11. August

5.7K 1.2K 1.1K
                                    

Kawasan lobi JIPS dibuat heran dengan puluhan kertas bertuliskan stop bullying yang menempel di tiap pintu kelas dan dinding sekolah. Sempat menduga tanpa bukti bahwa yang menempelkan kertas itu adalah Januariz. Sayangnya, dugaan mereka salah. 

Setelah sekian lama, akhirnya ada yang berani menempelkan slogan yang menyinggung bullying tanpa tahu... siapa yang senekat itu menempelnya? Apa dari pihak JIPS? Bertanya dalam diri sendiri memang tak menghasilkan jawaban.

Satu kertas yang menarik perhatian mereka adalah kertas yang ada di pintu kelas Akselerasi-2 di mana Red Blood bertempat di dalamnya. Apa isi tulisan dari kertas tersebut?

'Dear Red Blood, you better watch yourself before you get what you deserve. Soon, just wait!'

Sebelah alis March terangkat ke atas ketika membaca tulisan yang tertera pada pintu kelasnya. Mukanya merah padam memahan marah dan tangannya terkepal. Para anggota Red Blood pun hanya bisa mengernyit ketika ikut membacanya, menebak-nebak siapa yang berani menyinggung mereka lewat secarik kertas ini.

"Itu bagus 'kan, March?" tukas Juni yang tiba-tiba berada di samping March dengan kekehan pelan seakan mengejek lelaki yang sudah menjadi tersangka pembullyan di sana. "Penulisannya bagus, kertasnya juga hm ... kertas biasa sih tapi seni-nya kelihatan jelas. Perfect! Lo bisa nuduh gue kalau lo mau, gue bersedia mengaku kalau gue yang menulis ini."

Lelaki itu menyunggingkan senyuman palsunya ketika berbalik menatap Juni. "Nggak mungkin."

Kemudian, tungkainya membelah kerumunan Red Blood, meninggalkan Juni dan Juli yang berdiri dengan lengan yang dilipat ke dada. Anggota Red Blood bersipandang, bingung ke mana kepten tim mereka akan pergi?

Menuduh The Stanley Sisters bukanlah ide yang bagus. Kedua gadis yang ia idam-idamkan itu tidak mungkin menjadi sukarelawan untuk melakukan hal yang kurang kerjaan bagi sebagian besar murid JIPS.

March melangkahkan kaki ke kelas Akselerasi-1 yang ada di samping kelasnya. Mencari seseorang. 

Seseorang yang ia duga adalah penyebab viralnya kertas-kertas di sekolah itu.

Tepat sekali. Netranya tersorot pada seorang gadis yang sedang sibuk berkutat dengan buku-buku di atas meja. Langsung saja, March menghampiri gadis itu, menggebrak meja dan bahkan melempar semua buku-buku yang ada di meja tersebut hingga berhamburan ke lantai.

Sepintas, April terkesiap. Tak berlangsung lama hingga ia segera mengerjap dan melemparkan senyuman manis ke arah March tanpa ragu.  "Ada apa, March?" 

March berdecih. Bagaimana bisa gadis di depannya terlihat sesantai ini padahal ia tahu bahwa ia sedang dalam masalah? Sekali lagi, kepalan tangan March yang besar menghantam meja, membentak April. "Maksud lo apa ngancam gue dengan kertas-kertas itu? Lo pikir gue takut sama lo? Hah?!"

March tahu kalau April yang menulisnya. Karena siapa lagi yang selalu bertindak lewat tulisan kalau bukan April? Sama seperti kejadian tribunnews, penulisnya adalah April, bukan?

Seluruh murid kelas Akselerasi mulai terpaku pada bentakan March yang menggelegar. Tak ada yang berani mendekati meja April sedangkan gadis itu tidak gentar sama sekali, senyumannya tak pernah pudar.

"Gue? Gue nggak nulis kok. Lagian itu hanya tulisan aja kan? Kenapa lo takut sama tulisan?"

March mendekati wajah April, seraya berbisik di telinga wanita itu. "Jangan pernah main-main dengan gue, April!" Lirihan dari March membuat April hanya diam. "Lo lupa... siapa gue?"

"Gue yang nyebar kertas itu."

Suara Januariz yang ada di depan pintu benar-benar memecahkan suasana tegang yang ada di kelas Akselerasi. Atensi kedua orang yang tengah bersitegang langsung beralih ke pintu kelas, menyadari Januariz yang datang dengan wajah datar. Beberapa murid yang ada di dalam kelas saling berpandangan seakan melemparkan kode bahwa dugaan mereka menuduh Januariz yang menempelkan kertas itu adalah benar. 

Seamless (TERBIT)Where stories live. Discover now