46. AKU MEMINTAMU

255 16 2
                                    

Assalamu'alaikum

Bismillah

"Bismillahirrohmaanirrohiim. Hana Pertiwi. Detik ini aku mengkhitbahmu. Aku memintamu untuk menjadi istri keduaku, menjadi makmum halalku, pelengkap imanku, penyejuk jiwaku, menjadi pendampingku dan penguatku agar selalu berada di jalan Allah, untuk bersama-sama mencapai ridhoNya. Apakah kamu bersedia?" tanya Haidar dengan lantunan kata pelan dan tenang dengan tatapan lekat ke manik mata Hana.

Entah mengapa jantungnya berdebar kuat saat mengucap kata-kata itu. Dan mata itu, mata dengan pandang teduh yang selalu dia kagumi, kini membuatnya kian tenggelam tak berdaya disana.

Dengan gelisah dia menunggu jawaban Hana yang saat ini juga tengah menatapnya.

Sesaat lamanya suasana menjadi tegang. Semua yang hadir turut terdiam hening menunggu jawaban yang akan Hana ucapkan.

Sejenak Hana menunduk dan sekejap kemudian memandang sendu kepada Zahra.

Zahra tersenyum dan mengangguk padanya.

Kembali Hana menunduk dan tak lama kemudian menghela nafas dalam.

"Bismillahirrohmaanirrohiim, aku bersedia," ucap lirih Hana masih dengan menunduk.

Matanya terpejam untuk meredam rasa nyeri yang tiba-tiba menghujam hatinya.

"Alhamdulillah ... ," suara gema kelegaan memenuhi ruangan itu, mengusir pergi ketegangan yang beberapa saat tadi tercipta.

Halimah segera memeluk putrinya dan dibalas dengan pelukan erat oleh Hana. Isak lirih mengiring air mata yang dengan derasnya mengalir di pipi Hana.

Zahra segera bangkit dari duduknya. Dengan cepat berlutut di depan Hana, menenggelamkan wajahnya dipangkuan Hana dan memeluk pinggangnya dengan erat. Isak lirih pun terdengar seiring dengan pundak Zahra yang terguncang.

Hana sangat kaget mendapati perlakuan calon kakak madunya ini. Demikian juga dengan Haidar dan seluruh keluarga yang hadir.

Hana melepas pelukannya pada Halimah dan dengan cepat merengkuh tubuh Zahra dalam dekapannya.

Perlahan tubuhnya pun luruh turun dari tempat duduknya dan mensejajarkan diri dengan Zahra yang kini duduk bersimpuh di lantai. Keduanya berpelukan dengan isak tangis yang sangat menyentuh, mencipta keharuan yang melingkup ruangan itu.

Banyak diantara mereka yang hadir turut meneteskan air mata tersentuh keharuan yang tercipta dari dua orang hawa yang larut dalam kepasrahan, kerelaaan dan keikhlasan.

Tak terkecuali Haidar dan Ihsan, juga Azka. Berkali-kali mereka menyeka air mata yang menetes dan berusaha keras menahan agar tetesan berikutnya tak terlihat lagi.

Banyak doa yang dilambungkan oleh hati semoga mereka bertiga akan dapat menyatukan cinta mereka demi mendapat keridhoan Allah dalam kehidupan rumah tangga yang rukun, tentram dan damai.

"Maafkan aku, Mbak, jika pada akhirnya aku memenuhi permintaan Mbak. Maafkan jika keputusanku ini menoreh hatimu dengan luka yang pedih. Maafkan," bisik lirih Hana.

"Tidak Adekku Sayang, aku telah memintamu, maka yakinkan hatimu bahwa keputusanmu ini adalah yang terbaik untuk semua. Yakinkan hatimu bahwa kita akan bersama-sama meraih bahagia," balas lirih Zahra.

Kemudian mereka berdua mengurai pelukan, saling bertukar pandang dan tersenyum tulus.

Haidar yang menyaksikan kedua bidadari hatinya itu tersenyum haru, ada banyak rasa dan syukur memenuhi hati dan jiwanya.

Dengan lembut Zahra mencium kening Hana.

"Ini kecupan cinta dari Mas Haidar, biarlah Mbak yang mewakili," bisik Zahra mengerling pada Hana.

Hana menunduk tersipu dan perlahan mengambil tangan kanan Zahra, menyalim dan mencium punggung tangan itu.

"Ini tanda bakti Adek buat Mas Haidar dan Mbak Zahra, tolong disampaikan," bisik lirih Hana.

"Terimakasih, Dek, akan Mbak sampaikan," ucap Zahra dan sekali lagi memeluk Hana dengan hangat.

***

Mohon maaf ya dearest readers, cerita lengkapnya bisa diikuti di KBM App.
Download gratis di playstore
Akun yang sama itaimuskina1

Maaf maaf maaf
lop u all 🥰🤗

Alhamdulillah

Republish, 10.06.2021

Ijinkan Aku Melepasmu  (Cerita Tentang Rasa) Where stories live. Discover now