10 | ANGER

80 28 2
                                    

Beomgyu Taehyun tidak langsung pulang, rencananya masih mau tinggal dahulu untuk belajar. Bukan, bukan. Tepatnya hanya Beomgyu yang meminta bantuan Taehyun. Bukan berarti Beomgyu itu memang bodoh, hanya saja otaknya agak lamban yang membutuhkan waktu dan kesabaran ekstra dalam menghadapinya.

Taehyun agak mendengus saat melihat satu sosok di ambang pintu, menatap sinis, “Kang Taehyun.” Siapa lagi kalau bukan Park Jimin. “Ikut denganku sebentar, ada yang mau kubicarakan. Ini mengenai kompetisi basket tim kita.”

Taehyun hanya menatap Beomgyu yang sudah merapihkan tas dan duduk ditempatnya bersama buku dan alat tulisnya. Anak itu sudah siap padahal, “Beomgyu-ya, tunggu sebentar, ya. Aku harus bicara dengan sunbae itu sebentar.”

Beomgyu yang mengangguk enteng, “Oke. Santai saja.” Menatap kepergian Taehyun, ia menambahkan, “Tapi, jangan terlampau lama!”

Beomgyu mulai membuka dan membaca-baca sendiri buku catatannya, mengernyit tak putus saat tak paham satu pun materi disana. Sesekali bergumam dengan kesal, “Simbol apa, sih, ini semua?!” Lalu menjatuhkan kepala pada permukaan meja. Pasrah. “Mungkin memang hanya aku bangsawan terbodoh yang pernah ada.” Terdiam untuk beberapa saat, ia sudah bergumam lagi. Kali ini lebih pelan, “Apa aku bahkan pantas bermata warna biru?”

Huening Kai ada disana, memperhatikan di ambang pintu. Matanya baru saja menatap kepergian Taehyun yang menghilang di ujung lorong. Ia tahu Beomgyu saat ini sedang sendirian dan dia kira itu pasti kesempatan emas.

Melangkah masuk, Kai berdeham normal, “Ekhemm! Hai, Beomgyu-ya.”

Beomgyu yang merasa tersentak, langsung mengangkat kepalanya reflek. Matanya membola, “Huening Kai?”

Huening itu berbahaya, Beomgyu-ya.”

Pesan Yeonjun sontam terputar dalam benak. Membuatnya meneguk ludah dengan susah, dirinya agak takut sekarang.

“Kebetulan sekali, kau masih ada disini.”

Beomgyu berusaha menutupi kegugupan, lantas tegak dan berucap normal, “Ehm, aku memang begini kalau merasa aku kesulitan dalam belajar. Taehyun-ie selalu bersedia membantuku kapanpun aku minta.”

Kai mengangguk, “Oh. Tapi, sekarang ini sebenarnya aku mau minta bantuanmu.”

Beomgyu menatap penuh selidik. Menimbang sesuatu dalam kepalanya.

Menyadari itu, Kai terkekeh pelan. “Tenang saja, ini tidak akan lama, kok. Aku hanya perlu kau ikut aku ke perpustakaan dan membantuku mencari buku-buku. Pak kepala sekolah bilang aku bisa meminta bantuanmu untuk itu.” Tak lupa, ia tersenyum di akhir kalimatnya.

Ah, itu...” Beomgyu mangut-mangut paham. Tuh kan! Huening Kai ini kelihatannya tidak ada masalah. Dia cukup baik juga. Persis seperti awal pertemuan mereka. “Baiklah, tentu saja aku bisa.”

“Oke, tunggu apa lagi.” Kai langsung menggamit jemari Beomgyu tanpa aba-aba. Menariknya pelan dan berjalan berdampingan dengan derap langkah yang cepat. Seperti tidak sabaran.

Beomgyu yang sebetulnya masih lemah itu agak kewalahan menyamakan langkah dengan pemuda itu. Pada faktanya, Beomgyu masih dalam keadaan energi yang minim setelah memulihkan Taehyun, dan dia belum sempat makan apapun untuk mengganti tenaganya setelah istirahat kedua itu. Maka disini, tidak heran kalau dia sudah ngos-ngosan bahkan saat mereka masih setengah jalan menuju perpustakaan.

“Nah, sudah sampai,” ujar Kai tersenyum makin lebar.

Perpustakaannya sepi sekali. Tak ada satupun orang.

FALSITY Where stories live. Discover now