Mablas atu

128 24 4
                                    

Selasa pagi ini, mereka berempat akan berangkat menuju tempat seminar. Yuda dan Safa ditemani oleh Ibu kepala sekolah. Sedangkan Oca dan Fando ditemani oleh Pak Ridho.

Namun, di tengah-tengah perjalanan Pak Ridho memberitahu bahwasannya ia sedang tidak enak badan. Membuat Fando mengambil alih kemudi mobilnya. Ya, walau pun ini bahaya sekali ia mau tidak mau dan Pak Ridho juga mau tidak mau anak muridnya yang membawa. Karena lima menit lagi seminar akan dilaksanakan.

Oca, gadis itu hanya santai saja dengan earphone yang terpasang di kedua telinganya.

"Caca, bapak minta permen pedesnya." Si pemilik nama menoleh ke samping, lalu memberikan permen pedas yang ia punya kepada Pak Ridho.

"Bapak mau muntah?" Pak Ridho mengangguk lemah.

"Ini Oca kasih plastik. Bapak telat makan ya?" Beliau menggeleng lemas. Sedangkan Fando memperhatikan pergerakan gadis itu dari kaca atas.

"Bapak abis sarapan pake apa emangnya?"

"Tumis genjer buatan istri."

"Widih mabuk genjer nih." Celetukan itu berhasil keluar dengan enteng dari mulut Oca.

Fando membelalakan mata sedikit setelah mendengar celetukan gadis itu yang teramat nyeleneh. Ia berkata kemudian, "Di depan ada lampu merah, lo pindah ke depan."

Oca yang tahu Fando menyuruhnya pindah pun mengerucutkan bibir. "Nggak ah. Katanya di depan ada lampu merah, kok gue yang disuruh ke depan."

"Maksud gue pindah ke samping gue. Biar di belakang Pak Ridho bisa tiduran." Jelas Fando tanpa mengalihkan fokus dari jalanan kota.

Gadis itu mengangguk, lalu berpindah saat mobil sudah berhenti di lampu merah.

***

Mereka berdua telah sampai di tempat seminar dan hanya berdua. Pak Ridho tak jadi menemani sebab ia telah dijemput oleh sang anak. Kemungkinan besar beliau betulan masuk angin bukan sekedar mabuk perjalanan biasa.

Setelah melangkahkan kaki masuk ke dalam gedung. Mereka memilih duduk di kursi meja berbentuk melingkar bergabung dengan sekolah lain. Oca tentu saja sangat gugup, ini pertama kali dirinya mengikuti seminar.

Fando yang melihat kegugupan gadis di sampingnya pun hanya melempar botol air ke hadapan gadis itu. Tanpa sedikit pun merubah raut wajah datarnya.

Botol air mineral itu ia ambil lalu meneguk sedikit. Membuat Fando memiringkan tubuhnya, sedikit mendekat kepada gadis itu.

"Kenapa?"

Oca refleks menoleh setelah itu tertawa hambar. Tak lama pemuda itu kembali ke posisi duduk tegapnya semula. Mengambil bolpoin dan satu buku catatan yang sudah disiapkan di atas meja. Ia menggambar sesuatu di sana, menunggu seminar benar-benar dimulai.

Netra gadis itu melirik kesembarang tepat. Lalu berbisik lirih kepada pemuda di samping, "Fan, pagi ini gue belum makan es. Jadi sedikit gugup."

Fando menghentikan aktifitasnya, kemudia menoleh kepada gadis itu. "Nggak ada es."

"Tapi ini gawat banget, Fan." Belum sempat Fando membalas ucapan itu lebih dulu Oca kembali menyela. "Gue mau keluar dulu, nyari tukang es."

Sontak tangan pemuda itu menahan lengan Oca saat ia hendak bangkit untuk mencari tukang es.

"Acara mau dimulai."

"Sebentar doang kok, makan satu es doang. I'm promise!" Tatapan tajam yang diberikan Fando membuat nyali Oca menciut. Tatapan bak mata burung Elang itu menghipnotis dirinya.

72 Days Cenayang. (completed) ✔Opowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz