13 | ANOTHER

43 21 1
                                    

Verena senang mengetahui dirinya akhirnya bisa menyelesaikan tugas kelam menulis naskah Yeji. Baru tadi pagi ia berikan, tinggal menunggu respon dan komentarnya saja entah kapan. Paling kalau tidak ada, itu berarti dia telah melakukan dengan bagus.

“Tim basket kami menang, kemarin sore kami membawa piala.” Taehyun berucap datar, tidak ada happynya sama sekali. Beomgyu, Kai dan Verena hanya mengangguk samar. Itu jelas sekali, apalagi jika semuanya tau itu semua hanyalah upaya Taehyun manipulasi pikiran dan kemenangan yang terjadi. Membuat euphoria tidak terasa. Hanya nama Jimin yang kian melambung tinggi.

“JIMIN! JIMIN! JIMIN!”

“AAAAA PARK JIMIN! SELAMAT ATAS KEMENANGANMU, SAYANG!”

Disana Taehyun, Verena, Beomgyu dan Huening Kai berjalan sambil tertunduk. Berbincang sebentar sambil berjalan ke kantin, kini mereka sedang berusaha menghindari massa disana.

Sampai seseorang menceletuk dengan menyebalkan, “Hei, bukannya itu si homo Taehyun Beomgyu?”

Ish, sekarang mereka bergaul dengan gadis mata ungu itu?!”

“Waaa, anak baru mata biru itu juga ikut!”

“Apakah mereka mungkin sekarang sudah punya kelompok sendiri? Geng mata aneh berwarna warni? Pfftt!

Ck, Ck, Ck. Sayang sekali. Padahal mereka semua tampan,” celetuk yang lain lagi, begitu menyulut emosi.

“HISH! MEMANGNYA SUDAH SESEMPURNA APA KAU ITU!” Verena menyambar emosi. Satu tangannya kini sudah ditahan Taehyun dan Beomgyu.

Hish, lihatlah bagaimana gadis ini mulai jadi sok pahlawan!”

YAKK! JAGA MULUTMU, YA! KAU KIRA, KAU SEDANG BERHADAPAN DENGAN SIAPA!”

“Ver, sudahlah, Ver! Tenangkan dirimu. Orang seperti mereka tidak pantas diladeni!” peringat Taehyun cepat, menatap benci pada deretan orang-orang sirik itu.

Satu orang kembali menyeletuk tak tahu diri, “Hei, gadis ungu! Kuberitahu ya. Cukup berbahaya, lho. Bergaul terlalu lama dengan para homo! Bisa-bisa kau menjadi guna-guna mereka. Kau tidak akan pernah dilirik! Itu karena mereka menyukai sesama mereka!”

“KURANG AJAR!”

“VERENA, SUDAH!”

Inilah sisi buruknya. Orang-orang yang tidak tahu apapun bahkan mempercayai adanya kehidupan keturunan bangsawan sama sekali tidak tertarik bahkan memandang sebelah mata orang-orang bermata biru di sekolah mereka. Beberapa dari mereka malah menghina dan mengucilkan mereka.

“Lepaskan, aku!” Verena menyentak pegangan Taehyun dengan keras, lantas pergi dengan menghentakkan kaki di lantai sana. Lantas ketiga pemuda bangsawan itu menyusul, tak memedulikan bagaimana sekumpulan rakyat jelata nyinyir tidak bermartabat disana.

+x+

Tuk tuk tuk

Verena mengetuk-ngetuk ujung sepatunya cepat, rasanya ingin tidur saja dan mengaktifkan Audek Awij murka untuk menggantikan kemarahannya. Sekarang sudah istirahat kedua, Verena dan tiga lelaki mata biru kini tengah berada di ruang bekas osis yang sekarang menjadi tempat andalan tongkrongan mereka kalau mau berkumpul.

“Ini tidak masuk akal! Aku sudah menjelaskan kepada pihak mading tidak berotak itu bahwa berita itu salah. Aku tidak sengaja berbicara! Aku tahu kalian pasti normal!” Sesuai keinginannya, mata Verena berubah biru. Nada suaranya menjadi ketus tidak seperti biasanya, kedua tangannya bersidekap angkuh.

FALSITY Dove le storie prendono vita. Scoprilo ora