Rezaya-18: Tragedi

12.5K 1.3K 487
                                    

Boleh mengenang, tapi jangan larut dalam kesedihan. Karena tak akan merubah apapun ke masa depan.

***

MALAM yang sepi Alena jalani sendiri, ditambah derasnya air hujan berhasil mencekik Alena dalam kesendiriannya. Sedari kemarin, Jovan menemaninya tiap malam. Menghapus rasa sepi yang Alena rasakan. Namun kini, lelaki itu hilang. Tak bisa dihubungi barang sebentar.

Reza sudah menawarkan diri untuk menemani Alena sebagai pengganti Jovan, namun gadis itu keukeuh menolak. Ia yakin Jovan akan datang.

Hingga suara ketukan pintu berhasil membuat Alena bangkit dari tempat duduknya. Dengan tergesa ia membukakan pintu. Berharap Jovan yang datang menemuinya.

Alena terkejut ketika menemukan Reza dengan kondisi tubuh basah kuyup. Gadis itu mengintip ke belakang, memastikan kendaraan apa yang Reza gunakan.

Dahi Alena mengernyit dalam saat tak menemukan kendaraan apapun termasuk motor Reza. Segera gadis itu menarik Reza masuk saat gigi lelaki itu bergemeletuk kedinginan.

"Keringin badan lo, gue ambilin baju Ayah buat lo" kata Alena kemudian meninggalkan Reza sendirian di kamar mandi sambil memegang handuk.

Alena kembali dengan satu set pakaian. Ia menemukan Reza yang masih berdiri di tempatnya seakan tak melakukan pergerakan sedikitpun selain tubuhnya yang bergemetar.

"Za lo kenapa?" Tanya Alena panik, ia menggantungkan pakaian yang di bawanya pada paku yang menempel di dinding.

"Za! Hey!" Alena menepuk-nepuk pipi Reza pelan membuat lelaki itu menatapnya dalam penuh kecemasan dan ketakutan.

"It's okay, ada gue" kata Alena menenangkan. Ia mengambil alih handuk di tangan Reza, mengusapnya perlahan pada kepala lelaki itu. Reza datang ke rumahnya hanya menggunakan kaus berwarna hitam lengan pendek dan celana jeans panjang, jangan lupakan pandangan matanya yang kosong. Keadaannya terlihat sangat kacau.

"Gue gak tau masalah lo apa, tapi gue siap dengerin semua cerita lo Za. Kalau emang lo gak sanggup nanggung semua sendirian, ada gue yang siap nemenin lo" ujar Alena sambil menggosok rambut Reza dengan handuk.

"Lo selalu ada buat gue Za, begitupun gue yang akan selalu ada buat lo" Alena menyudahi aktifitasnya, ia menangkup wajah Reza lembut.

"Sekarang lo ganti baju ya, biar gak masuk angin. Gue tunggu di luar." Handuk di tangan Alena berpindah pada bahu Reza. Kemudian Alena berjalan keluar dan menutup pintu kamar mandi.

Sambil menunggu Reza selesai, ia menghangatkan sayur sop yang sengaja dibuat untuk makan bersama Jovan. Namun karena kekasihnya tak kunjung datang, sop itu sudah sangat dingin. Karena tak ingin membuang makanan, ia memutuskan meghidangkannya untuk Reza. Tak lupa Alena membuatkan segelas teh hangat.

Saat mengaduk teh, Reza keluar dari kamar mandi. Ia melewati Alena begitu saja, pandangannya masih kosong. Sadar bahwa Reza sangat membutuhkan tempat cerita, Alena mematikan kompor yang sedang memanasi sayur sop. Ia berjalan menyusul Reza sambil membawa segelas teh hangat.

Dilihatnya Reza yang sudah duduk bersandar pada sofa usang milik Alena. Gadis itu menempatkan diri disamping Reza meraih tangan Reza untuk menyerahkan segelas teh hangat.

"Minum dulu Za" titah Alena. Tanpa bersuara, Reza meminum teh pemberian Alena dan menghabiskannya dalam satu teguk tanpa merasa kepanasan.

"Emang gak panas Za? Itu baru gue buat" kepala Reza menoleh, ia menatap Alena kemudian menggeleng sambil tersenyum kecil. Pandangannya tak lagi kosong, namun matanya begitu sayu.

REZAYA [REVISI]Where stories live. Discover now