Rezaya-14: Hujan

17.8K 1.7K 265
                                    

Ada yang rela menanggung luka untuk menjamin kebahagiaan orang yang dicintai nya.

***

BEGITU Alena membuka matanya, hal yang pertama ia rasakan yaitu telapak tangannya yang terasa hangat dan berat. Senyum Alena mengembang saat menemukan Jovan yang tertidur bersandar pada tembok sambil menggenggam tangannya erat. Rasanya seperti ada ribuan kupu-kupu di perut Alena.

Matanya beralih pada jam dinding yang menunjukkan pukul tujuh. Harusnya ia sekolah, tapi ia yakin Jovan tidak akan mengijinkannya. Perlahan ia merubah posisinya menjadi duduk dengan tangan yang masih di genggam Jovan. Kemudian berusaha melepaskan tangannya yang di genggam Jovan, tak ingin membuat lelaki itu terbangun.

"Mau kemana?" Tanya Jovan masih menutup matanya.

Alena terlonjak, ia mengelus dada dengan tangan satu nya. "Kamar mandi" jawabnya dengan nada sedikit jengkel.

Setelah itu Jovan langsung melepas genggamannya, membiarkan Alena berdiri dari kasurnya. Begitu Alena tak lagi di atas kasur, Jovan bangkit dan merebahkan dirinya di atas kasur.

"Sorry, badan kamu pasti sakit ya?" ucap Alena merasa tak enak.

"Hmm" dehem Jovan masih menutup matanya.

"Aku buatin sarapan ya?"

"Hmm"

Alena tersenyum maklum saat Jovan hanya menjawab pertannyaannya dengan sebuah deheman, lelaki itu pasti mengantuk dan tubuhnya sakit.

Baru saja Alena berbalik, satu hal kembali terlintas di pikirannya. Namun belum sempat kalimat terucap, Jovan langsung memotongnya.

"Urusan sekolah gak usah bingung, gue udah izin ke wali kelas lo"

Alena bingung, bagaimana Jovan bisa tahu apa yang ia pikirkan? Dan bagaimana Jovan mengenal wali kelasnya?

"Gak usah bingung, gue lagi berusaha jadi pacar yang baik buat lo jadi gak usah komen" mata Jovan terbuka, menatap Alena dengan teduh dan penuh arti. Alena meneguk ludahnya gugup, ia memilih berbalik pergi meninggalkan Jovan sendirian.

***

Jam sepuluh, Alena sibuk menyapu rumahnya sedangkan Jovan sedang serius mengotak-atik ponsel milik Alena. Sesekali Alena menangkap raut tidak suka di wajah Jovan yang kemungkinan Jovan membaca chat nya denga Reza.

Pintu rumah Alena di ketuk membuat keduanya saling tatap. Alena yang takut kalau itu ibu-ibu yang kemarin dan Jovan yang bingung siapa yang bertamu di saat jam kerja seperti ini.

"Biar gue yang buka" kata Jovan begitu menemukan ketakutan di wajah Alena.

Jovan berjalan ke depan untuk membuka pintu sedangkan Alena pergi ke dapur untuk menyimpan sapu.

Satu alis Jovan terangkat begitu menemukan Reza berdiri di depan pintu.

"Ngapain lo kesini? Bolos ya lo?" Tanya Jovan to the point

"Harusnya gue yang nanya, ngapain lo disini?" Tanya balik Reza sambil menatap penampilan Jovan yang hanya menggunakan celana jeans dan kaus berwarna hitam.

"Suka-suka gue lah, ini kan rumah pacar gue. Gue udah disini dari kemarin, kenapa? Lo mau protes?" Tanya Jovan galak.

"Minggir gue mau masuk!" Sentak Reza sambil berjalan maju yang justru di halangi oleh Jovan.

"Jawab dulu pertanyaan gue, lo bolos?"

"Menurut lo?"

"Anak kecil sok sok an bolos" cibir Jovan.

REZAYA [REVISI]Where stories live. Discover now