23 | TWINS

28 18 0
                                    

“M-maafin Verena, Bu, Yah.”

Sang ibu dan ayah menghela napas lalu mengangguk. “Hanya untuk kali ini, ya?” ujar ibunya dengan lembut sembari tangannya mengelus surai rambut anaknya itu. Verena tersenyum penuh haru, orang tuanya ternyata baik sekali!

“Sudah, sana. Naik ke atas dan ganti pakaianmu itu. Kita makan malam bersama hari ini, di luar.” Ajak sang ayah kepada putri satu-satunya itu. Verena tersenyum dengan lebar. Bahkan matanya sampai berbinar-binar.

“Beneran Yah??” tanya Verena dengan semangat. Jarang sekali, keluarganya makan malam bersama di luar. Bahkan, hampir belum pernah?

Sang Ayah mengangguk, “Tentu. Tapi, kau ganti pakaianmu dulu. Kasihan, hidung Ayah sakit hanya karna mencium bau keringatmu itu.”

Verena terkekeh, lalu mengangguk patuh. Dia berjalan ke arah tangga dan naik ke lantai dua—letak kamarnya berada. Verena segera melepaskan tasnya dan mengambil handuk. Membawa handuk tersebut ke dalam toilet. Verena ingin mandi terlebih dahulu sebelum makan malam bersama keluarganya di luar.

Dan sepertinya, Verena terlupa dengan janjinya bersama Huening Kai. Menjenguk Taehyun di rumah sakit.

+x+

“A-aww,” ringis pemuda tersebut. Tangannya dirantai pada sebuah jeruji, dan dirinya terkurung di sebuah kurungan yang terbuat dari kawat ditambah aliran listrik—dimana ketika seseorang menyentuh kurungan tersebut akan tersetrum.

Kriet...

Blam!

Sebuah pintu dibuka dan ditutup dengan keras, sehingga menimbulkan suara yang memekak kan telinga. Orang tersebut tersenyum penuh makna, “Oh, ternyata kau sudah sadar ya?” ujarnya sambil berjalan mendekat dengan sepotong daging yang masih mentah.

“Aku tau, kau pasti menyukai daging mentah ini, Soobin-sshi.” ujarnya lagi sambil memperlihatkan daging tersebut.

Soobin—pemuda yang terkurung dan terikat itu menatap jijik pada daging tersebut. Ya Tuhan, dia bukanlah Choi Yeonjun yang dapat memakan apa pun. “Ck, pantas saja Beomgyu memanggilmu kakek. Ternyata wajahmu memang sudah terlihat sangat tua sekali.” balas Soobin sambil menekankan kata kakek pada orang tersebut.

Tentu saja orang itu tidak terima. Dia langsung mengeluarkan sebuah alat aneh dari dalam saku jasnya itu.

Zzzztttt—

Itu, adalah alat setruman. Soobin menggeliat tidak karuan selepas terkena aliran listrik tersebut. Sakit. Rasanya terlalu sakit. Kepala Soobin bahkan sampai pusing. Namun, Soobin berusaha menutupi itu semua. Dia tersenyum dengan remeh, “Hanya segitu saja kek? Kau hanya bisa mengandalkan alat daripada kekuatan sendiri. Cih, dasar lemah! Mengendalikan emosi saja tidak bisa!”

Orang itu langsung melempar daging tersebut ke arah Soobin. Sebelumnya, dia membuka pintu pada kurungan tersebut dengan sebuah alat yang melapisi tangannya—hingga membuatnya dengan mudah membuka dan menutup pintu kurungan yang memiliki sengatan listrik itu. Daging tersebut mendarat tepat di wajah rupawannya milik Choi Soobin. Padahal, kalau mau saja, Soobin dapat menggunakan kekuatannya.

“Belum saja aku gunakan kekuatanku.” gumam Soobin dengan pelan. Suasana disana yang sepi, membuat orang yang sedang berdiri di depan kurungan Soobin tersebut mendengarnya.

FALSITY Where stories live. Discover now