25. Rahasia Antara Mereka

4.8K 1K 863
                                    

"Eh, kita duduk di sana yuk!"

April menarik lengan Tomori, menunjuk salah satu bangku di mana Januariz dan Oktof duduk di sana.

Jam istirahat telah dimulai sejak limat menit yang lalu. Bisa dibilang hari ini adalah hari terberat untuk Tomori yang berada di kelas Aksara dan gadis itu mendapatkan hukuman lantaran tidak mengerjakan PR. Sebenarnya, itu bukanlah yang pertama kali bagi Tomori menjalani hukuman di kelas mengingat dirinya yang terlalu sering berurusan dengan guru perkara kemampuan intelektualnya yang berbeda dengan beberapa orang.

Kalau April selalu disegani karena kecerdasannya, Tomori selalu menjadi gadis yang menyebalkan di kelas karena gadis itu jarang mengerjakan tugas dan lebih sering menceritakan tentang lelaki-lelaki bertelanjang dada di belakang sekolah. Tak ada satupun orang di kelas yang ingin mendengar cerita gadis itu. Tak ada satupun yang membantunya mengerjakan tugas. Karena jika Tomori mulai mendekati meja para gadis, mereka akan saling membubarkan diri dan tak mengacuhkan kehadiran Tomori. Pada akhirnya, Tomori selalu menjadi yang paling terakhir keluar kelas karena harus mengerjakan tugas-tugas tambahan dari guru mata pelajaran kelas Aksara.

Tomori menggeleng dengan wajah cemberut begitu menyadari bahwa April menunjuk meja Januariz dan Oktof di taman JIPS. Sekuat tenaga ia menahan tarikan dari April sembari memeluk kotak makanan yang nyaris terjatuh.

"Nggak mau! Gila kali yah?"

"Udah, lo gengsi aja yang gede padahal dalam hati mau. Ayo!" April tak kalah kuatnya menarik Tomori yang berjalan dengan wajah ragu. Perkara duduk dengan lelaki itu saja mampu membuat wajahnya mendadak merah jambu. Sebenarnya, gadis itu memerah bukan karena malu-malu kucing, tetapi ia malu menemui Oktof di tempat lain setelah menerima tugas tambahan di kelas. Mengingat, ia sekelas dengan Oktof dan lelaki itu selalu berdecak ketika melihat Tomori dimarahi guru.

Tomori gagal mengelak karena April langsung menegur Januariz dengan suara yang lumayan keras hingga membuat kedua lelaki itu menoleh.

Sesampainya di bangku taman, April dan Tomori duduk berhadapan dengan Januariz dan Oktof. Begitu riangnya April mengerjai Tomori hingga membuat gadis itu pasrah pada akhirnya.

"Hei, Oktof. Gue denger katanya lo mau ikut lomba karate juga yah?" tanya April sebagai permulaan menyapa mereka.

Oktof menatap April, mengangguk. "Tahu dari mana?"

"Dari dia ..." April menunjuk Tomori, dibalas dengan pelototan mata gadis itu. "Woah, semangat yah! Gue yakin pasti lo bisa menangin lombanya."

Bibir lelaki itu mengulas bentuk senyuman yang canggung. Barangkali mendapatkan kata semangat dari seorang April adalah hal yang menyenangkan di sekolah, secara dia adalah gadis panutan di JIPS.

"Thanks."

Di bawah meja, kaki Tomori menginjak sepatu April, menghentak-hentakannya dengan pelan. April terkejut dengan perlakuan gadis itu. Entah apa alasannya, mungkin karena Tomori terkejut melihat Oktof tersenyum tipis karena setahu April, lelaki itu memang jarang tersenyum.

"Lo ngapain sih?" Gerutu April, sesekali ia melirik di bawah meja saat kaki Tomori masih menghentak-hentak sepatunya. Gadis Jepang itu menarik kakinya ke posisi semula, segera menyodorkan kotak makanan ke arah April, berharap agar sahabatnya segera makan dan melupakan kejadian tadi.

Januariz yang melihat tingkah Tomori dan April terkekeh sembari menggelengkan kepala. Meski tidak paham akan situasi canggung itu, tetapi ia peka akan tingkah Tomori. Sepertinya gadis itu menyukai Oktof—sahabatnya.

"Tumben mau duduk bareng, mau ngomongin soal March, 'kan lo?" tebak Januariz.

"Ngajak gibah dong?" balas April. "Nggak. Lagian hari ini mereka nggak berulah, masih belum ada hal yang bisa dijadiin bukti yang kuat kalau mereka seorang pembully."

Seamless (TERBIT)Where stories live. Discover now