36. Berantakan

4.4K 958 678
                                    

Rumah sakit jiwa hari ini lumayan ramai. 

Juni mengeratkan kacamata, beriringan dengan Owy Rener yang memandang perkumpulan wanita paruh baya dengan rambut acak-acakan di ujung lorong. Sekumpulan wanita itu bertepuk tangan dengan wajah ceria ketika melihat kehadiran Juni yang tampak rupawan di lorong rumah sakit. Mungkin saja dalam bayang-bayang mereka, Juni seperti seorang wanita yang sedang mengikuti kontes busana di mana ia menjadi seorang modelnya dan sedang memasuki panggung. 

Kenyataannya, mereka berada di rumah sakit jiwa di mana terisi banyak orang dengan masalah yang sama; gangguan mental. 

Setelah menghampiri resepsionis, keduanya duduk sebentar di ruang tunggu, berusaha bersikap normal kala mendengar seorang gadis berteriak-teriak ingin menikah di taman yang tak jauh dari tempat mereka duduk.

Juni sedang memikirkan keputusan apa yang bisa ia ambil sebelum hari berganti malam. Keputusan untuk mengambil tawaran March Simpkins atau ... tenggelam dengan kabar adiknya yang menjadi seorang pembunuh.

"Kenapa Juli terlibat, Owy?" tanya Juni.

Owy menatap, tak menjawab.

"Apa lo yakin Juli juga korban? Gimana kalau—kalau itu nggak seperti yang kita pikir? Gimana kalau ternyata Juli dan ketua yayasan punya hubungan khusus."

"Juni, kita harus percaya sama Juli. Juli nggak mungkin seburuk itu," jawab Owy, menenangkan.

Juni pun terdiam setelahnya.

"Gimana dengan orang tua lo? Mereka udah tahu kasus ini?" tanya Owy.

Juni menggeleng. Menurutnya kalaupun orang tua mereka tahu, mereka tak peduli. Jadi tak ada gunanya mengatakan keadaan Juli. 

Owy mengernyit tapi paham apa yang dimaksud gadis itu. Karena orang tua The Stanley ini adalah workholic, bahkan tak tanggung meninggalkan dua anak gadisnya sendirian berbulan-bulan seolah tak peduli dengan mereka.Mungkin yang mereka pikirkan adalah Juni dan Juli sudah besar, mereka bisa mencari uang lewat karir mereka yang gemilang serta teman mereka ada di mana-mana. Jadi, kehadiran orang tua tak dibutuhkan lagi.

"Gue masih banyak kerjaan sama Juli. Tapi, gue harus tunda semua pekerjaan itu nggak tahu sampai kapan. Gue juga nggak yakin bisa nyembunyiin kondisi Juli kayak gini berapa lama."

"Juli bakal cepat sembuh kok, kayak sedia kala."

Juni ingin meyakini itu. Meski sekarang, perasaannya mulai dirasa tidak nyaman. Seperti ada yang menggores hatinya menjadi luka bila mengingat video itu—Juli dan Septria—Septria dan ketua yayasan mereka. Dalam satu waktu, Juni merasa hancur.

"Jawab jujur, Owy. Lo beneran punya bukti itu atau—bukti itu hanya akal-akalan lo aja biar April percaya," tanya Juni, memastikan.

"Kenapa lo jadi nggak percaya?"

"Malam ini kalau gue nggak buat keputusan, March bakal sebarin video Juli. Kenapa? Kenapa dia masih neror Juli? Apa salah Juli ke dia?"

Owy menatap lurus ke depan, menarik napas panjang dan berdehem. Owy menjelaskan kalau dia membuat duplikatnya walaupun sudah membuat perjanjian dengan ketua yayasan untuk menghapus video yang mereka punya. Owy tetap membuat salinan agar suatu hari bisa menebus kesalahannya dan dia tidak dihantui penyesalan walaupun terlambat.

"March juga gitu. Dia bilang udah hapus videonya, tapi ternyata dia malah neror Juli lewat video itu."

"Kenapa dia masih neror Juli? Apa salah Juli ke dia?"

"Itu yang belum gue ngerti sampe sekarang, apa alasan March neror Juli?"

Juni ikut tenggelam dalam kebisuan dari berisiknya kepala akan pertanyaan-pertanyaan tentang Juliana Stanley dan March Simpkins. Apa ada yang mereka lewatkan dalam kasus ini sehingga membuat March meneror Juli?

Seamless (TERBIT)Where stories live. Discover now