14. Yue

5.5K 1.2K 1.2K
                                    

Tomori berdiri di depan pintu kelas Akselerasi-1, menunggu April keluar dari kelas itu.

Sejak kemarin, April tidak bersekolah. Tomori tidak tahu apa penyebabnya. Telepon darinya tidak pernah dijawab, Line pun tak pernah dibalas barang sekalipun. Mendadak ia jadi merasa khawatir, kejadian ini sama seperti hilangnya Septria selama tiga hari tak berkabar diakhiri dengan kabar buruk tentangnya. Mengerikan. Sepertinya Tomori mengalami masa trauma sejak kepergian sahabatnya yang tragis itu.

Sambil memegang bekal yang berisi bento Japanese, Tomori memasang wajah penasaran ketika lonceng istirahat berbunyi. Ia berjinjit memperhatikan satu per satu orang-orang yang keluar dari kelas Akselerasi.

Nihil.

Dari tiga puluh orang yang keluar dari kelas, ia tidak menemukan April di sana.

Orang terakhir yang keluar adalah Januariz, buru-buru Tomori mencegat lelaki itu sebelum ia menjauh.

"Tunggu ...," ucap Tomori, Januariz menoleh ke arahnya. "April ... nggak sekolah yah?"

Januariz menggeleng. "Dari kemarin dia alpa," jawabnya.

Tomori langsung ber-oh ria dan mengangguk-angguk. Sesuai dugaannya, April tak kunjung masuk sekolah tanpa kejelasan yang pasti. Seingatnya, ia hanya bertemu April di jam istirahat dua hari yang lalu tepat saat August membentaknya di depan umum. Setelah itu, ia seperti ditelan bumi. Lenyap tak meninggalkan jejak.

🐾🐾🐾

"Ada dua bangku kosong di sini, boleh kita duduk di sini, nggak?"

Terdengar sapaan hangat seorang gadis centil menghampiri meja Januariz dan Okof yang saat ini sedang menyantap makanan mereka di pojokan kantin. Keduanya menoleh dan menyadari bahwa sumber suara yang terdengar memelas itu berasal dari The Stanley Sisters.

Januariz mengamati Juni dan Juli secara bergantian sambil memasukkan sesendok nasi di mulutnya. Masih memilah-milah seleksi jawaban untuk kedua wanita yang masih berdiri dengan sebaki makanan dalam pelukan mereka. Bukannya menolak, ia agak risih dengan bisikan siswa-siswi yang kemungkinan besar sedang membicarakan tentang kancing seragam Juni dan Juli yang terbuka secara sengaja menampilkan aura kewanitaan mereka tanpa malu. Entah angin apa yang membawa The Stanley Sisters ikut duduk di pojokan kantin bersama dirinya dan Oktof, padahal masih ada bangku kosong di cafetaria ini.

Juni mengetuk meja sekali lagi berharap agar salah seorang di antara kedua lelaki ini untuk menyilakan mereka duduk dengan segera. Oktof hanya diam tidak ingin menggubris, alhasil Januariz mengangguk sebagai tanda memperbolehkan Juni dan Juli untuk duduk bersama mereka. Tak jauh dari tempat mereka duduk, Januariz dapat menangkap gerak gerik Red Blood yang saat ini sedang memperhatikan mejanya dengan awas. Cukup jelas alasannya karena Juni dan Juli mendatangi mereka tanpa diminta, dan itu cukup mengejutkan.

"Gue sering lihat lo berdua jalan bareng loh, kalian... gay?"

Januariz mengerling ke arah Juni. Padahal mereka belum bersantai atau sekedar berbasa-basi selama satu menit, tapi gadis di sampingnya dengan sangat keterlaluan berhasil menohok mereka dengan pertanyaan aneh. Gay? Haruskah itu menjadi pertanyaan?

Memang Januariz dan Oktof terlihat selalu bersama selama berada di JIPS. Meski mereka beda kelas, tapi mereka tak pernah terlihat mempunyai circle pertemanan yang lain atau untuk sekedar nongkrong dengan sekelompok orang-orang di cafetaria dan membahas hal-hal seputar dunia lelaki. Tidak. Mereka hanya berdua dan jarang terlihat berbicara satu sama lain.

Sementara Oktof tak ingin ikut andil dengan pembahasan gay, ia hanya mengunyah sepotong sandwich tanpa melirik satupun dari ketiga orang di mejanya.

Seamless (TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang