Tiga tiga

195 20 19
                                    

Aku kasih saran mulmednya diplay setelah baca ending ya!! Happy reading.

***

Suara bel pintu restoran tak membuat fokusnya pada hidangan di hadapannya teralihkan. Justru malah semakin fokus memperhatikan. Terbilang cukup lama dan sering ia berkunjung pada restoran ini. Wajar, sebab didesign senyaman mungkin untuk milenial dan usia berapa pun.

Sampai saat ponsel itu bergetar dalam saku jaket kulitnya mampu mengalihkan perhatian. Tertanda sebuah notifikasi pesan dari seseorang ia dapatkan kemudian mengecek tanpa ada rasa ragu.

PN : Gue udah di luar.

Dan tak ada rasa ingin untuk sekadar membalasnya. Ia malah menarik sudut bibir tipis sembari menempatkan pandangan pada pintu restoran, seolah menunggu seseorang yang ingin ia temui masuk ke dalam.

Tak lama, pintu terbuka memperlihatkan seorang gadis berjalan semangat menuju meja pesanan diikuti dengan seorang pemuda yang beberapa menit lalu mengirimi sebuah pesan teks.

Tidak sampai disitu, netranya sungguh tak ingin lepas dari eksistensi gadis itu. Teramat lama sudah tidak melihat sosoknya, juga senyumannya.

Sebenarnya, jika ditanya ia takut atau tidak. Ia tentu akan menjawab iya, sebab takut akan sosok itu enggan kembali melihatnya. Tapi untuk kali ini, ia ingin memaksakan diri masalah gadis itu menerimanya atau tidak akan diurus belakangan.

PN : Abis makan gue ke toilet.
Lo gunain waktu sebaik mungkin.

Setelah itu, ia membenarkan posisi topi sebelum melakukan siasatnya. Rencana yang terbilang kuno dibuat oleh mereka berdua dalam kurun waktu 25 menit saja. Lalu, ia memilih bangkit untuk memulai, berpura-pura tidak kebagian tempat duduk akal-akalannya.

***

Pandu : Ca, lo beneran mau nemuin Fando? Sekarang?

Oca : Iya. Kenapa? Nggak bisa sekarang ya?

Pandu : Bisa, bisa sekarang. Tunggu sebentar, jangan kabur.

Gadis itu hanya membaca pesan dari Pandu. Hingga saat, sesosok orang tak dikenal meminta izin untuk berbagi kursi padanya sebab sudah tidak kebagian kursi lagi, katanya. Orang itu menaruh segelas coffe-Nya sebelum membuka topi yang dikenakan.

Oca sangat tidak keberatan untuk berbagi. Tapi lain hal jika sosok yang di depannya kini ialah orang yang 1 tahun ini ia rindukan.

Netra itu membulat dan sekujur tubuhnya menegang. Entah harus mengucapkan kata apa ia detik ini. Selain memanggil namanya. "Fando?"

"How are you?"

Bahkan mendengar suara itu pun mampu menusuk indra pendengarannya. Oca amat membisu, yang hanya ada dibenaknya bahwa kini ia tengah berhalusinasi hingga ingin bangkit untuk pergi meninggalkan tempat.

"Please, jangan pergi dulu," ucap pemuda itu namun tak mendapat balasan. Gadis itu masih terdiam.

"It's me. Fando."

"No," sahut Oca.

"You still remember me right?"

72 Days Cenayang. (completed) ✔Wo Geschichten leben. Entdecke jetzt