Thu thelapan

182 50 3
                                    

Jarum jam tepat menunjuk angka sembilan malam. Waktu yang sangat dianjurkan untuk segera berbaring di atas kasur dan terlelap. Tapi, beberapa orang punya kesulitan untuk tidur dijam-jam segitu, bukan?

Contohnya Oca, gadis itu masih sibuk dengan buku-buku miliknya. Semua tugas untuk minggu depan telah ia kerjakan. Terkecuali tugas kelompok, ia akan mengerjakan tugas kelompok sesuai bagian yang diberikan tapi dengan syarat harus berdiskusi.

Walau pun anggotanya telah diberi bagian-bagian yang ditentukan. Sama saja bohong jika dikerjakan dengan individu tanpa berdiskusi dan sharing.

Ekor matanya sesekali melirik handphone-Nya yang pada bagian belakang dihiasi dengan beberapa stiker tumblr dan ditutup oleh anticrack.

Oca tak munafik, jujur saja dirinya masih menunggu balasan atau sekedar dibaca pesannya oleh Fando. Hanya untuk memastikan bahwa pemuda itu sedang baik-baik saja enggak apa-apa dong?

Ia berdecak lalu mengambil kasar benda pipih itu. Ibu jarinya memencat cepat setiap huruf yang ada di sana.

"Gue udah taruhan sama harga diri ya, Fan. Sampe-sampe nggak lo baca atau lo bales gue adzanin besok di tengah lapangan."

Oca mengetuk-ngetuk meja belajarnya. Menunggu balasan dari pemuda itu. Hingga ia rela memasang penghitung waktu hanya untuk mengetahui sudah berapa lama ia menunggu.

Sesekali ia memainkan pulpen-pulpen dengan ujung karakter miliknya. Seolah-olah mereka nyata.

Ia membuang napas pasrah, saat angka dari penghitung waktu itu menunjukkan 1:25:08. Sudah hampir satu setengah jam rupanya.

"Kok gue nungguin?"

Punggung berbalut baju tidur itu ia sandarkan di kursi. Mencari alasan pada dirinya, mengapa ia hingga rela menghabiskan waktu satu setengah jam hanya untuk menunggu satu pesan dari pemuda cenayang itu.

Hingga tanpa disangka suara notifikasi dari aplikasi yang sering ia gunakan untuk menghubungi Fando terdengar.

Bukannya mengecek gadis itu malah tertawa. "Hahaha halusinasi gue."

Ia tetap saja akan mengecek.
Matanya terbelalak saat sekilas ekor matanya melihat nama si pengirim pesan.

"Ada huruf A nya diurutan kedua, abis itu N disusul sama D. Fiks, Fando ini mah."

Dengan cepat ia membuka roomchat si pengirim pesan.

Pandu : Brayyy, yhaa tertipu.

Oca tersenyum hambar. "Kayak ibarat gue itu sabun mandi yang jatoh di wc baru punya harapan buat keluar udah ditimbun lagi sama hajat."

Oca : Gue diunblock?

Pandu : Diancem Fando. Nih anaknya samping gue. Btw, hp dia low lupa naroh charge juga katanya. Emang payah.

Oca : Oh iya makasih.

Pandu : Ca, ini gue. Jangan lupa tutup jendela rapat, malem ini dingin.

Oca : Gue? Pandu? Fando? Gue siapa?

Pandu : Ya masa bokap gue anjir. Fando itu.

72 Days Cenayang. (completed) ✔Where stories live. Discover now