20. Tim April

4.9K 1.1K 920
                                    

Cerita akan selalu mengandung pembahasan yang sensitif, banyak menyinggung kekerasan mental/fisik dan lembaga yang berwajib. Mohon untuk bijak dalam membaca karena ini hanya cerita:)

🐾

Setelah meminta dipertemukan dengan March dan orang-orang yang pernah dibully olehnya, ruangan kepala sekolah saat ini sudah ditambah dengan kehadiran March, Oktof, Tomori dan August. March berada di bagian dekat dengan Pak Toni sedangkan April, dan tiga lainnya berhadapan dengan jarak lima meter di hadapan Pak Toni dan March.

Agaknya, March akan kalah hari ini. Ia mulai tersudutkan dengan sebuah kertas print out yang memuat hasil tulisan April dalam situs tribunnews beberapa bulan yang lalu dan gambar dirinya yang menumpahkan sebotol air minum di kepala Oktof. March melirik April dengan lirikan tajam sementara gadis itu cuek bebek, ia malah memasang tampang puas penuh kemenangan.

Pertanyaan pertama diajukan kepada Oktof, lelaki yang diduga berada dalam gambar tersebut. Ia diminta untuk menjelaskan perlakuan March dari awal hingga akhir.

"Entahlah, saya tidak merasa melakukan kesalahan. Tapi dia selalu mengolok-olokan asal Negara saya dan bahkan mengerjai saya di cafetaria," jawab Oktof. Sengaja menekankan kata 'dia' sambil menatap tajam ke arah March. Di ruangan yang penuh aura dingin nan canggung ini, March dan Oktof bersipandang, beradu tatapan tertajam hingga akhirnya March memilih untuk mengakhirinya dengan berdecih.

"Dan ... Tomori Mizaki?" Pak Toni memanggil Tomori, meminta penjelasan selanjutnya dari gadis yang tengah memegang jari telunjuknya gugup. Padahal, April sudah berusaha meyakinkan sahabatnya itu bahwa mereka akan baik-baik saja. Tak perlu khawatir.

"Dia—juga melakukan hal yang sama, pak. Menumpahkan sisa makanan saat di cafetaria," jawab Tomori kali ini tanpa melirik siapapun.

"Itu kan salah lo, lo sendiri yang numpahin makanan lo ke sepatu—"

Pak Toni segera mengisyaratkan March agar diam. Beliau menginterupsi dengan telapak tangan menunjuk ke arah lelaki itu. March pun langsung berdecih dengan wajah kesal.

"August Jonas?" Pak Toni segera melanjutkan dengan melirik seorang lelaki bertubuh mungil yang ada di samping Tomori.

April merasa lega melihat August. Kali ini ia sudah berhasil menepati janjinya kepada lelaki itu. Walaupun berimbas pada beasiswanya yang akan lenyap beberapa saat lagi, tapi usahanya selama ini tidak sia-sia. Terbayarkan dengan kedatangan Komnas Anak yang datang bagai malaikat di JIPS. Tatapan April menaruh harapan penuh kepada August yang saat ini sedang bermandikan keringat dingin, berharap bahwa lelaki itu tak perlu takut lagi sekarang.

"Tidak, pak. Mereka berbohong. March—tidak pernah melakukan pembullyan. Dia—selalu baik kepada saya..."

Sontak, April, Tomori dan Oktof terbelalak mendengar jawaban dari August. Apa-apaan itu? Selalu baik? Padahal ia selalu mendapat perlakuan yang sangat tidak pantas dari March. Mencengkram seragamnya, berteriak kata 'autis' di depan umum dan bahkan menjegal jalannya saat di cafetaria, semua itu sudah cukup dikatakan sebagai pembullyan. Bisa-bisanya ia menyembunyikan kenyataan pahit mengenai March tanpa alasan yang jelas.

April tidak menyangka jika August akan menyerah begitu saja. Jelas-jelas mereka sudah berhadapan dengan Komnas Anak yang sudah dipastikan akan menolong mereka, tapi kenapa statement yang dikeluarkan August berbeda dari harapan April?

Pak Toni sedikit mengamati raut wajah August, ia menarik napas kasar. "Kamu yakin dengan jawabanmu?"

August mengangguk tanpa ragu. Sementara itu, sudut bibir March tertarik ke atas, jika matanya bisa berbicara pasti ia akan memuji perlakuan August yang sudah membelanya di saat terdesak seperti ini.

Seamless (TERBIT)Where stories live. Discover now