lebih baik jika kamu memberitahu dia, sayang?"

Killa menggeleng, "Itu bukan ide yang bagus, Abba. Aku menyanggupi waktu satu minggu yang Abba katakan."

"Ana..."

"Jangan membuat aku ragu dengan keputusan aku sendiri, Abba. Aku tidak mau mengubah keputusanku saat ini, aku akan membantu Ryeon menyelesaikan tugasnya dan menyelesaikan tanggung jawabku dengan Lisha sebelum aku pergi ke Indonesia dan Jerman."

"Baiklah, semua keputusan ada di tanganmu. Besok kamu bisa ke rumah sakit untuk pemeriksaan? Ada beberapa hal yang harus kita lakukan sebelum menjalani operasi. Kamu bisa datang?"

"Bisa, Abba bisa kirimkan alamatnya kepadaku dan aku akan datang."

"Baiklah, aku tidak tahu bagaimana cara menghentikan dirimu. Tapi, ingat pesanku, Sayang. Kamu tidak sendiri di dunia ini, setidaknya lihat lah kesekililingmu banyak orang yang menyanyangimu. Jangan kamu menyiksa dan menutup mata untuk melihat semuanya."

Ananta Killaputri [END]Where stories live. Discover now