"Gak."

"Iya, bilang iya cepet!"

"Lo siapa?"

"Oke ikut. BYE!"

Sambungan terputus aku segera menoleh kepada Arden dengan penuh senyum. "Kita double date ya, Den?"

🖤🖤🖤

Siang ini aku sudah berada di kampus Arden menunggu ia berkumpul sebentar dengan temannya mengenai skripsi sementara aku menunggu di kantin fakultas psikologi yang Arden sarankan karna katanya nyaman disana dan disinilah aku menunggu Arden. Disini cukup ramai sekali dan jujur bagus sekali kantinya entahlah tapi kantin di UI banyak dan juga semua kantin ada namanya seperti di kantin ini dinamai 'Sejiwa'. Bila dipikir lagi ini adalah Universitas yang sangat kuimpikan hanya saja tidak keterima, sayang sekali. Membayangkan bagaimana rasanya jadi mahasiswi disini apalagi beberapa kali mataku tercuci oleh ketampanan mahasiswa... tentu tidak baik untukku tapi bisa menjadi semangat bagiku. Ihi.

Mataku tertuju pada salah satu lelaki jangkung tengah duduk bersama beberapa anak laki lainnya ia tengah memetik korek api. Aku memperhatikan lelaki itu lekat dan menyadari betapa berbedanya lelaki itu dengan beberapa bulan kemarin saat denganku. Tampaknya ia masih sama dingin di area kampus, coba lihat dia benar-benar tidak tertawa ia hanya tersenyum simpul menanggapi temannya sementara yang lain tertawa besar.

"Emang bener-bener ya tuh anak sok iye banget, itu senyum di jual di online shop kayaknya mahal banget tuh..."

Aku memutuskan untuk menyampiri saat teman-teman yang lainnya pergi entah kemana. Bahkan saat aku duduk didepannya ia benar-benar tidak menyadari dan memilih sibuk dengan ponselnya. "Heh! Sok kecakepan lo ya, ternyata begini kalo di kampus... hemmm..."

Ia mendongak dengan alisnya yang naik menatapku lalu menyengir seketika. "Laah ngapain lo kesini mau jemput gue? Aww,"

Aku mengernyit benar-benar berbeda dengan dirinya yang tadi. "Apaansih, kepedeaan lau. Gue lagi nunggu yayang beb dong, yayang beb lo kemana? Kan mau double date?"

Gaffriel mengeluarkan asap rokoknya dari mulut lalu mengibaskan tangannya ke udara agar asap rokoknya tidak mengenaiku, "Iya nanti gue jemput," katanya seraya menghancurkan bara rokoknya di asbak. "Kok jemput? Kemana?" tanyaku lagi. "Fakultas dia," jawabnya singkat kali ini sambil menatapku. "Dih! Manja banget, suruh kesini lah,"

Gaffriel menyengir, "Biarin sih biar romantis juga, lo cemburu? Dari ngedate pertama sampe sekarang lo yang samperin Arden?" Celutuknya membuatku meringis menyadari ucapan Gaffriel ada benarnya. Iya ya, ingat saja si jelek satu ini kan aku jadi malu. Hih.

"Gue gampar lo Friel," sahutku di balas tawa oleh Gaffriel coba lihat tawanya benar-benar girang seakan sedang memenangi giveaway rumah.

"Hey! Sori lam— eh ada Gaffriel, pakabar bro!" Arden mengulurkan tangannya pada Gaffriel di balas oleh si lelaki. "Subur bro." Sahut Gaffriel membuatku terkekeh.

"Double date nih?" Tanya Arden sudah duduk di sampingku. "Iye nih," sahut Gaffriel singkat.

"Yaudah ayo Den, keburu sore tau, mana gebetan lo?" Tanyaku pada Gaffriel yang nampak santai. "Iya duluan aja lo dua ntar gue nyusul, mau kemana emang?"

"Sency? Kokas? Atau sini aja Margo tuh," Usul Arden di balas anggukan setuju Gaffriel. "Iya Margo aje deket,"

"Oke, ditunggu ya Gaf!"

Metanoia Donde viven las historias. Descúbrelo ahora