37. Kesalahan Yang Sama

4.1K 979 718
                                    

Malam ini, atmosfer dingin merasuki setiap sudut kediaman Aprilia Rohani.

Gadis yang saat ini membiarkan rambut legamnya terurai hanya bisa diam seribu bahasa ketika Muzdalifah menatapnya tajam. Bukan tanpa alasan, melainkan kabar buruk yang baru saja diterima wanita itu selepas mengajari para wanita lansia mengaji. Kabar yang tak lain adalah pencabutan beasiswa dari pihak JIPS serta panggilan untuk memenuhi pencabutan tersebut. Pihak yang sama berkata bahwa April telah melakukan kesalahan yang fatal; menyebabkan Juli masuk rumah sakit jiwa hingga keadaannya bertambah kritis.

Kabar Juliana Stanley malam ini kian memburuk sejak ia kedapatan melakukan percobaan bunuh diri kedua di toilet rumah sakit jiwa dan lagi-lagi, pihak sekolah menyalahkan April.

Mendengarnya pun terasa tak masuk akal. Tetapi, mengapa April terus menerus tersudutkan di sini? Jelas-jelas dalam rekaman CCTV, gadis itu tak menyentuh Juli barang sehelai rambut pun.

"Istighfar, April! Kamu itu di sekolah ngapain aja sih? Kamu apain anak orang, Pril sampe dia kritis begitu?"

Sudah lima menit, April duduk diam di meja makan. Mendengar Muzdalifah dengan suara yang membesar hingga memenuhi isi rumah. Menyudutkan April, sama seperti pihak JIPS, dan April tak sedikit pun diberi kesempatan untuk berbicara.

"April, sudah ibu bilang. Kalau kamu ingin menjadi seorang penulis blog di JIPS, hati-hati dalam tulisanmu. Sudah ibu bilang, jangan melakukan apa pun di JIPS selain belajar dan lebih banyak berprestasi. Jangan buat beasiswamu dicabut, jangan buat sekolah kecewa dengan sikapmu, Pril. Kenapa susah banget, sih, dengerin ibu?!"

April mendongak dengan suara parau, "Bu, dengerin April dulu—"

"Pril, kamu tahu kalau kita bertahan hidup dengan beasiswamu. Apa kamu mau seperti dulu? Apa kamu mau, nggak sekolah seperti saat kamu masih kecil? Masih untung kamu dapat beasiswa, Pril."

"Bu!" April memekik pada akhirnya. Gerah karena tak sedikit pun Mudalifah memberinya kesempatan untuk membuka suara. "Ibu kenapa sih, khawatirin beasiswa April terus? April punya hak penuh untuk menolak pencabutan beasiswa. April nggak bakal kenapa-napa, bu. Seharusnya Ibu tanya, kenapa beasiswa April dicabut tanpa alasan yang jelas? Seharusnya Ibu tanya, kenapa JIPS terlalu cepat mencabut beasiswa tanpa memprosesnya, bu?"

"Apa? Memangnya apa jawabanmu, Pril? Memangnya kamu mau menuduh JIPS seperti apa lagi?"

"Bu, sekolah udah melakukan kesalahan yang fatal! Apa Ibu tahu apa yang Septria alami sebelum dia dinyatakan bunuh diri? Apa Ibu tahu siapa aja yang menderita karena efek bullying yang ditimbulkan atlet baseball? Dan semua yang sekolah lakukan hanya menutup kasusnya, bu. April nggak akan mau, hanya duduk diam dan menetap dalam sekolah yang lingkungannya kacau, bu."

Muzdalifah bergeming setelah mendengar balasan dari April. Terkejut. Selain karena pertama kali mendengar April membantahnya, itu juga adalah pertama kalinya ia mendengar fakta bahwa JIPS—sekolah yang menjadi idaman setiap orang—ternyata tak segagah pada ekspetasinya...

...atau mungkin, April saja yang mengarang cerita?

Muzdalifah mengembuskan napas panjang, menatap putri semata wayangnya yang sudah tersengal.

"Bu, April minta maaf. April—nggak bermaksud bentak ibu kayak tadi."

"April." Panggilan dari Muzdalifah membuat April menatap ragu. "Sekarang pergi ke kamar kamu. Istirahat. Itu sudah jam sembilan."

"Bu—"

"Istirahat sekarang April!"

Penegasan tersebut lantas membuat April terkesiap, enggan untuk membantah lagi. Ia pun beranjak menuju kamar, meninggalkan Muzdalifah yang tampaknya syok karena mendengar fakta dari April—atau mungkin syok karena menyadari bahwa April sudah berani membantahnya seperti tadi.

Seamless (TERBIT)Où les histoires vivent. Découvrez maintenant