Rezaya-21: Kepergian

14.9K 1.5K 440
                                    

Play mulmed ya guys, sorry kalau ada typo.

***

Terimakasih telah meincintaiku, mengabaikan rasa lelahmu untukku dan memberikan kasih sayang sepenuhnya padaku. Disini aku akan berusaha mengikhlaskan kepergianmu. Walau bayangmu terus menghantuiku.

-Dari aku yang mencintaimu.

***

PENGAP. Itulah yang dirasakan Alena ketika sadar. Mulutnya ditutup rapat oleh lakban hitam sedangkan tangan dan kakinya diikat oleh tali. Alena mengedarkan pandangannya melihat ia berada disebuah ruang kosong yang cukup luas namun seakan tak memiliki ventilasi udara satu pun.

Ruangan itu gelap, hanya sebuah lampu remang yang terpasang tepat diatas kepala Alena. Ia berusaha melepaskan tali yang mengikat tangannya, namun yang terjadi tangannya malah terluka karena bergesakan dengan tali tersebut. Alena mengabaikan rasa perih di pergelangan tangannya, berusaha sekuat tenaga melepaskan tali tersebut.

Tubuhnya tersentak ketika seluruh lampu di ruangan tersebut menyala, memperlihatkan pada Alena para lelaki dengan tubuh kekar berotot sedang menatapnya. Jadi kegiatan Alena sedari tadi di perhatikan? Pantas ia merasa janggal.

Salah satu lelaki itu berjalan mendekati Alena, menarik kasar lakban yang menutup mulutnya. Membuat Alena meringis sakit.

Beberapa meter didepan Alena seorang lelaki duduk dengan kaki kiri yang menopang kaki kanan. Menatap Alena dengan pandangan puas.

"Saya punya masalah apa sama Pak Rangga?" Tanya Alena, mengabaikan banyaknya pasang mata yang mengintimidasinya.

"Salah kamu? Gak ada" kata Rangga, berdiri dari duduknya. Menghampiri Alena yang menatapnya tanpa takut.

"Kalau saya gak punya masalah sama Pak Rangga, kenapa saya disini?"

Rangga mencengkram rahang Alena hingga membuat gadis itu meringis. "Karena. orangtua.lo.punya.masalah.sama.gue" jawab Rangga penuh penekanan.

Tangan Rangga melepas cengkraman itu dengan kasar, ia berbalik menatap salah satu anak buahnya untuk membawa kursi yang tadi ia duduki kedekatnya.

"Biar gue cerita dosa kedua orangtua lo terhadap keluarga gue." Rangga duduk dikursi dengan angkuh sedangkan Alena duduk di tanah beralas semen sambil mendongak menatap Rangga muak.

"Sebelum gue cerita, gue pengen memperkenalkan diri dahulu. Mencegah kemungkinan lo ngelupain gue."

Alena berdecih dengan sikap bertele-tele Rangga. Sungguh ia tak ingin membahas dosa kedua orangtuanya yang sudah tiada. Ia juga sebagai anak sudah mengetahui dosa mereka dan berusaha menebusnya lewat doa.

"Gue Rangga Putra Tama bos baru dari cafe tempat lo bekerja. Gue juga punya dua orang adik, Jovano Arga Wiratama yang merupakan adik kandung gue dan Arlita Putri Tama adik tiri gue" Rangga menyeringai saat keberanian di mata Alena meredup. Kentara sekali bahwa gadis itu terkejut dengan apa yang Rangga ucapkan.

"Bisa kita mulai ceritaya Alena?" Tanya Rangga retoris. Sedangkan Alena menunduk, ia terdiam kaku mengetahui fakta bahwa Rangga adalah Kakak Jovan.

"Semuanya bermula saat kedua orangtua gue berantem karena Papah yang ingin membawa Arlita dan Mamahnya tinggal dirumah yang sama bareng gue, Jovan dan Mamah gue. Karena pertengkaran itu Papah pergi dari rumah yang gue pikir Papah pergi ke rumah Arlita tapi nyatanya Papah malah pergi ke kelab dan ketemu sama pelacur bernama Melisa Antari."

Kepala Alena mendongak saat nama Ibunya disebut. Alena bisa menebak apa yang dilakukan oleh Ibunya dan Papah Jovan disana.

"Kalau lo pikir hubungan mereka cuma semalam lo salah. Nyatanya hubungan mereka berlanjut dari hari ke hari. Mereka semakin dekat dan semakin sering menghabiskan waktu bersama. Bahkan setelah satu bulan, mereka memutuskan untuk nikah siri, tanpa sepengetahuan keluarga gue maupun lo dan ayah lo." Jovan bertepuk tangan sebagai bentuk ejekan.

REZAYA [REVISI]Where stories live. Discover now