07 | DICE

46 23 15
                                    

“Huft—melelahkan sekali hari ini.” Verena merebahkan dirinya di atas kasur king size miliknya.

Dia memejamkan matanya sebentar, menghirup udara segar, dan lalu bangkit dari kasurnya. Verena masih memiliki tugas yang sangat amat penting saat ini—tugas naskah dari Sunbaenimnya.

Ah, sangat menyebalkan. Saat kau sedang ingin bersantai karna telah menghabiskan waktu yang panjang dan melelahkan, kau malah diberi tugas penting seperti ini.

Coba saja Sunbaenim itu tidak ada!

Verena meregangkan badannya guna untuk melemaskan tulang-tulangnya. Berjalan dengan langkah yang pelan menuju meja belajarnya. Tangannya bergerak dengan sangat malas mengambil laptop dan menyalakannya.

“Baiklah, mari kita selesaikan hari ini, Ver!” dengan semangat yang menggebu-gebu—ingin segera beristirahat, Verena mengerjakan tugas naskah cerita tersebut hingga matahari telah tenggelam tergantikan oleh bulan.

+x+


Waktu menunjukkan pukul 03.00. Mama dan papanya belum juga kembali dari kantornya. Sepertinya sedang lembur dan akan kembali besok. Verena menutup laptopnya yang sudah mati, dimasukkannya ke dalam ransel ungu dengan bentuk domba kesukaannya itu.

Memang, Verena masih terlihat seperti anak kecil. Menggunakan ransel sekolah dengan bentuk domba seperti itu. Tapi baginya itu sangatlah imut, dan dia menyukainya.

Pluk—

“A-aduh!” pelik Verena kesakitan. Wajahnya baru saja tertampar oleh selembar kertas. Verena segera mengambil kertas tersebut yang tergeletak di lantai kamarnya. Dibacanya isi kertas tersebut.

Tulisan dengan bunga lagi! Batin Verena.

Verena tidak habis pikir dengan kedatangan kertas yang sangat tiba-tiba juga—tidak terhormat ini. Ketika kertas dengan tulisan yang terbuat dari rangkaian bunga ini datang, Verena selalu saja meringis kesakitan.

Seperti tadi, kertas tersebut datang tiba-tiba dan langsung saja menampar wajahnya hingga menimbulkan sedikit bekas berbentuk persegi panjang pada wajahnya. Terlihat jelas dari dahi dan pipinya yang terdapat garis-garis bewarna merah.

Sesuatu yang ditakuti dan dihindari setiap orang yang dibawahnya.”

Verena menggaruk tengkuknya. Ini sama sekali tidak membatu cluenya!

Verena dengan cepat mengeluarkan dice dari celana tidurnya. “Hei, bisakah kau artikan maksud dari clue tidak jelas ini?” tanya Verena kepada dadu tersebut.

Zhing—

Dadu tersebut berubah menjadi sebuah ruangan yang terlihat sangat elegan dan modern. Verena hanya duduk diam di tempatnya, menunggu satu makhluk 'itu' menemuinya.

Verena dapat menebak apa yang sedang makhluk itu lakukan sekarang hingga dia harus masuk ke dalam dice-nya ini.

Sudah pasti dia sibuk menonton stand up comedy!

HEI TUAN PEMALAS CEPATLAH KEMARI AKU MEMBUTUHKANMU!” teriak Verena yang tidak main-main volumenya. Verena diam sejenak, mengumpulkan pita suaranya kembali.

FALSITY Where stories live. Discover now