34. Bergabung di Tim April

4.5K 1K 692
                                    

Fedelin adalah seorang pemerkosa. 

Kenyataan itu terucap begitu saja pagi ini, di koridor kelas Akselerasi yang sepi—dari mulut March Simpkins. Tak berperasaan, seakan kenyataan itu adalah senjata ampuh baginya untuk mematikan Januariz William yang saat ini mulai menatap nyalang ke arahnya. Menyebar rasa sakit dari segala arah mengenai kenyataan yang sama; bahwa ayahnya adalah pria yang sangat buruk. 

Setelah March berucap puas, Januariz memutar tubuhnya dengan wajah yang tersungut marah. Meninggalkan April yang masih berdiri kaku, masih dengan perasaan syok yang tak percaya terhadap apa yang diucapkan kapten baseball itu. Sementara March hanya bisa melemparkan senyuman menjengkelkannya kepada April.

Tak ingin membuang waktu, April ikut menyusul Januariz yang tampaknya ingin keluar dari sekolah. Mungkin lelaki itu akan pulang dan membentak Fedelin, melemparkan beribu umpatan dan sumpah serapah sebagai kekecewaan seorang anak terhadap orang tua karena saat ini, air mukanya benar-benar tak bersahabat.

Saat ini, bukan lagi tentang Januariz berwajah datar yang membosankan. Ekspresi itu menghilang dan berubah menyeramkan, berganti menjadi amarah yang semakin lama semakin menggebu.

"Jan, tunggu!" April menahan pergelangan tangan Januariz membuat langkah lelaki itu terhenti. "Apa yang bakal lo buat? Marah? Ngamuk di depan ayah lo? Apa itu bisa membantu?"

"Bukan urusan lo!"

"Apapun yang ada hubungannya dengan Septria adalah urusan gue," tegas April kali ini berhasil membuat Januariz tak banyak berkata-kata lagi. "Tenangin diri dulu. Marah tanpa rencana yang matang bisa bikin semua sia-sia, tahu?"

"Tenang?" Januariz berdecih. "Gimana bisa lo tenang saat orang tua lo penyebab kejadian tragis di sekolah? Gue malu, Pril! Gue malu selalu bantuin lo buat ngurusin kasus bullying, tapi bokap gue—lo dengar sendiri, kan? Bokap gue tuh seorang pemerkosa!"

"April benar. Ngamuk nggak jelas itu bakal bikin semua sia-sia. Gimana kalau yang dibilang March itu nggak bener? Gimana kalau dia bohong?" Suara yang datang kali ini berasal dari Oktof. Tanpa diketahui mereka, lelaki itu telah menguping pembicaraan sensitif yang terucap dari mulut March Simpkins mengenai ketua yayasan mereka beberapa menit yang lalu, meski ia sendiri masih tak paham dengan apa yang terjadi.

Sembari memikirkan kemungkinan bahwa March berbohong, Januariz melepaskan genggaman tangannya dari April. Kejadian dua hari yang lalu seperti terulang kembali hari ini, di mana Januariz menarik April dari cengkeraman Juni di keramaian dan menggenggam tangannya.

Bersamaan dengan itu, atensi ketiganya beralih ke arah Juni dan Owy yang datang menghampiri. Tak dapat menebaknya dengan pasti, tetapi kedua orang yang baru saja datang pun terlihat sama kacaunya dengan Januariz. 

"Gue mau bokap lo mendekam dipenjara. Dia harus membayar semua yang terjadi." Juni berujar dengan manik mata yang menghunus tajam kepada Januariz.

Dalam waktu yang cukup lama, Januariz membalasnya dengan mengembuskan napas kasar. "Gimana dengan Juli? Dia juga penyebab Septria meninggal, kan? Juli juga harus membayar kasus yang sama."

"Tapi Juli juga korban."

Penegasan itu lantas membuat Januariz mengerjap pelan. "Korban?"

"Ketua yayasan melakukan hal yang sama ke Juli," jelas Owy dengan cepat. "Ya, walaupun Juli emang ada di sana. Dia ada saat kejadian Septria. Tapi, dia juga korban, jauh sebelum Septria."

"Apa buktinya?"

"Untuk Septria gue punya bukti rekaman CCTV, sebelum CCTV dirusak kepala sekolah dan Juli—gue masih belum punya bukti, tapi gue bisa jadi saksi."

Seamless (TERBIT)Where stories live. Discover now