Rezaya-37: Bukan Dejavu

4.4K 663 280
                                    

HAI! 

GIMANA HARI INI? AKU HARAP HARI-HARI KALIAN SELALU MENYENANGKAN YA!

SEMOGA SEHAT SELALU KALIAN PEMBACA CERITAKU!

BTW SELAMAT MALAM MINGGU YA MBLO :)

MAAF YA KALAU ADA TYPO.

***

HARI ini adalah hari spesial bagi seluruh siswa Pelita kelas dua belas. Karena hari ini adalah hari kelulusan mereka setelah tiga tahun menuntut ilmu di Pelita.

Tapi juga merupakan hari tersedih bagi para kelas sepuluh dan sebelas karena banyak siswa tampan yang merupakan anggota The Marvel generasi ke empat yang lulus hari ini.

Kelima inti The Marvel yang sudah lengser itu berdiri membuat lingkaran, mereka belum membuka kertas kelulusan. Kelima nya tampak antusias, terkecuali Geovano. Lelaki itu tak mengatakan apapun atau bereskpresi apapun. Wajahnya datar dan hanya menuruti perkataan teman-temannya.

"Siap?" Tanya Dion, dengan semangat.

"Buruan, lama banget lo. Lebay," cerca Bara. Meski sangat kesal tapi ia tetap menunggu intruksi Dion selanjutnya.

"Sabar, ini hari spesial." Tukas Dion sembari meniup-niup kertas kelulusannya

"Satu"

"Dua"

"Tiga"

Kelima nya membuka kertas tersebut, dan bersorak girang saat kertas itu menyatakan mereka lulus.

"Woiii gue pinter! Gue lulus!" Dion berseru heboh.

"Gak sia-sia gue sering bolos," Dion menatap kertas kelulusannya dengan bangga.

"Bolos kok bangga," ejek Bara.

"Padahal nilai pas-pas an aja lo, itu pasti lo nyogok sekolah kan biar di lulusin." Tuding Reza.

"Enak saja, gue murni lulus tanpa sogok menyogok. Usaha gue sendiri ini woi." Dion berbicara lantang, tak terima dirinya dituduh curang.

"Itu gurunya salah ngisi, jadi lo dilulusin." Timpal Alvin membuat Dion mencebikkan bibirnya.

"Ah lo pada, gak bisa apa liat gue seneng sebentar. Jahat lo semua," Dion menghentak-hentakkan kakinya kesal.

"Apa sih lo, kayak cewe. Banci banget," Bara memutar bola matanya balas.

"Bar, lo bener-bener ya! Lulus sekolah bukannya makin bener itu mulut, malah semakin tajam seperti silet."

"Kelakuan lo juga sama, bukannya tobat mainin cewe malah makin banyak." Balas Bara.

"Nih, perlu lo tahu ya. Prinsip gue itu, pertahankan pusat, perbanyak cabang." Dion menepuk-nepuk dadanya bangga.

"Gue suka ini, bego nya murni." Reza tersenyum mengejek.

"Seenggaknya, nilai gue lebih gede daripada nilai lo." Timpal Dion sambil menjulurkan lidahnya, sombong.

"Cuma beda 0,1 aja bangga," cibir Alvin.

"Seenggaknya gue tetap diatas Reza," Dion bersidekap dada, menaikkan dagu nya jumawa.

"Congrast semua, gue balik duluan." Ujar Geovano singkat, berbalik pergi meninggalkan yang lainnya.

"Van! Jangan pulang dulu woi, konvoi dulu! Baju lo masih bersih itu, belum ada tanda tangan gue!"

Panggilan Dion tak Geovano acuhkan, ia tetap berjalan lempeng menuju parkiran.

REZAYA [REVISI]Opowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz