Enam gelas

126 26 5
                                    

Hari ini ialah hari kepulangan mereka berdua. Seperti yang diucapkan istri Pak Ridho di telepon semalam, jika besok pagi mereka berdua akan dijemput oleh sang anak. Sebab, kondisi beliau yang semakin menurun.

Hanya suara radio dari mobil yang terdengar. Namun, juga sesekali Fando mencoba untuk mengajak ngobrol anak dari Pak Ridho. Walaupun teramat canggung rasanya.

Sedangkan gadis dengan rambut ikat dua duduk manis pada bagian kursi penumpang hanya menatap keluar mobil dengan earphone di telinga. Matanya sedikit sayu, akibat semalam ia maraton drama korea. Wajar saja, Oca tak bisa tidur jika tidak di kasur kesayangan. Ponselnya bergetar membuat gadis itu terlonjak kaget.

"Assalamualaikum. Hallo, Bun?"

Suara seseorang dari seberang sana terdengar lembut. "Waalaikumsalam, kamu pulang?"

"Enggak Bun mau nginep," Sahutnya sembari merapihkan cemilan yang sedari tadi menemaninya.

"Yaudah di sana aja nggak usah pulang."

Gadis itu meringis. "Enggak Bun bercanda. Kenapa?"

"Di rumah nggak ada siapa-siapa. Bunda anter Nauval manasik, bibi ambil cuti. Jadi di rumah sepi."

"Kok aku baru tau, ya? Nggak mau pulang aku nggak suka di rumah sendirian." Rengekan gadis itu membuat Fando menoleh sekilas kepadanya.

"Nggak ada guna ngasih tau kamu. Kalo nggak mau pulang, sana ke kedai aja. Kalo nggak mau ya pulang ke rumah. Laper tinggal masak atau buat mie. Jangan dibuat ribet, kamu udah dewasa."

Sang Bunda lebih dulu mematikan sambungannya tanpa ingin mendengar sahutan sang anak. "Iya." Oca tetap menjawab lirih diikuti dengan dengusan pasrah, ingin rasanya ia mengumpat namun takut akan durhaka. Yang mengharuskan ia hanya bisa meremas kencang ponsel, sembari menyandarkan punggung.

Netra pekat itu menatap ke luar jendela. Hingga antensinya buyar kala mendengar sebuah notifikasi pesan berhasil masuk ke ponselnya. Oca lagi-lagi harus membuka ponsel itu dengan malas.

Fando : Pulang ke rumah gue.

Mata tajam itu melirik sekilas gadis di sampingnya yang tengah mengetik sesuatu.

Oca : ???

Fando : Nggak jadi.

Oca : Lo denger telepon gue?
Oca : Fan?

Fando : Sedikit.

Oca : Nggak sopan.

Fando : Sorry.
Fando : Gue nawarin, lo mau ke rumah gue?

Oca : Repotin nggak?

Fando : Nggak.

Oca : Oke.

Read.

Tiga jam perjalanan sudah mereka lewati. Anak Pak Ridho menurunkan mereka berdua sesuai aplikasi. Ralat, sesuai permintaan Fando dan amanah sang ayahanda. Agar memulangkan muridnya dengan selamat. Ia menurunkan di depan rumah Fando.

"Makasih, Kak." Oca berucap mewakili Fando dan disahut baik oleh yang lebih tua.

Setelah itu berjalan masuk ke dalam pekarangan rumah pemuda itu saat mobil yang ia tumpangi tadi telah hilang dari penglihatan mereka. Rumah yang begitu besar namun tak sebesar cintanya pada pemuda bernama Satya.

Fando membukakkan pintu rumah dan saat itu pula Oca dibuat membeo dengan interior rumah pemuda itu yang sangat elegan dan mewah.

"Lo tunggu aja di sofa, nanti ada yang samperin lo itu pembantu nyokap," Ucapnya tanpa menolehkan kepala.

72 Days Cenayang. (completed) ✔Where stories live. Discover now