RED 54

7.8K 409 1
                                    

Kedatangan Nasta yang tiba-tiba di depan kubikelnya membuat Sierra terkejut. Dia yang sedang fokus merevisi beberapa novel sambil memakai headset sempat tersentak. Melepas headset nya dengan kasar dan menatap Nasta penuh kekesalan.

"Nastar! Kebiasaan banget sih ngagetin orang!" Sembur Sierra langsung.

Nasta hanya bisa memberikan senyuman tanpa rasa bersalah sama sekali. Sudah terbiasa dirinya mengerjai Sierra seperti itu belakangan ini. Membuat Sierra kesal sedikit membantu wanita itu melupakan masalah yang ada.

"Hehe ... Abis muka lo kalau terlalu serius jelek Ra."

Sierra berdecak kesal. Dia yang tadi sempat berdiri kini kembali duduk dan mencoba fokus untuk kembali bekerja. "Ada apaan?" Tanyanya saat Nasta belum juga pergi dari hadapan nya.

"Di panggil bos." Mendengar kata bos, mata Sierra langsung menghadap ke arah kantor Tavish. Tatapan Tavish yang sejak tadi memandangnya kini mendapat balasan dari Sierra.

Wanita itu segera bangkit dari kursi dan membawa buku catatan yang biasa di bawanya. Ini hanya sebagai alasan untuk orang lain jika dirinya hanya akan menyerahkan laporan.

"Ok. Gua kesana dulu." Tatapan Sierra sejak tadi tidak lepas memandang pria yang kini sedang menatapnya dengan lembut.

Berjalan perlahan dan menarik nafasnya terlebih dahulu. Sierra kini membuka pintu yang ada didepannya perlahan.

"Tutup!" Suara datar Tavish yang sedikit terdengar keluar membuat beberapa karyawan disana melihat ke dalam kantornya.

Banyak dari mereka yang menduga jika Sierra akan mendapat teguran oleh Tavish karena gosip yang beredar. Banyak juga yang beranggapan jika Sierra pasti akan dipecat karena sudah membuat nama bos mereka jelek. Semua itu tentunya dari orang- orang yang berada di dalam fans club' pencinta Tavish.

Klik!

Tak lama, bunyi hordeng yang tertutup membuat semua mata menatap dengan tatapan terkejut. Sudah pasti Sierra akan habis di dalam sana dengan bos mereka.

Dino, yang sejak tadi melihat Sierra menuju ke ruangan bosnya dan mendengar omongan beberapa nenek lampir yang menyumpahi Sierra, hanya bisa mendengus kasar. Kenapa wanita - wanita itu barbar sekali jika mengatai orang lain. "Rahangnya pada lepas kali ya. Ngatain temen gua gitu amat." Sindir Dino dengan suara yang sedikit kencang. Beberapa wanita yang merasa mengatai Sierra langsung memberikan Dino tatapan laser mereka. Meskipun begitu, Dino tidak akan peduli. Dia tidak takut melawan wanita-wanita gila itu. Andai saja memukul mereka tidak mencoreng harga dirinya. Sudah sejak lama Dino mengajak mereka ke ring.

Tatapan Dino kembali mengarah ke kantor bosnya. Dia hanya bisa berdoa untuk keselamatan sahabatnya. Dia harap Tavish tidak akan memecat Sierra atau memakinya karena gosip yang tidak benar.

Keadaan diluar ruangan Tavish sangat ricuh akan karena Tavish yang memanggil Sierra kedalam ruangannya. Tapi, semua itu berbanding terbalik dengan keadaan didalam ruangan Tavish.

Remote yang digunakannya untuk menutup hordeng juga berfungsi untuk membuat ruangan jadi kedap suara. Kini, keduanya didalam justru saling melepas rasa rindu. Beberapa kali Tavish mencuri ciuman dari kekasihnya yang kini sedang duduk di atas pangkuan nya.

"Aku sangat merindukanmu." Bisik Tavish yang kini meletakkan kepalanya di leher Sierra. Tempat favorit nya. Wangi Sierra sungguh membuat Tavish tenang.

"Aku juga." Balas Sierra pelan sambil mengelus rambut Tavish dengan lembut.

Tavish merasa Sierra sedikit canggung dengannya saat ini. Sudah jelas ini pasti karena gosip murahan itu.

"Mereka tidak akan bisa melihat dan mendengar apa yang akan kita bicarakan didalam. Jadi Sierra, ada hal yang mau kamu ceritakan padaku?" Tavish kini menatap nya dengan wajah serius.

"Karena, aku harus mendengarnya langsung dari kamu. Jika kamu tidak mau bercerita. Aku akan mengambil tindakan yang tidak akan kamu sukai." Ancaman itu membuat Sierra menjadi gelisah. Wajahnya bahkan sudah pucat dan kini dahinya sudah mengeluarkan keringat.

"A...aku baik-baik aja, Daan."

Tavish mengelus lembut wajah Sierra. Dia bahkan meninggal satu ciuman di pipi pucat wanitanya ini.

"Kata tidak apa-apa mu tidak akan berfungsi untuk ku Sierra. Karena, setelah aku tahu. Aku bahkan ingin menghancurkan orang - orang itu. Jadi, mau mengatakan nya padaku?"

Mengangguk kaku. Akhirnya Sierra mau tidak mau menceritakan semuanya. Semua hal tidak boleh terlewat, dan itu perintah Tavish. Sepanjang cerita nya, Sierra sempat mengeluarkan air mata. Tapi dia langsung menghapus nya dan kembali tersenyum. Seolah dia baik - baik saja. Dan selama mendengar kan cerita Sierra. Wajah Tavish semakin keruh. Kepalan tangannya bahkan semakin menguat. Hal yang tak sengaja di lihat Sierra. Dia langsung mengambil tangan Tavish dan mencoba melepaskan genggaman tangan itu dengan lembut.

"Aku hanya gak mau mikirin itu semua. Itu cuma gosip. Buat apa aku sedih dengerin mereka ngomongin hal buruk tentang aku. Padahal kenyataannya aku gak seperti bayangan mereka. Jadi, yah... begitu." Dia memasukkan jarinya kedalam tangan besar milik Tavish. Rasanya sangat hangat dan nyaman. Sierra merasa terlindungi.

"Aku sudah gak apa-apa. Setelah kamu disini. Didepan ku..." Sierra menatap Tavish dalam.

"Semua terasa baik. Aku ... Aku ngerasa gak akan sendirian lagi. Karena kamu sudah pulang dan akan selalu melindungi ku." Setelah mengatakan itu. Sierra memberikan senyuman terbaiknya yang membuat Tavish mau tidak mau ikut tersenyum.

"Aku disini. Dan akan selalu disini bersama mu. Dan akan selalu disini untuk melindungi mu." Mendarat kecupan hangat di dahi Sierra hingga membuat wajah pucat itu kini bersemu merah.

"Ini wajah cantik kekasih ku yang tersipu. Hanya wajah ini yang ingin selalu aku lihat. Cantik dan manis saat tersipu malu."

Sierra kembali tersenyum. Pelindung nya sudah datang. Dia tidak perlu takut lagi. "Aku benar-benar mencintai mu Daan." Pelukan kuat dan hangat yang Sierra berikan membuat Tavish sempat terkejut. Tapi hal itu tidak berlangsung lama. Tavish langsung menarik Sierra lebih dekat ke dalam pelukannya.

^^^

RED: He is A Mr. Perfect (Revision)Where stories live. Discover now