RED 76

7K 452 28
                                    

Selama beberapa hari sebelum keberangkatannya. Sierra melakukan banyak hal. Mulai dari mengepack barang-barang yang akan di bawa dan disumbangkan. Karena dia tidak mungkin membawa semua yang ada di apartemennya. Di rumah yang akan dia tempati bersama orang tuanya sudah lengkap dengan berbagai perabotan. Jadi Sierra hanya diminta untuk membawa dirinya.

Kini ruangan yang pernah memberinya kenangan manis dan pahit akan dia tinggalkan. Sierra menatap keseluruh ruangannya. Di setiap sisi dimana dia pernah membuat kenangan bersama Tavish. Ternyata ingatan itu tidak bisa menghilang semudah membalikkan telapak tangan. Sudah benar Sierra memilih meninggalkan kenangan ini.

Dalam proses kepindahannya Sierra, dia juga membuat kenangan dengan para teman kantornya. Meninggalkan mereka ternyata semenyedihkan itu. Pada malam terakhir mereka berkumpul. Sierra akhirnya mengatakan perihal keputusannya yang memilih resign. Dia tidak mengatakan kapan tepatnya dia keluar kepada temannya. Jika mereka tahu jika Sierra akan langsung pergi setelah projek Ms Nadine selesai, yang ada mereka tidak akan melepaskan Sierra semudah ini.

"Maaf kalau aku banyak salah sama kalian. Semoga kita masih tetap bisa saling berhubungan meskipun aku udah gak kerja bareng kalian lagi." Sierra menghapus air matanya yang tiba-tiba menetes. Menatap ke arah para temannya yang juga masih tidak percaya.

"Ra. Kamu serius?" miss meta memegang tangan Sierra yang ada disebelahnya. Laras sudah menangis duluan. Wanita itu kini berada di pelukan miss Jena.

"Aku udah kasih surat ke nasta miss."

Semuanya mengeluarkan wajah sedih karena mendengar berita ini tiba-tiba.

"Kenapa mendadak sih Ra? Kenapa gak kasih tau dari seminggu yang lalu?" Pandu menyuarakan keberatannya.

"Sorry mas. Ini juga mendadak. Orang tua gua minta gua pindah secepatnya. Kemarin kehalangan karena gua sakit aja."

"Terus lo bakal stay selamanya disana?" Tanya Kino.

"Sepertinya begitu mas. Soalnya kan usaha bokap juga udah di pindah kesana."

Dino yang sudah tahu hanya bisa diam saja. "Lo kok gak ngomong sama kita Din?" Protes Kino.

"Iya nih Dino. Jahat banget. Masa Sierra resign gak kasih tau kita. Kalau kita tau lebih awal kan bakal kita tolak." Tambah miss Jena yang sedari tadi ingin menyuarakan protesnya.

"Wah iya nih Dino! Parah lo! Gua kan sebelahan sama lo. Masa lo gak kasih tau gua juga." Kini Danu juga menyuarakan protesnya.

"Yailah miss. Saya aja yang tau dari awal udah nolak ide dia gak mempan. Saya gimana mau kasih tau kalau Sierra gak ngebolehin. Jadi ya saya diem aja." Dino tak mau disalahkan. Dia juga sudah berusaha untuk menahan Sierra. Tapi sahabatnya ini tetep keras kepala. Harusnya mereka salahkan saja si bos pengecut itu. Karena dia Sieera pergi. "Lo mending diem Dan. Jangan kompor."  Tambah Dino yang di acuhkan Danu.

"Dino gak salah guys. Ini emang udah keputusan aku. Jadi, please ya. Aku cuma mau buat kenang-kenangan sama kalian. Jadi let's have fun, oke?"

"Oke! Kapan kamu berangkat Ra? Jangan mendadak ya?" Ms Jena sepertinya tahu jika hal ini yang dirahasiakan Sierra. Sejak tadi Sierra sudah tenang karena tidak ada yang menanyakannya. Tapi miss Jena ternyata jeli.

"Secepatnya." Hanya itu yang bisa Sierra jawab.

"Kasih tau kita kalau kamu mau berangkat ya Ra. Jangan pergi gitu aja." Kata-kata Ms Jena membuat Sierra terpaku. Kenapa dia merasa Ms Jena tahu isi kepalanya. Tidak mungkin dia bisa membaca isi pikiran Sierra kan?

"Iya miss. Siap."

"Oke. Kita habiskan malam ini dengan penuh semangat. Setuju!" Seru Ms Meta.

"Setuju!" Sahut semuanya dengan kompak. "Miss! Karoke juga jangan lupa." Tambah Laras memberi ide. Rupanya wanita itu sudah selesai menangis. Dia juga semangat membuat kenangan untuk Sierra. Jadi dia tidak mau sedih-sedihan.

RED: He is A Mr. Perfect (Revision)Where stories live. Discover now