17 | ADVENTURE

46 22 2
                                    

"Anak itu diculik. Aku bisa merasakan keberadaannya yang disembunyikan. Sesuatu yang keji mungkin akan terjadi padanya. Dia harus diselamatkan segera."

Verene mengerutkan kening, mencoba mencerna penjelasan dari si Dice yang dia sebut 'Tuan pemalas' itu. Bagaimana tidak 'Tuan pemalas'? Lihatlah caranya bertutur barusan, datar dan separuh niat. "Yak! Apa maksudnya itu? Jadi Beomgyu bukannya sengaja pergi untuk mencari Yeonjun sunbae?"

Dice itu bersidekap, menggeleng yakin. "Sudah kubilang, dia diculik."

Verena membuang napas kasar. 'Tuan pemalas' ini berbeda dengan 'Sheepy' yang cenderung memperbaiki mood-nya, semua perbincangan dengan dice pastilah kebanyakan tentang hal serius dan memancing otak berputar keras. Verena benci rasa gusar diiringi rasa kebingungan yang hakiki. Dengan kesal, Verena menyahut, "Kalau begitu, cari posisinya sekarang! Biar kami bisa langsung menemui dan menyelamatkannya! Tadi kau bilang apa? Sesuatu yang keji, bukan?"

"Dia mungkin akan celaka." ujarnya dengan santai.

"Oh, astaga! Kenapa mengucapnya dengan sangat santai? Beomgyu pasti membutuhkan kami!" bentak Verena, telah mencapai ambang kesabaran.

Dice itu mengangguk-angguk enteng, "Aku tahu, aku tahu. Kalian harus segera menyelamatkan anak itu. Tapi ... Teknologiku kan belum dilengkapi fitur semacam GPS, lagi pun bagaimana bisa aku mengetahui lokasinya sedangkan pada diri anak itu sama sekali tak ada benda yang bisa dilacak."

"Dia punya ponsel. Ponselnya mungkin bisa dilacak!"

"Tetap tidak semudah itu. Aku perlu lebih banyak pembaruan teknologi untuk tahu posisi sempurnanya."

"Ah, kau banyak alasan! Tidak bisa diandalkan!" gerutu Verena kemudian, meniup kasar poninya yang menjuntai di sisi pipinya. "Beomgyu... Kau dimana?" lirihnya sendiri, hampir menangis.

+x+

Wanita di ruangan itu tak berhenti menangis. Makin parah saat ia melihat wajah masam suaminya, manik biru yang saling bertemu itu terasa meredup; kehilangan harapan, sedih, dan pasrah. Mereka tak pernah menduga hal seperti ini akan menimpa keluarga mereka.

"Yang terpenting, aku sudah laporkan ini kepada polisi. Untungnya pihak kepolisian langsung menindaklanjuti, apalagi ini memang sudah lebih dari satu hari." Pria itu mulai memeluk istrinya yang masih sesegukan, "Anak kita akan baik-baik saja, dia anak yang kuat, kan?"

Wanita itu menggeleng, "Tapi tetap saja, Beomgyu itu paling manja denganku, dia tidak bisa kedinginan, dia tidak kelaparan karena energinya itu digunakan untuk menyembuhkan. Dia harus selalu dijaga. Dan sekarang.... Dia hilang, sendirian di luar disana-oh, Tuhan! Apa dia bahkan sudah makan?"

Satu hari. Adalah rentang waktu yang cukup lama tentunya bagi seorang bocah polos yang manja dengan Eomma untuk berada di luar pengawasan. Sang ibu masih disana, menangis tersedu, sementara dia harus terus menjaga Yeonjun yang masih menutup rapat matanya. Harusnya itu kabar baik, operasi Yeonjun malam itu berhasil dan kondisinya berangsur-angsur membaik.

"Dia ... Dia harusnya sudah makan. Beomgyu paling tidak bisa perutnya keroncongan, bukan? Kita tahu betul itu."

"Darimana dia mendapatkan makanan? Dimana dia tidur tadi malam?!" sergah sang istri lagi, makin histeris sembari bayangan Beomgyu yang jatuh pingsan di pinggir jalan makin membuatnya serangan jantung.

FALSITY Where stories live. Discover now