Rezaya-6: Berjuang

28K 2.4K 210
                                    

TANGAN Alena bergerak meraba sisi kasurnya untuk mencari ponselnya. Suara notifikasi khusus berbunyi, itu berarti Jovan baru saja mengiriminya pesan.

Jovan
Gue bawain obat sama makan malem buat lo. Biar gak cari perhatian sama cowo lain.

Kedua sudut bibir Alena tertarik, meski kalimat terakhir tak mengenakkan tapi Alena senang karena Jovan masih memberinya perhatian. Tak lama, satu pesan kembali masuk dari orang yang sama.

Jovan
Btw gue liat cowo tadi siang keluar dari rumah lo. Ternyata bener, lo sama nyokap lo sama aja. Murahan.

Dada Alena mencelos begitu membaca susulan pesan dari Jovan. Senyum yang awalnya senang berubah menjadi senyum getir.

"Harusnya gue sadar, lo emang udah beda Jo" lirih Alena.

Gadis itu bangkit dari tempat tidurnya, berjalan tertatih menuju pintu rumahnya. Bagaimana pun ia tengah kelaparan dan makanan dari Jovan tak mungkin ia sia-siakan. 

Terlebih Alena tengah memikirkan pekerjaanya di cafe. Ia telah absen selama dua hari tanpa keterangan yang jelas, bos nya yang galak pasti akan segera memecatnya.

Mata Alena menatap hampa pada nasi goreng yang di bawakan Jovan. Lelaki itu membawakannya nasi goreng kesukaan Alena sekaligus langganan mereka dulu. Iya dulu, sebelum Jovan berubah menjadi kasar seperti sekarang.

Dengan perlahan, Alena menyuapkan sedikit demi sedikit nasi goreng itu ke dalam mulutnya. Bibirnya bergetar, air mata nya turun. Dulu ia pikir, kehadiran Jovan setelah kepergian kedua orangtuanya bisa membuatnya baik-baik saja. Ia pikir Jovan adalah rumahnya, tempat ia pulang, tempat mencurahkan segala isi hatinya.

Awalnya berjalan sesuai harapan, tapi lagi-lagi Alena di jatuhkan pada sebuah kenyataan. Bahwa Jovan berubah menjadi lelaki yang tak ia kenal.

***

Pagi ini Alena berusaha terlihat baik-baik saja. Tubuhnya telah membaik setelah di kompres oleh Reza dan meminum obat dari Jovan. Mengingat dua hal itu, Alena merasa bahwa ia benar murahan.

Kedua bibir Alena melengkung, membentuk sebuah senyuman yang indah. Jovan yang duduk di atas jok motor matic nya tersenyum sinis. Pagi ini, lelaki itu memang sengaja menjemput Alena dan itu memang rutinitasnya jika tidak ada pekerjaan.

"Seneng ya tadi malem bisa berduaan sama cowo lain?" kata Jovan sinis ketika Alena sudah menggunakan helm dan duduk di atas motor.

"Reza cuma nolongin aku yang pingsan kemarin" kata Alena membela diri

"Bitch" sentak Jovan sinis yang sebenarnya hanya menutupi keterkejutannya bahwa Alena pingsan dan itu sudah pasti ulahnya.

Alena hanya bisa menghela napas. Ia memilih melingkarkan tangannya pada perut Jovan dan bersandar pada punggung lebar lelaki itu. Jovan membiarkan Alena, ia melajukan motornya menuju sekolah Alena. 

Padatnya jalan raya, tak menyulitkan Jovan menyalip banyak kendaraan. Terlebih lelaki itu menggunakan motor matic yang ukurannya tidak terlalu besar.

"Belajar yang bener biar gak jadi cewe murahan" kata Jovan ketika mereka tiba di depan SMA Pelita. Tanpa menunggu balasan Alena, lelaki itu langsung pergi meninggalkan Alena yang hanya bisa tersenyum sendu.

***

"Al, kamu sekolah?" tanya Safira begitu melihat Alena memasuki kelas.

REZAYA [REVISI]Where stories live. Discover now