RED 12

13.4K 774 7
                                    

Mood Sierra pagi ini kacau. Semalam, seperti mimpi buruk yang menjadi nyata baginya. Entah kenapa, Tavish tiba-tiba membuat waktu istirahatnya menjadi kacau.

"Argh! Dasar bos menyebalkan!" Setelah mengikat rambutnya asal. Sierra mulai mengeluarkan odol ke sikat giginya. Dan dia menggosok giginya secara asal karena rasa kesal yang belum menghilang dari hatinya.

Tadi malam harusnya menjadi malam yang tenang seperti biasanya. Dimana Sierra harusnya tidur tepat waktu setelah melakukan perawatan wajah. Hanya saja kali ini Sierra seolah tidak bisa menikmati waktu istirahatnya dengan tenang. 

Tepat pukul sembilan malam, Sierra mendapat email dan telphone tiba - tiba dari Sang Bos besar, Tavish Daan. Dirinya yang sudah bersiap untuk tidur. Terpaksa harus bangun kembali.

"Bisa anda mengecek email anda, Nona Sierra? Saya sudah menunggu jawaban anda sejak tadi. Tapi rupanya anda tidak juga memberikan respon balasan."

Sierra menggerutu tanpa suara sebelum menjawab ucapan bosnya. "Maaf pak. Saya tidak membuka laptop lewat dari jam kerja."

"Hebat sekali. Sepertinya anda bekerja secara profesional sekali." Ejekan itu seolah menyadarkan Sierra pada siapa dia berbicara. Sepertinya dia salah menjawab pertanyaan bosnya.

"Maafkan saya, pak. Baiklah. Saya akan mengecek email anda terlebih dulu." Dengan menggerutu, Sierra menarik laptop nya yang berada di atas meja nakas. Dia mulai membuka email yang dikirim oleh Tavish.

"Gila!" Umpatnya tanpa sadar. Tavish diujung sana juga sempat terkejut mendengar umpatan Sierra.

"Anda bilang sesuatu, Nona? Sepertinya saya mendengar anda sedang mengumpati saya gila."

Sierra langsung gelagapan. Wanita itu mencari cara supaya bosnya tidak tersinggung. "Bu...bukan pak. Saya baru saja melihat ada tikus di kamar saya. Saya tanpa sadar mengumpati tikus itu." Ucapnya penuh kebohongan.

"Huh! Apapun itu. Sebaiknya anda segera mengecek tugas yang saya berikan dengan baik. Malam."

Tut! Tut! Tut!

Bosnya itu kenapa bisa - bisanya meminta revisi draft yang belum dikerjakan olehnya. Sierra baru saja mendapat draft cerita Nadine tadi siang. Dia belum sama sekali menyentuh kertas - kertas yang bertumpuk itu. Pekerjaannya seharian ini lumayan banyak. Jadi, dia belum sama sekali melihatnya.

Tanpa memperdulikan jawaban Sierra. Bosnya langsung memutus sambungan telepon. "argh! Ini banyak banget! Dasar gila!" Percuma Sierra menggerutu seorang diri. Sedangkan orang yang dia katai tidak akan peduli padanya. Dengan penuh rasa kesal, Sierra membawa laptopnya ke arah meja kerjanya. Sierra tidak mau membuat waktu istirahatnya semakin berkurang. Sebaiknya dia segera merevisi novel ini sebelum semakin terlambat.

Pagi ini, setelah Sierra selesai menggosok giginya. Dia kembali mendapatkan teror dari bosnya. "Ya Tuhan! Bisakah kau diam sebentar!" Sierra memaki ponselnya yang kini sedang menampilkan panggilan dari Tavish.

Sierra baru saja mengirim revisi itu pukul 6 pagi. Dan bosnya langsung membalas emailnya tiga puluh menit kemudian. Secepat itu Tavish mengoreksi tugasnya yang berlembar-lembar. Sedangkan dirinya harus memakan waktu semalaman.

Pagi ini, Tavish bilang akan melakukan pertemuan dengan Sierra secara skype. Tapi Sierra belum selesai bersiap diri.

Bagaimana reaksi Tavish? Marah besar, pastinya. Dia mengamuk karena Sierra terlalu lamban. Pria itu menyuruhnya segera bersiap. Dengan diberikan waktu 20 menit. Sierra terpaksa berpenampilan seadanya. Yang penting baginya berpakaian rapi dan sopan di depan sang bos. Wajahnya saja terlihat polos tanpa make up. Hanya bibirnya yang sedikit diberikan liptint.

Sebelum memulai pertemuan menyebalkan ini. Sierra mencoba untuk menenangkan dirinya terlebih dahulu. "Tarik nafas! Buang! Oke, gua siap!"

Klik

"Morning. Sierra!" Sapaan nan kaku ala Tavish, dengan nada suaranya yang tegas telah menyambut Sierra di pagi hari.

"Morning pak."

Tavish kini sudah membuka draft novel karya penulis kesayangannya itu di hadapan Sierra. Draft yang baru saja dikirimkan Sierra untuk kedua kalinya pada pagi ini.

Rajin sekali dia. Draftnya bahkan sudah di print rapi.

"Ok! Ada beberapa words disini yang belum anda perbaiki. Chapter one, page 12, 20, 25,26, 30 and 35." Sierra membuka draft didepannya sesuai arahan Tavish.

"Chapter 2, page 2, 5, 8, 15, 20 and 40. Lalu, chapter 5, page 3, 15, 30. Chapter 6, page 6, 11,12, 34,35,40. Chapter 8, page 7,9,10,15,12. Chapter 10, page 1, 5,6,7,9,12,15,25,26."

Sierra diam. Dia terus menandai beberapa halaman yang dibilang bos nya. Sudah seperti mahasiswa yang sedang melakukan bimbingan dengan dosen pembimbingnya. Tavish selalu mencari kesalahan yang ada di dalam draft.

Tavish tidak tahu jika didalam hatinya Sierra terus menggerutu. Bagaimana pria ini bisa cepat sekali membaca dan tahu kesalahan - kesalahan penulisan apa saja yang ada didalam draft yang di pegangnya.

Padahal, Sierra baru saja mengiriminya revisi terbaru lagi pagi ini. Setelah dia semalam selesai merevisi seri pertama karya Nadine. Tavish justru memakan waktu hanya satu jam setengah dari waktu Sierra mengirim draft ini via e-mail untuk di koreksi olehnya. Dan kemudian, Sierra kembali mengiriminya email jam 6 pagi ini. Tapi Tavish sudah selesai merevisinya dan mengiriminya lagi email balasan jam setengah tujuh pagi. Bayangkan, hanya tiga puluh menit? Otaknya terbuat dari apa sih? Batin Sierra.

"Sieraa! Sierra! Sierra!" Sentakan Tavish yang ada didepannya mengejutkan Sierra. Dia langsung meminta maaf karena tidak menanggapi ucapan bosnya. Sibuk menggerutu dan menandai bagian - bagian mana saja yang salah. Membuat Sierra gagal fokus pagi ini.

"Saya tidak suka bekerja dengan orang lamban, ingat itu Sierra!" Ancam Tavish. Tatapan pria itu menghunus tajam menatap kedalam matanya. Hingga membuat wanita itu menunduk takut.

"Saya sudah bilang jika kita harus bekerja seribu kali lebih teliti. Tapi, saya masih melihat banyak kesalahan anda disini. Saya harap, besok saya bisa mendapatkan kesempurnaan. Anda paham, Sierra?"

Anggukan Sierra yang gugup menjawab ucapan Tavish. "Baik pak. Saya akan bekerja lebih baik lagi."

"Kalau begitu, saya selesaikan sampai disini. Saya mau draft yang sudah anda revisi ada di e-mail saya malam ini."

Mata Sierra membelalak. "Tapi pak ...! Saya tidak bisa ..."

"Tidak ada kata tapi dikamus saya, Sierra. Selesaikan! Dan saya tidak ingin anda terlambat mengirimnya."

Tut!

Setelah itu wajah Tavish hilang dari hadapan Sierra. "Argh! Sial! Dasar bos nyebelin! Tavish dictator!"

Sierra mengacak - acak rambutnya dengan kasar. Stress dan kesal. Itulah yang terjadi saat ini dengannya. Mana bisa dia menyelesaikan revisi sebanyak itu dalam waktu hanya beberapa jam. Memang Tavish Daan sialan. Apa bosnya tidak berfikir jika dirinya harus berangkat kekantor hari ini? Kenapa seenaknya menyuruh dan memerintah? Memangnya apa istimewanya novel ini sampai pria itu ingin terburu - buru. Apa memang dia ada hubungannya dengan si penulis the ocean lady ini?

"Argh!" Memikirkannya saja membuat Sierra kesal. Memang apa pedulinya? Eh! Tunggu! Tentu dia harus peduli jika berita ini benar. Dia kan salah satu penanggung jawab di projek ini. Jika Tavish seenaknya saja memerintah hanya karena ingin projek ini bagus, dan cepat di rilis. Dia sudah pasti akan mendapat tekanan yang lebih berat. Belum lagi pria itu yang akan mengecek draftnya secara langsung setiap saat. Dan masa depannya? Argh!

"Bisa gila gua sebelum novel ini terbit!"

Dengan penuh kekesalan dia mengambil handphonenya. "Din! I need your help this morning in my apartment!"

"..."

"Gak ada penolakan! Atau gua gak bakal kasih pinjaman uang bulan ini ke lo!"

Tut!

Tanpa menunggu sahutan dari sang lawan bicara. Sierra langsung mematikan sambungan telphonenya.

^^^

RED: He is A Mr. Perfect (Revision)Where stories live. Discover now