Telulaz

143 23 10
                                    

Raja siang sudah muncul dari arah timur. Kali ini ia berwarna cerah dengan sinar yang amat sangat menusuk di kulit. Awan besar pun tak mau kalah. Mereka saling mengejar satu sama lain, berlarian mengikuti arah mata angin.

Apa yang kalian lakukan jika panas terik matahari menyapa bumi? Tak jauh pasti meminum-minuman dingin.

Oca terduduk nyaman di sofa kedai sang bunda, dengan segelas minuman es fanta yang sengaja ia lebihi es batunya.

Ia tak sendirian, dirinya ditemani oleh buku-buku lagi. Tapi yang sedang ia baca bukan buku pelajaran atau buku keilmuan melainkan buku novel cerita fiksi.

Giginya beradu dengan keras dan dinginnya es batu. Beberapa orang melihat dengan tatapan ngilu dan heran. Ia tak peduli, ini kebiasaannya, ini hidupnya, dan ini lifestyle nya.

Dulu ia sempat diajak bermain curang oleh kakak kelas. Oca dijanjikan akan ditraktir es serut dan minum-minuman es dengan syarat ia harus membuat deskripsi contekan rumus fisika.

Kata deal sudah berlaku diantara mereka. Perjanjian itu pun kini sudah ditepati. Teman-temannya yang tau dengan hal ini hanya menyumpah serapahi kelakuan Oca.

Teman satunya ini sangat bucin sekali dengan es batu! Kata Dewa, Jika saja Oca kesurupan penawarnya hanya satu yaitu es batu.

Rahil bilang juga. Mungkin jika Oca debut di cerita novel fiksi remaja ia akan mengunyah habis tokoh bersifat es di sana.

Gadis itu tak berhenti mengunyah es batu yang ada di mulut. Sesekali ia tertawa sendiri dengan dialog novel yang sedang ia baca. Pelanggan bisa saja menganggap dia orang stress padahal hanya menyerempet.

"Kalau kamu jadi ikan cupang aku mau jadi airnya, biar aku jadi alasan kamu bisa bertahan hidup."

Ia tertawa terbahak setelah membaca salah satu dialog gombalan tokoh di novel itu. "Receh banget please. Gue coba kirim ke kak Satya deh."

Oca : Kak Satya!
Oca : Kalau kak Satya jadi ikan asin aku mau jadi garemnya, biar aku jadi alasan adanya nama kakak di dunia.

Halaman demi halaman ia buka dan ia baca, beberapa kalimat relate dengan kehidupan ia beri warna dengan highlighter stabilo peach.

"Miskin atau kaya, bodoh atau pintar semuanya akan mengalami masa sulitnya masing-masing."

Ia memanggut-manggutkan kepala sambil terus mengunyah es batu.

Oca : Kak Satya!
Oca : Miskin atau kaya, bodoh atau pintar aku tetap mau sama kamu kak asalkan pangkatmu ceo.

Oca menaruh kembali ponsel itu, juga kembali melanjutkan membaca buku.

Sebenarnya ia tak peduli itu menjadi spam chat kepada Satya, lagian pemuda itu juga tak akan marah. Dia baik, ramah, sopan, manis dan pintar wajar saja Oca, menyukai.

Bibirnya bergerak kecil membaca sepatah kalimat dari novel itu lagi. "Rembulan datang dengan malam, matahari datang dengan siang. Hanya dirimu yang datang membawa segenap kenyamanan."

Ponselnya diambil kembali, mangkuk es serut tadi yang duduk manis di pangkuan kini sudah ia pindahkan ke atas meja.

Oca : Matahari datang dengan siang, rembulan datang dengan malam. Cuma kak Satya yang datang membawa eceng gondok.

Selesai, ponselnya kembali ia taroh. Tangan kiri kitu membuka lembar berikutnya sedangkan tangan kanan sibuk menyuap es serut ke dalam mulut.

Menandai beberapa kalimat yang ia sukai kembali dengan Highlighter miliknya. "Gue mau, kita terus kayak kura-kura sama tempurungnya. Kemana saja selalu bersama."

72 Days Cenayang. (completed) ✔Where stories live. Discover now