7

183 48 5
                                    

Sebuah motor ninja melesat di jalanan ibukota dengan kencang. Membelah keramaian yang dipenuhi oleh pasangan-pasangan sejoli. Berhentilah ia di saat lampu merah menyala, jemarinya asik mengetuk-ngetuk bagian depan motor.

Ia kembali menjalankan motor, kala lampu merah telah berganti menjadi lampu hijau. Masih dengan kecepatan yang sama, distandar kecepatan rata-rata. Begitu cepat dan tak terasa hingga tempat yang ia tuju sudah di depan mata.

Melihat banyaknya kendaraan di parkiran tempat itu, dari mulai mobil hingga ke motor yang hampir semua sama-sama berjenis ninja. Hanya saja beda warna, dan pemilik.

Ia memarkirkan motor, diikuti dengan membuka helm full face dan sedikit menyisir rambut hitam miliknya. Setelah itu, berjalan masuk menyapa semua anak-anak yang sudah menunggu lama.

"Lama amat, macet atau gimana?"

"Nggak juga."

"Forum lo udah selesai?"

"Kalo belom gue nggak mungkin ke sini."

"Fando, lo dipanggil kak Treza," Ucap seseorang. Si pemilik nama mengangguk. Lalu bangkit pergi menuju taman belakang.

"Manggil gue, Kak?" Fando bertanya saat dirinya sudah berdiri di belakang sang lawan bicara.

Gadis dewasa yang sedang menyiram tanaman membalikkan tubuh. "Gimana kabar?"

"Baik."

"Kakak lo?"

Pemuda itu mengerutkan dahi. "Sorry?"

Treza terkekeh sembari menaruh gunting tanaman di atas meja kayu. "Just kidding. Sekolah lo gimana?"

"Aman."

"Good boy. Jangan jadi kayak kakak lo yang bodoh." Kata Treza dengan teramat santai. Membuat Fando menatapnya tajam.

Dengan wajah datar pemuda itu membalas, "Gue tau kemana arah pembicaraan lo."

Alis yang lebih tua terangkat. "Ternyata kelebihan kakak lo yang cenayang itu diwarisi ke elo," Ujarnya.

Fando meninggikan ucapannya, "Gue bukan cenayang!" Amarahnya sudah menggebu-gebu setelah ia disebut cenayang. Sampai kapan pun ia tidak sudi disebut seperti itu. Beberapa orang mungkin menganggap itu sepele terkecuali pemuda tersebut.

"Oh ya? Kalau bukan cenayang terus apa ya? Hm, peramal?" Treza kembali memancing.

Tangan Fando yang kini sudah mengepal dengan kukunya yang sudah menjadi putih efek dari kepalan amarahnya yang cukup kuat.

"Jangan mancing gue marah, please. Gue nggak mau bahas itu," Fando berujar lirih. Membuat Treza tersenyum lembut sambil berjalan menghampiri Fando yang sedang menahan emosi.

Ia sangat benci. Sangat benci ketika dirinya disebut dengan sebutan itu. Juga disangkut pautkan dengan sang kakak.

Sudah lama kenal dengan Treza. Seorang perempuan Tomboi berambut sebahu dengan telinga yang ia tindik rapih. Jabatannya kini sebagai ketua kelompok pemuda miliknya yang di anggotai oleh Fando. Bahkan semua anggotanya terdiri dari sekelompok remaja lelaki.

72 Days Cenayang. (completed) ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang