18 | ESCAPE

42 22 2
                                    

Yeonjun kecil terbelalak saat harus diperhadapkan dengan penampakan seorang anak ingusan yang lebih pendek darinya tengah berdiri sambil menangis hebat. Di tangannya telah tergenggam pisau tajam, siap dilayangkan pada tubuhnya sendiri.

“OHOK! OHOK!” Yeonjun modus untuk terbatuk keras untuk menarik perhatian. Melirik si bocah pendek itu menoleh ia mulai melompat mendekat. Tepatnya pada tepian jembatan sepi penghubung jalan di atas sungai Han. “Maaf, tapi tempat ini adalah wilayahku. Aku sudah menetapkan begitu saat aku suka kesini hampir setiap malam untuk mencari ketenangan,” ujar Yeonjun tanpa menoleh.

Si anak pendek itu mengerucutkan bibir. Siapa orang ini? Mengganggu saja! Menarik ingus dan menyeka asal air matanya, Beomgyu termangu menatap pada arus deras sungai dengan pantulan langit malam pada permukaannya. Hatinya sakit, rasanya ingin mengakhiri segalanya.

“Kau ... pasti sedang sedih, ya?” ujar Yeonjun lagi, entah kenapa mendadak jadi banyak bicara. Choi Yeonjun itu nyatanya menang telah menjelma menjadi manusia kutub bahkan saat dia masih berusia tiga tahun. Irit bicara dan biasanya berucap ketus. Menjadikan dirinya lebih dewasa berkali-kali lipat dari usia aslinya.

Anak disana tidak menjawab. Hanya menikmati terpaan angin malam yang meniup wajahnya, sementara air mata terus mengaliri pipi. Ia benci untuk hidup.

Melihat itu Yeonjun berujar lagi, “Kau tau, saat sedih dan ingin mengakhiri hidup sama saja dengan meninggalkan sebuah kenangan.” Usia yang baru genap delapan tahun saat Yeonjun mengucapkan itu; dewasa dan sudah berpikiran sangat matang.

FALSITY Where stories live. Discover now