18. Mencari Jawaban

5K 1.1K 753
                                    

"Gimana? Kalian dapat jawaban?" tanya Tomori, sepulang sekolah.

April menggeleng.

Meskipun bukan jawaban yang ingin April dengar, setidaknya Owy membenarkan kalau Septria memang dijahili. Kemungkinan besar penyebab Septria hamil adalah diperkosa. Kalau bukan itu, April tak mengerti lagi kenapa Septria harus bunuh diri?

Anggap saja ini adalah hipotesis April mengenai kasus bunuh diri sahabatnya yang ia dapat dari wanita bernama Lini yang mengaku kenal Septria. April ingin sekali meyakini itu karena Septria yang ia kenal tidak mungkin melakukan hal-hal sembrono apalagi sampai hamil diusia remaja.

"Gimana kalau kita yang sebenarnya nggak kenal Septria?"

April segera menatapnya.

"Kita baru kenal berapa lama sih, Pril? Nggak nyampe setahun, dua tahun juga kan? Lo aja nggak tahu kalau Septria punya sahabat yang namanya Febrian sejak kecil. Apa lagi sifat Septria."

"Lo nuduh Septria ngelakuin itu sesuai kemauan dia?"

Tomori mengerucutkan bibir melihat ekspresi April yang tampak kesal.

"Gue yakin Septria nggak mungkin ngelakuin itu. Septria bukan orang kayak gitu."

Tomori ingin memprotes sebenarnya atas apa yang April ucapkan. Toh, ia juga tak terlalu kenal Septria. Mereka hanya sama-sama menyukai musik, berada di kelas musik selama setahun dan selalu bersama di jam istirahat—membicarakan pelajaran bersama April dan cowok-cowok tampan bersama Tomori.

Hanya itu yang mereka tahu dan lalui bersama Septria.

"Sebelum seseorang bunuh diri, mereka pasti ninggalin catatan. Entah itu buku diary atau pesan apa pun dalam bentuk tulisan. Kita harus ke rumah Septria buat mastiin itu."

"Lo yakin mau ke rumah Septria?"

April yakin untuk mengunjungi rumah Septria. Namun, masalahnya sejak kematian Septria rumahnya tak pernah terbuka lagi. Bahkan rumor yang beredar kalau rumahnya sudah tutup dan akan dijual.

Benar saja. Begitu sampai di rumah Septria, April dan Tomori hanya dihadapkan pada banner yang terpasang di depan rumah dengan tulisan "DIJUAL."

Tetangga sekitar rumah mereka juga tak tahu menahu soal kepergian keluarga Septria. Hanya berspekulasi bahwa mereka hanya pindah sementara—untuk menyembuhkan diri dari kabar kematian Septria—dan pasti akan kembali lagi. Karena mereka belum bertemu untuk berbela sungkawa secara intens.

April penasaran apakah rumah itu benar-benar kosong? Ingin sekali membuka rumahnya sekedar mengunjungi kamar Septria untuk menemukan sesuatu yang bisa menjadi petunjuk, catatan atau bukti-bukti lain yang bisa menguatkan perkataan wanita bernama Lini itu. Sayangnya, rumah itu terkunci rapat.

"Ini masih terlalu dini kalau lo pergi ke rumahnya cuma buat nyari bukti, April," ujar Januariz.

Januariz benar. Walau sudah sebulan sejak kabar duka itu, tetap saja keluarga yang ditinggalkan belum bisa menerima kenyataan bahwasannya Septria meninggal dengan cara yang tak layak.

"Trus apa yang bisa gue lakuin? Kalau bener Septria bunuh diri karena orang-orang yang ada di sekolah ini, bukannya itu keterlaluan?"

"Perkataan orang yang lo temuin itu belum sepenuhnya bener."

April mengembuskan napas panjang.

"Gimana dengan jawaban Owy kemarin? Dia sama sekali nggak bantah pernyataan Septria diperkosa. Itu artinya ada yang gangguin Septria di sekolah ini."

Januariz membenarkan itu.

"Gimana kalau ... kita ketemu sekali lagi sama orang itu? Orang yang udah bilang tentang Septria."

Seamless (TERBIT)Where stories live. Discover now