30 | MEANING?

88 23 1
                                    

Malam itu juga, dengan bantuan Dice para lelaki yang mendadak harus mengungsi di kamar Verena serentak pulang ke rumah masing-masing. Berharap tak akan ketahuan orang tua Verena yang tak sengaja suara mereka cipta di dalam sana.

Miris, gadis si tuan rumah malah menjadi imbas dari membersihkan sekua sampah bungkus roti dan susu dalam rangka pemulihan Choi Beomgyu tadi. Untungnya hatinya cukup tabah.

Pagi itu, Verena berangkat sekolah dengan harapan harinya akan berjalan dengan lebih baik. Mengulum senyum tatkala turun dari mobil sang ayah dan memandangi gedung sekolah dari depan. “Mau sampai kapan cobaan terus datang pada kami?” gumamnya sendu, menggeleng samar sebelum melangkah masuk.

“Gadis ungu, mau kerjakan tugasku, tidak?”

Verena terlonjak, seseorang seenaknya merangkulnya tanpa aba-aba. “Astaga! Beomgyu-sshi! Bisa tidak, tanpa mengagetkan begitu! Apa-apaan rangkulanmu ini? Lepaskan!”

“Kau kan temanku, kerjakan ya.”

Yak! Cukup hanya orang-orang licik itu saja yang memperalatku! Jangan kau juga!”

“Aku malas mengerjakannya, kau kan pintar!” Beomgyu mengerucutkan bibir.

“Gunakan otakmu itu, lagipula kau kan punya kakak yang pintar.” Verena mencuri pandang pada lelaki dingin yang berhenti di depan loker, mengambil beberapa buku seperlunya dan melengos begitu saja. “Meskipun manusia kutub, otaknya tetap encer,” lanjutnya, mencebik pada Beomgyu.

Beomgyu pun berdecak. “Ck, kalau saja ada Taehyun, dia kan cukup baik mau mengajarkanku.”

“Dia hanya terpaksa, karna kau temannya.”

“Ver, ayolah.”

“Taehyun hanya membantumu kan? Bukan mengerjakan tugasmu!”

“Tapi aku sekarang sedang benar-benar malas.”

Verena menghentikan langkah. Berjalan ke kelas dengan tergesa sambil dibuntuti oleh teman tidak berakhlak yang sama sekali bukanlah hal menyenangkan. Membuang napas, gadis itu memegang pundak Beomgyu. “Hei teman. Bagaimana kalau aku menganggap roti semalam adalah hutang? Bagaimana kalau tumpangan kalian dengan Dice milikku harus dibayar, hah? Bagaimana?!”

Beomgyu mematung, meneguk ludah. “EOMMAAAAA.....” rengeknya, persis seperti balita.

Eish!” Verena menghentakkan kaki, dan lalu membekap mulut Beomgyu. “Yak! Tidak perlu merengek! Kalau Yeonjun Sunbae tahu, bisa mati aku kena baku hantam.”

“Kau gadis jahat.”

“Aku memang jahat. Tanamkan itu dalam benakmu mulai sekarang.”

“Apa yang kalian berdua lakukan Ver, Gyu?” Taehyun datang dengan raut bingung namun aura dingin tetap ada terlihat. “Apa yang terjadi di sini sampai kalian jadi tegang begini?”

Merasa namanya disebut, Verena dan Beomgyu pun menoleh. Betapa terkejutnya mereka ketika melihat patung yang terbuat dari es itu tiba-tiba muncul di hadapan mereka. Mulut Beomgyu sedikit menganga karena masih terkejut. Orang yang masih sakit tiba-tiba muncul seperti ini?

Verena mengedipkan kedua matanya beberapa kali. “Kau!” Tangan Verena menunjuk pada Taehyun yang berdiri dengan santai. “Yak! Bodoh! Kau itu masih sakit kenapa sudah masuk sekolah saja hah?!” Verena berkacak pinggang memarahi Taehyun habis-habisan. Walaupun begitu, lihatlah bagaimana ekspresinya. Datar dan terlihat biasa saja.

“Apa sudah selesai Ver acara ceramahnya? Telingaku rasanya sudah lelah.” Bukannya menjawab ribuan pertanyaan dan cemohan dari Verena, Taehyun malah mengatakan hal lain. Taehyun menghela napas pelan, sedangkan Verena masih dalam mode sangar. “Jadi.... Ada apa ini sebenarnya?” Tanya ulang Taehyun.

FALSITY Where stories live. Discover now