2 tujuh aja.

117 25 1
                                    

Oca menginjakkan kakinya di lantai kedai es milik sang bunda. Sudah tiga mingguan ia tak mampir ke tempat ini. Tasnya ia taruh di kursi pelanggan nomor 7. Setelah itu menjatuhkan pasrah tubuhnya pada sofa lembut, sebab amatlah lemas dan gerah karena ia pulang sekolah berjalan kaki akibat Calvin tiba-tiba mendapat panggilan harus ke kampus.

Oca sangat marah awalnya. Wajar saja, ia diberi tahu tiba-tiba melalui ponsel teman sekelasnya. Sudah begitu uang sakunya habis karena sudah dibuat mentraktir pemuda rempong tadi.

Salah Oca juga sebenarnya, mau saja diajak mengadu kelomang dengan janji yang kalah akan mentraktir si pemenang.

"Kok bisa ya gue mau aja di ajak ngadu kelomang?" tanyanya teruntuk diri sendiri.

"Neng Oca, mau makan es serut?"

Oca meneggakan tubuhnya sebelum menjawab, "Enggak Kak, masih dalam hukuman bunda."

"Oh kalo butuh bantuan kasih tau ya."

Oca mengangguk. Pelayan karyawan bundanya kembali ke tempatnya semula. Dari pada hanya duduk melihat enaknya orang lain menyantap menu es lebih baik waktunya ia gunakan untuk mengulang pelajaran tadi.

Ah, sepertinya pelajaran tadi masih tersimpan rapih di kepala. Bagaimana kalau waktunya ia isi dengan mendengarkan siaran web tanalir? For you guys information, selain suka es serut, baca novel, Oca juga suka mendengarkan siaran web tanalir. Walaupun terbilang jarang tapi ia bisa menikmatinya.

Siaran web tanalir atau biasa disebut dengan podcast amatlah membantu bagi seseorang seperti Oca. Oca terbilang sulit menjadi pendengar yang baik. Hingga saat terdengar notifikasi pesan masuk, ia menghentikan sejenak.

Fando : Ca, udah pulang?
Fando : Nanya aja.

Oca : Udah.

Fando : Ok.

Oca : Fando?

Fando : ?

Oca : [share a podcast Rintik Sedu : kita gak bisa.]

Fando : Then?
Fando : Just focus on the title atau perlu gue dengerin?

Oca : Opsi pertama, maybe?

Fando : Wkwk
Fando : Kalo mau bahas itu, nanti dulu. Gue lagi urus sesuatu.

Total membuat gadis itu terdiam hanya dengan sebuah balasan yang amat mudah pemuda itu ketik. Ia mengurungkan niat untuk kembali mendengarkan podcast beberapa menit lalu menyapa indra pendengarnya. Bersamaan dengan bunyinya lonceng pintu kedai bahwa seseorang hendak berkunjung.

"Kamu ngapain Kak ke sini?"

Yang dilempari pertanyaan mendongak bingung. "Loh, Bunda ngapain di sini?"

"Urus kartu keluarga," jawab beliau.

"Emang mau keluarin anggota atau masukin anggota baru?"

"Keluarin anggota," kata Bunda asal. Setelah itu melanjutkan jalannya menuju ruangan kerja. Sedangkan anak gadisnya tengah mengikuti dari belakang.

"Ngeri amat," gumamnya sebelum kembali melanjutkan, "Aku pulang jalan kaki."

Sang bunda masih tetap berjalan di depannya. "Terus?"

"Panas banget, Bunda. Mana temen nggak ada yang mau aku tebengin. Jadi ... boleh ya satu mangkuk es serut?"

Pintu berwarna putih itu dibuka bersamaan dengan respon sang bunda. "Hukuman kamu masih berlaku kalo kamu lupa."

72 Days Cenayang. (completed) ✔Where stories live. Discover now