Chapter 44

25 1 0
                                    

Ryeon menatap Killa aneh. Mata sembab, hidung memerah, dan kaosnya yang bukan perempuan itu pinjam tadi pagi padanya.

"Kamu diapain sama Eomma?" tanya Ryeon gatal dari saat ia melihat penampilan yang berbeda dari perempuannya.

"Kepo banget sih jadi orang. Aku mau bolos, boleh nggak? Aku mau pulang aja, Yeon."

Ryeon tambah menatap aneh Killa yang kini tengah memohon dengan puppy eyes-nya. Ryeon menaruh tangannya ke kening Killa dan kembali ke Keningnya. Tidak ada yang berbeda.

"Kamu kenapa sih?"

"Yeon..."

Ryeon mengalah, "Oke, untuk saat ini aja. Mana mungkin aku kasih tahu dunia wajah cantik kamu saat ini, kan?" tanya Ryeon dengan seringaian.

"Maksud kamu jelek? Mana ada wjah cantik kayak gini, Yeon? Kamu buta?" sunggut Killa dan langsung melihat kaca yang ada di mobil Ryeon.

Ryeon terkekeh, "Kamu tetap yang tercantik, Na. serius aku nggak bohong."

"Besok aku mau ketemu sama perwakilan dari Sanders Farm. Kalau kamu besok nggak mau masuk juga nggak apa-apa. Toh, kita belum akan memulai semuanya. Nanti kamu ikut sama aku dan Profesor Eric pas semuanya sudah deal aja."

"Kok kamu nggak kasih tahu aku?"

"Kata Profesor, ini urusan laki-laki—jadi, kamu kita kecualikan saat ini." ryeon mengangkat bahunya acuh.

Ryeon memakirkan mobilnya di garasi Apartementnya dan melangkah keluar. Seperti ia juga akan ikut bolos bersama Ana hari ini. ia segera mengambil ponselnya dan mendial salah satu nomor.

"Hai Prof, aku dan Killa ijin tidak ke Lab hari ini." killa memelotokan matanya ketika mendengar perkataan Ryeon—perasaan hanya ia yang sedang dalam kondisi tidak baik-baik saja.

"Ah iya, aku dan Killa tidak enak badan."

"Tentu saja, aku tidak bercinta di Lab dan Audiotoriummu itu, Prof."

Ryeon memasukkan ponselnya ketika panggilan itu berakhir. Ia mengabaikan Ana dan menunggu lift mereka berbunyi di lantai Apartementnya. Ryeon membuka pintu dan langsung naik ke atas.

"Yeon, kamar kamu ada di bawah ya."

"Aku tidur di sofa, Na." Ryeon segera memasang sofa itu menjadi tempat tidur dan langsung tidur di sana.

Ryeon menelungkupkan badannya dan menatap Killa, "Aku dengar Abba akan tidur di sofa malam ini—dan kalau dipikir-pikir nasibku tidak jauh berbeda dengannya."

Ryeon melihat Killa yang mendengus sebelum masuk ke dalam kamar mandi—sepertinya ia akan berganti baju. Ia terlalu lelah untuk memirkan hal yang seharusnya tidak ia pikirkan—dan sialnya ia kepikiran.

Biarlah malam ini ia tersiksa dengan keadaan—ia tidak ingin tidur di kamar yang kecil itu, kamar yang ia gunakan untuk walking closet miliknya. Ryeon segera merebahkan matanya ketika melihat Killa keluar dengan celana pendek dan kaosnya yang kebesaran. Ia akan tidur siang untuk hari ini saja.

*

"Kalau aku keluar dari penelitian ini, berapa kompesansi yang harus aku bayar, Yeon?"

Ryeon menoleh ke arah Killa yang tengah membaca sesuatu di ponselnya. "Kenapa?"

Killa menaikan pandangannya dan menatap Ryeon dengan senyuman, "Aku—kayaknya, aku akan ke tujuan awal aku saja."

"Tapi, aku akan bertanggung jawab dan menyelesaikan pekerjaanku terlebih dahulu di Lab sebelum aku mengundurkan diri."

Ananta Killaputri [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang