RED 33

9.8K 491 4
                                    

Jantung Tavish seolah berhenti berdetak begitu tahu jika lift yang Sierra naiki mengalami kerusakan. Rasa panik langsung menjalar di hatinya. Dia memanggil semua karyawan yang bekerja di apartemen miliknya ini.

"Bodoh! Kenapa kalian bisa lalai?!" Tavish seperti orang yang kesetanan karena terus meneriaki semua karyawan mulai dari manager sampai sekuriti yang bekerja. Tidak ada satupun yang berani mengangkat kepala mereka.

Wajah Tavish yang sejak dulu memang sangat datar dan tegas membuat semua karyawannya selalu takut. Dan, baru kali ini mereka melihat kemarahan Tavish secara nyata.

Wajahnya memerah. Terlihat bahwa dia tidak bisa lagi menahan amarah. Tavish bahkan mengacak-acak rambutnya secara asal karena panik dengan nasib seseorang yang dia sayangi kini masih terjebak di dalam lift.

"Hubungi petugas untuk segera memperbaiki lift ini. SE.KA.RANG!" titahnya yang langsung membuat para karyawannya berlarian.

"Ku mohon bertahan Sierra." Gumamnya pada pintu lift yg masih tertutup.

^^^

Tiga puluh menit sudah Tavish menunggu teknisi membenarkan lift yang saat ini masih mengunci Sierra didalamnya. Dan selama itu pula semua orang tidak ada yang berani mengeluarkan satu patah kata pun.

Nyawa teknisi itu serasa di ambang kematian. Bagaimana tidak, seorang Tavish menatap setiap inci pergerakannya tepat di belakang tubuh keduanya. Mereka takut melakukan kesalahan yang membuat pintu semakin lama terbuka. Dan juga, Mereka takut akan aura menyeramkan yang muncul dari wajah Tavish.

Ting!

Hingga akhirnya pintu berhasil perlahan terbuka. Kedua teknisi yang wajah nya penuh dengan keringat dingin itu kini bisa bernafas lega. Mereka menekan tombol untuk membuka lift.

Disana, semua melihat ada tubuh seorang wanita yang sudah tidak sadarkan diri. Kedua teknisi yang berada di depan lift langsung terdorong ke samping karena Tavish yang berada di belakang mereka menerobos masuk ke dalam lift dan membopong tubuh Sierra bersamanya.

"Panggil dokter pribadi ku. Suruh dia naik langsung ke atas." Perintah Tavish kepada resepsionis di depan apartemen nya.

Tanpa mau pikir panjang. Tavish langsung menaiki Sierra menggunakan lift lain yang masih bekerja. Tatapan khawatir Tavish terlihat sangat jelas. Wajah Sierra yang kini pucat sudah penuh dengan keringat. Tavish mengarahkan tangannya ke kening Sierra.

"Dia demam."

Setelah pintu lift terbuka. Tavish langsung membawa Sierra masuk ke dalam kamar wanita itu.

Baju Sierra yang sudah basah membuatnya gatal ingin segera mengganti pakaian wanita itu. Tapi, Tavish tahu jika dia pasti tidak akan bisa menahan godaan untuk tidak menyentuh wanita ini. Jadi pilihannya, dia memanggil manager perempuan yang tadi berada di bawah untuk segera ke kamar Sierra.

"Tolong ganti bajunya. Saya akan tunggu di luar. Apa kalian sudah hubungi dokter ku?"

Manager wanita yang saat ini sedang tersipu karena akhirnya bisa berbicara langsung dengan Tavish membalas dengan nada lembut.

"Sudah pak. Dokter Lee akan sampai 30 menit lagi."

Tavish langsung meninggalkan kamar Sierra tanpa membalas ucapan manager itu.

Di dalam, sang manager yang ternyata menaruh hati kepada bos pemilik apartemen ini mendengus kesal. Dia menatap Sierra dengan tidak suka.

"Kenapa perempuan seperti ini sih yang harus dekat dengan pak Tavish?! Wajahnya saja tidak ada cantik - cantiknya. Huh!" Dia memakaikan pakaian Sierra dengan ogah ogahan. Hingga tanpa sengaja ketika dia meletakkan tangan sierra, ternyata tangannya terantuk dengan meja nakas yang ada di sebelah kasur.

"Rasakan! Biarkan saja tangannya sakit! Itu akibat perempuan seperti kamu keganjenan karena berani menggoda pak Tavish."

Setelah selesai mengerjakan tugas yang dilakukannya dengan tidak ikhlas. Sang manager perempuan yang bernama Rasya itu keluar.

Wajahnya yang semula kesal dan bete berubah seratus delapan puluh derajat begitu melihat Tavish yang sedang berdiri di ruang tengah.

Dengan senyuman manis yang di buatnya. Dia berjalan mendekat ke arah Tavish.

"Semua sudah selesai pak. Ada yang bisa saya bantu lagi?"

"Kalau begitu kamu bisa keluar." Tavish tidak membukakan pintu untuk Rasya tapi dia memilih masuk ke dalam kamar Sierra dan membiarkan Rasya mendekus kesal di luar.

"Lihat saja nanti. Aku akan buat pak Tavish menjadi milik ku." Dengan wajah angkuh. Dia berjalan keluar dari apartemen Tavish dan membanting pintu kamar itu dengan kasar.

^^^

RED: He is A Mr. Perfect (Revision)Where stories live. Discover now